Tidak sedikit orang tua yang bingung dan panik saat tau anak belum bisa calistung (membaca-menulis-menghitun) padahal sebentar lagi sudah waktunya untuk masuk ke Sekolah Dasar (SD).
Walaupun sebenarnya menurut peraturan pemeritah pendidikan dan kebudayaan (permendikbud) no.14 tahun 2018 bahwa tes calistu sudah tidak diwajibkanbagi calon siswa kelas 1 SD, tetapi tetap saja hal ini menjadi pikiran para orangtua mengingat pelajaran kelas 1 SD saat ini yang cukup tinggi yang takutnya nantinya akan menjadi beban pkiran anak-anak jika mereka belum menguasai calistung.
Banyaknya lembaga yang mengajarkan calistung untuk anak usia dini membuat orangtua menjadi lebih  udah dalam mencari bantuan agara anak-anak dapat cepat belajar calistung.
Tetapi, hal yang perlu para orangtua ceremati mengrim anak ke suatu lembaga adalah tentang adanya target yang dikejar. Di mana anak benar-benar dididik untuk segera menguasai calistung, sedangkan tidak bisa dipungkiri bahwasannya perkembangan kognitif antar anak satu dengan anak yang lainnya itu berbeda-beda.
Ditakutkan bahwa hal ini akan membuat anak semakin merasa terbebani dan tidak menikmati proses belajar yang sedang ia jalani.
"Guru terbaik untuk anak usia dini adalah orangtua", yup tentunya akan lebih baik kalau orangtua sendiri yang membantu anak untuk menguasai calistung di rumah. Karnanya orangtua harus lebih dulu tau akan konsep pengajarran calistung pada anak.
1. Membaca
   Pada dasarnya anak umur 3-7 tahun memng belum waktunya mahir membaca. Tapi karena tuntutan sekolah, orangtua bisa membiasakan anak-anak untuk pelan-pelan belajar membaca. Ada beberapa cara yang bisa orangtua lakukan :
a. bercerita.Â
Pertama-tama anak perlu diperkenalkan kenapa mereka harus belaajar membaca. Dengan membaca ada banyak sekali hal-hal menarik yang dapat kita temukan. Karena itu, orangtua perlu memerkeenalkan banyak buku certa pada anak dengan cara membacakannya. Agar anak mearuh banyak ketertarikannya pada buku dan menumbuhkan ketertarikannya untuk membaca buku sendiri.
b. Beri pertanyaan.
Berbicara tentang kemampuan membaca buan berarti hanya membicarakan tentng kebisaan anak dalam mengenal abjad dan melafalkan rangkaian huruf yang membentuk kata dan kalimat. Dengan kemampuan membaca seharusnya anak juga sudah mampu mengerti apa yang mereka baca, penasaran dan mempertanyakan akan hal-hal yang ada dalam bacaannya.
Dalam artikel yang dibuat oleh Jenae Jacobson, "10 steps to teaching your child to read", memberikan tips cara mengajarkan pemahaman membaca pada anak. yang pertama yaitu dengan manunjukan cover buku sembari bertanya "kira-kira cerita kali ini tentang apa ya?" dan minta anak menyampaikan pendapatnya tentang jalan cerita bedasarkan cover yang baru saja ia lihat (menebak isi cerita).
Kedua, sembari membackan jalan cerita pada anak hendaknya orangtua memberi pertanyaan "kok si a (karakter cerita) bisa gini ya dek ?". ketiga, jika karakter didalam buku mengalami suatu emosi (sseperti tertawa terbahak-bahak, menangis, marah-marah) tanyakan pada anak apakah anak-anak kita juga pernah mengalami emosi seperti itu beserta alasannya. Lalu yang terakhir, orangtua bisa mengajuka pertanyaan tentang kebenaran prediksi anak saat sebelum membaca tadi.
c. Berikan contohÂ
Walaupun anak-anak sudah suka membaca, jangan lupa kala kesukaannya dengan membaca itu akab memudar jika ia tidak pernah melihat contoh yang dapat ia lihat dirumah. Oleh karena itu, jika orangtua menginginkan anak-anak untuk suka dan rajin membaca, Â hendaknya orangtua sendiri juga harus banyak membaca.
d. BervariasiÂ
Jika anak cepat bosan saat belajar membaca, kurang  minat, dan sebagainya, hendaknya kita sebagi orangtua mengoreksi metode dan strategi pembeajaran yang kita berikan ada anak. atau bisa jadi sudah tepat, namun kurang bervsriasi sehingga anak menjadi mudah sekali untuk bosan.
Maka dari itu disarankan bagi para orangtua untuk lebih membuka wawasan mengenai berbagai strategi pembelajaran membaca demi kelancaran selama proses pembelajaran berlangsung.
2. MenulisÂ
Sama dengan menulis. Mengajarkan menulis bukan semerta-merta memegang pensil dan menulis huruf saja. Perlu adanya tahapan dan stimulasi yang tepat untuk mendukug perkembangan menulis anak.
Metode yang sering di lakukan biasanya seputaran mewarnai tanpa boleh keluar tepi, dan menghungkan garus-garis menjadi suatu huruf. Â Tapi taukah ayah bunda bahwasannya denfan metode seperti ini malah menghambat anak dalam menulis? kenapa?
Sebab metode tersebut lebih fokus pada konten dan kerapian. Stiulasi yang tepat yaitu stimulasi dalam mengasah keamuan motorik halusya. Bukan hanya sekedar fokus pada kemampuan mewarnai anak.
Seperti yang sudah disampaikan oleh Ibu Melita Rahardjo melalui "School of Parenting"Â tentang beberapa faktor yang harus dipenuhi untuk bisa menulis. Yang pertama yaitu faktor fisik.
Orangtua harus memastkan bahwasannya anak idak memiliki gangguan pada mata (seperti rabuh jauh yang sering terjadi pada beberapa anak dan amat sangat disayangkan terkadang ada beberapa orangtua yang tidak mengert akan gangguin ini pada anak)dan tangannya.
Kedua adalah dengan kesiapan motoriK halus anak. beberapa kesiapan ini dapat kita amati  dalam aktivitas yang kita jalani sehari-hari dengan anak. misalkan, mengikat tali sepatu, memegang sendok, menuangkan air kedalam gelas, dll. Jika anak telihat sudah mahir dan terbiasa akan kegiatan tersebut orangtua bisa melajutkan dengan kesiapan kognitif anak.
3. Berhitung.Â
Anak perlu mengenal angka, baik secara lisan maupun tulisan. Karena hal iniberkaitan dengan kemamuan memor anak. yup....benar sekali belajar berhitung itu jangan langsung angka-angka dan angka. Seperti kata Ibu Melita Rahardjo yang menjeaskan tentang tahapan-tahaan membaca :
- Tahap awal pengenalan konsep bilangan. Seperti mengajarkan nyanyian " satu satu aku sayang bu...". Nah jika sudah, pada ahapan selanjutnya yaitu dengan mengenalkan bahwasannya dalam bahasa tulis, satu dua tiga yang dimaksud itu mempunyai simbol angka 1 2 3. Tahapan ini menjadi tahapan yang penting karena berhubungan dengan memori anak.
- Jika sudah paham akan angka angka yang dimaksud, anak bisa di ajarkan tentang pengurutan angka, baik secara lisan maupun tulisan.
- Jika sudah mahir dalam poin a dan b, ahapan selanjutnya yang bisa kita ajarkan pada anak adalah konsep korespondensi satu-satu. Yaitu (2) mewakiili 2 benda, (4) mewakili empat benda. Setelah anak-anak paham akan konsep ini barulah berlanjut ke osep lebih banyak dan lebih sedikit.
- Tahapan yang terakhir yaitu oprasi hitung sederhana.
Meletakkan dasar membaca menulis dan berhitung yang baik sejak dini agar anak-anak kita tidak terbebani dalam fase belajar yang lebih lanjut. Sejatinya tujuan utama dalam belajar ialah meciptakan pembelajaran seumur hidup dan bukan hanya sekedar untuk mencapai target akademis.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI