“Apakah kau tahu pemuda ini? Ia datang kemari bermaksud untuk menikahimu,” Terang Pangeran Codet kepada putrinya, “Apakah kau bersedia?” Lanjutnya.
“Hanya tahu nama saja, Be,” Jawab Maemunah, “Saya bersedia, kalau Astawana bersedia membuatkan saya dua rumah di dua tempat yang berbeda dalam waktu semalam. Saya ingin dua rumah tersebut menjadi mas kawin,” Ujarnya.
Mendengar permintaan itu, Astawana tidak perlu berpikir panjang. Dengan kesaktian yang dimilikinya, ia akan melakukan pekerjaan itu semudah membalikkan telapak tangan.
“Baiklah, akan saya lakukan,” Ucapnya dengan mantap.
Pada keesokan harinya, Maemunah dibuat bangga dengan adanya dua rumah yang dinamakan Batuampar dan Balekambang. Maemunahpun setuju untuk dinikahinya.
Pernikahan mereka berlangsung meriah. Alunan musik khas Betawi yaitu gambang kromong pun menghibur para tamu undangan yang hadir. Para mempelai duduk bersanding di pelaminan tampak bahagia. Begitu pula Pangeran Codet dan istrinya.
Selang beberapa hari semenjak hari pernikahan Astawana dan Maemunah, sakit yang diderita Pangeran Codet menyebabkannya meninggal dunia. Harta dan tahta kekuasaannya diserahkan kepada Astawana yang kemudian menamain daerah kekuasaannya itu menjadi Codet, untuk mengenang jasa dari ayahanda Maemunah. Daerah tersebut masih ada sampai sekarang. Nama Batuampar dan Balekambangpun dijadikan nama kelurahan di daerah Kramat Jati, Jakarta Timur.
Nilai-nilai yang terkandung
-Nilai Agama
Nilai agama adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan aturan/ajaran agama tertentu. Pada legenda di atas, nilai agama yang dapat diambil terdapat pada:
Suatu ketika, datanglah seorang pemuda tampan dan gagah berani bernama Astawana yang hendak melamar Maemunah. Astawanah berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan, tapi sudah lama menetap di Betawi, tepatnya di sebelah timur Codet. Astawana terkenal memiliki kesaktian yang tinggi dan baik hati.
“Assalamualaikum!” Ucap si Tampan namun tidak ada yang menjawab. Barulah pada salam ketiga, suara perempuan menyaut, menjawab salamnya.