Mohon tunggu...
Fiksiana

Legenda Codet

16 Februari 2016   06:40 Diperbarui: 16 Februari 2016   07:14 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Pada suatu hari, hiduplah seorang pangeran bernama Pangeran Geger. Masyarakat sekitar lebih mengenalnya dengan nama Pangeran Codet karena bekas luka (codet) di dahinya. Ia memiliki seorang istri yang cantik dan lima orang putri yang tidak kalah cantiknya. Di antara mereka semua, Maemunah adalah yang tercantik.

Pangeran Codet adalah pangeran yang terkenal kaya-raya pada abad ke-18. Ia menguasai sebuah daerah di Kramat Jati, Jakarta Timur. Karena nama penguasanya, sekarang daerah tersebut terkenal dengan nama Codet.

Suatu ketika, datanglah seorang pemuda tampan dan gagah berani bernama Astawana yang hendak melamar Maemunah. Astawanah berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan, tapi sudah lama menetap di Betawi, tepatnya di sebelah timur Codet. Astawana terkenal memiliki kesaktian yang tinggi dan baik hati.

“Assalamualaikum!” Ucap si Tampan namun tidak ada yang menjawab. Barulah pada salam ketiga, suara perempuan menyaut, menjawab salamnya.

“Waalaikumsalam!” Beberapa saat kemudian, keluarlah seorang wanita dengan paras cantik menawan, yang tidak lain adalah Maemunah. Lalu, Maemunah menyuruh Astawana untuk dudukdi teras sementara ia pergi memanggil kedua orang tuanya.

“Ada apa gerangan datang ke mari, Anak Muda?” Tanya Pangeran Codet saat ia keluar menemui Astawana. “Dan, bolehkan saya mengetahui siapa nama gerangan?”

“S-saya Astawana, Pangeran. Saya bermaksud untuk melamar putri anda yang tidak lain adalah Maemunah,” Jawabnya menjelaskan.

“Astawana? Bukankah kau pemuda yang sangat sakti itu?” Tanya istri Pangeran Codet.

“I-iya, saya Astawana.” Jawab Astawana terbata-bata. Meskipun dengan kesaktiannya yang sangat diagung-agungkan masyarakat sekitar, Astawana adalah pemuda yang sangat rendah hati.

“Wah,hebat kalau begitu!” Balas Pangeran Codet dengan girangnya, “Wahai Putriku! Ke marilah!” Panggilnya.

“Ada apa, Be?” Jawab Maemunah kepada ayahnya dengan panggilan Babe, yang artinya ayah.

“Apakah kau tahu pemuda ini? Ia datang kemari bermaksud untuk menikahimu,” Terang Pangeran Codet kepada putrinya, “Apakah kau bersedia?” Lanjutnya.

“Hanya tahu nama saja, Be,” Jawab Maemunah, “Saya bersedia, kalau Astawana bersedia membuatkan saya dua rumah di dua tempat yang berbeda dalam waktu semalam. Saya ingin dua rumah tersebut menjadi mas kawin,” Ujarnya.

Mendengar permintaan itu, Astawana tidak perlu berpikir panjang. Dengan kesaktian yang dimilikinya, ia akan melakukan pekerjaan itu semudah membalikkan telapak tangan.

“Baiklah, akan saya lakukan,” Ucapnya dengan mantap.

Pada keesokan harinya, Maemunah dibuat bangga dengan adanya dua rumah yang dinamakan Batuampar dan Balekambang. Maemunahpun setuju untuk dinikahinya.

Pernikahan mereka berlangsung meriah. Alunan musik khas Betawi yaitu gambang kromong pun menghibur para tamu undangan yang hadir. Para mempelai duduk bersanding di pelaminan tampak bahagia. Begitu pula Pangeran Codet dan istrinya.

Selang beberapa hari semenjak hari pernikahan Astawana dan Maemunah, sakit yang diderita Pangeran Codet menyebabkannya meninggal dunia. Harta dan tahta kekuasaannya diserahkan kepada Astawana yang kemudian menamain daerah kekuasaannya itu menjadi Codet, untuk mengenang jasa dari ayahanda Maemunah. Daerah tersebut masih ada sampai sekarang. Nama Batuampar dan Balekambangpun dijadikan nama kelurahan di daerah Kramat Jati, Jakarta Timur.

Nilai-nilai yang terkandung

-Nilai Agama
Nilai agama adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan aturan/ajaran agama tertentu. Pada legenda di atas, nilai agama yang dapat diambil terdapat pada:

Suatu ketika, datanglah seorang pemuda tampan dan gagah berani bernama Astawana yang hendak melamar Maemunah. Astawanah berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan, tapi sudah lama menetap di Betawi, tepatnya di sebelah timur Codet. Astawana terkenal memiliki kesaktian yang tinggi dan baik hati.

“Assalamualaikum!” Ucap si Tampan namun tidak ada yang menjawab. Barulah pada salam ketiga, suara perempuan menyaut, menjawab salamnya.

“Waalaikumsalam!” Beberapa saat kemudian, keluarlah seorang wanita dengan paras cantik menawan, yang tidak lain adalah Maemunah. Lalu, Maemunah menyuruh Astawana untuk dudukdi teras sementara ia pergi memanggil kedua orang tuanya.

Adanya penggalan ucapan salam di atas merupakan nilai agama. Dalam agama islam, wajib hukumnya menjawab salam dan sunnah untuk mengucapkan salam. Hal ini berkaitan pula dengan ajaran dari agama tentang adab memasuki rumah orang lain. Nilai agama yang bisa kita ambil adalah mengucapkan salam setiap hendak memasuki rumah orang lain.

-Nilai Moral
Nilai moral adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan peringai atau etika. Nilai moral bisa berupa moral baik, ataupun moral jelek. Dalam legenda di atas, nilai moral dapat terlihat dari penggalan cerita berikut:

Assalamualaikum!” Ucap si Tampan namun tidak ada yang menjawab. Barulah pada salam ketiga, suara perempuan menyaut, menjawab salamnya.

“Waalaikumsalam!” Beberapa saat kemudian, keluarlah seorang wanita dengan paras cantik menawan, yang tidak lain adalah Maemunah. Lalu, Maemunah menyuruh Astawana untuk dudukdi teras sementara ia pergi memanggil kedua orang tuanya.

“Ada apa gerangan datang ke mari, Anak Muda?” Tanya Pangeran Codet saat ia keluar menemui Astawana. “Dan, bolehkan saya mengetahui siapa nama gerangan?”

“S-saya Astawana, Pangeran. Saya bermaksud untuk melamar putri anda yang tidak lain adalah Maemunah,” Jawabnya menjelaskan.

“Astawana? Bukankah kau pemuda yang sangat sakti itu?” Tanya istri Pangeran Codet.

“I-iya, saya Astawana.” Jawab Astawana terbata-bata. Meskipun dengan kesaktiannya yang sangat diagung-agungkan masyarakat sekitar, Astawana adalah pemuda yang sangat rendah hati.

Dari penggalan di atas,nilai moral yang baik terdapat pada diri Astawana. Karena ia mengucap salam dan memiliki budi pekerti yang baik, sopan santun, serta rendah hati. Nilai yang bisa kita ambil adalah kita harus tetap rendah hati dan sopan santun seberapa hebatpun kita.

-Nilai Budaya
Nilai budaya adalah nilai-nilai yang berkenaan dengan tradisi/adat dari daerah tersebut. Contohnya, terdapat pada penggalan:

Pernikahan mereka berlangsung meriah. Alunan musik khas Betawi yaitu gambang kromong pun menghibur para tamu undangan yang hadir. Para mempelai duduk bersanding di pelaminan tampak bahagia. Begitu pula Pangeran Codet dan istrinya.

Nilai budaya yang terdapat dalam penggalan tersebut adalah adat khas Betawi dalam suatu pernikahan yaitu menampilkan gambang kromong sebagai penghibur. Hal ini tentu termasuk kepada nilai budaya karena berkenaan dengan adat khas suatu daerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun