Mohon tunggu...
Gadis Shafira
Gadis Shafira Mohon Tunggu... Freelancer - live and learn

dont forget to live your life and learn the journey guys 💕

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saat Calistung Jadi Beban

10 November 2019   19:22 Diperbarui: 11 November 2019   07:02 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebab metode tersebut lebih fokus pada konten dan kerapian. Stiulasi yang tepat yaitu stimulasi dalam mengasah keamuan motorik halusya. Bukan hanya sekedar fokus pada kemampuan mewarnai anak.

Seperti yang sudah disampaikan oleh Ibu Melita Rahardjo melalui "School of Parenting" tentang beberapa faktor yang harus dipenuhi untuk bisa menulis. Yang pertama yaitu faktor fisik.

Orangtua harus memastkan bahwasannya anak idak memiliki gangguan pada mata (seperti rabuh jauh yang sering terjadi pada beberapa anak dan amat sangat disayangkan terkadang ada beberapa orangtua yang tidak mengert akan gangguin ini pada anak)dan tangannya.

Kedua adalah dengan kesiapan motoriK halus anak. beberapa kesiapan ini dapat kita amati  dalam aktivitas yang kita jalani sehari-hari dengan anak. misalkan, mengikat tali sepatu, memegang sendok, menuangkan air kedalam gelas, dll. Jika anak telihat sudah mahir dan terbiasa akan kegiatan tersebut orangtua bisa melajutkan dengan kesiapan kognitif anak.

3. Berhitung. 

Anak perlu mengenal angka, baik secara lisan maupun tulisan. Karena hal iniberkaitan dengan kemamuan memor anak. yup....benar sekali belajar berhitung itu jangan langsung angka-angka dan angka. Seperti kata Ibu Melita Rahardjo yang menjeaskan tentang tahapan-tahaan membaca :

  • Tahap awal pengenalan konsep bilangan. Seperti mengajarkan nyanyian " satu satu aku sayang bu...". Nah jika sudah, pada ahapan selanjutnya yaitu dengan mengenalkan bahwasannya dalam bahasa tulis, satu dua tiga yang dimaksud itu mempunyai simbol angka 1 2 3. Tahapan ini menjadi tahapan yang penting karena berhubungan dengan memori anak.
  • Jika sudah paham akan angka angka yang dimaksud, anak bisa di ajarkan tentang pengurutan angka, baik secara lisan maupun tulisan.
  • Jika sudah mahir dalam poin a dan b, ahapan selanjutnya yang bisa kita ajarkan pada anak adalah konsep korespondensi satu-satu. Yaitu (2) mewakiili 2 benda, (4) mewakili empat benda. Setelah anak-anak paham akan konsep ini barulah berlanjut ke osep lebih banyak dan lebih sedikit.
  • Tahapan yang terakhir yaitu oprasi hitung sederhana.

Meletakkan dasar membaca menulis dan berhitung yang baik sejak dini agar anak-anak kita tidak terbebani dalam fase belajar yang lebih lanjut. Sejatinya tujuan utama dalam belajar ialah meciptakan pembelajaran seumur hidup dan bukan hanya sekedar untuk mencapai target akademis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun