Mohon tunggu...
Fiksiana

Mimpi Menjadi Nyata

31 Oktober 2015   16:43 Diperbarui: 2 November 2015   08:40 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Apa kau yakin kau benar-benar ingin tahu?” raut wajahnya seketika berubah. Wajah polosnya hilang, tergantikan senyum licik yang sekarang menempel lekat di wajahnya. “Kalau kau benar-benar ingin tahu, ceritakan kepadaku,Catherine Adriana Williams. Tentang mimpi-mimpimu, tentang mengapa kau pergi menemui dokter psikologis saat kau berumur 9 tahun, tentang mengapa kau mengusirku dari mimpimu selama 5 tahun, tentang mengapa kau tidak rindu bermain denganku di alam mimpimu?” Ucapnya tanpa henti. Jantungku berdegup kencang, lebih kencang dari biasanya sampai aku tidak yakin apakah bisa lebih cepat.

Aku salah. Bisa lebih cepat, saat Jade Gloom menunjukkan tangan kirinya yang sedari tadi bersembunyi. Tangan kirinya, yang memegang pisau besar. Dan disitulah baru kusadari, tangan kanannya berlumuran darah. Aku bangun dari tempat tidurku, mulai berjalan meringsut kebelakang ruangan, dengan Jade yang mengikutiku. Berjalan lebih pelan kearahku.

“Apa maksudmu?” Ucapku berusaha sebisa mungkin membuat diriku terdengar lebih berani. Seakan-akan Ia tidak membuatku takut.

“Kau menanyakan aku dimana saat pagi seperti ini? Baiklah jika kau benar benar ingin tahu.” Katanya mengangkat pisaunya, menjilatnya seperti lollipop. Tidak merasakan sakit sedikitpun saat ujung tajam pisau menyayat lidahnya. “Aku membunuh teman-teman yang kuanggap menyebalkan. Tidakkah kau sadari, Cat? Kau adalah satu-satunya orang yang tersisa disini.”

“A-apa? Bagaimana?..” Ucapku terbata-bata. Sekujur tubuhku memucat, aku terduduk terpaku pada lantai sementara Jade terus menjelaskan apa yang terjadi dan tidak menghentikan langkahnya sekalipun untuk mendekatiku. Aku adalah orang terakhir yang berada disini. Aku adalah satu-satunya orang di kemah ini selain Jade-bahkan aku sudah tidak yakin apakah Jade manusia sungguhan.

“Dan kau, Cat. Kau adalah teman kecilku, tidakkah kau ingat kita selalu bermain bersama? Tidakkah kau ingat mengapa aku datang ke mimpimu setiap malam dari kau umur 5-9 tahun? Tidakkah kau ingat aku selalu mengajakmu untuk membunuh dirimu sendiri lewat mimpi? Tidakkah kau ingat.. kematianku?” Wajah Jade berubah menjadi penuh amarah. Aku merasa ketakutan, kuharap semua ini hanya mimpi. Aku membiarkan air mata jatuh membanjiri bajuku dan lantai kamar. Aku tidak peduli bekas biru yang akan muncul jika Aku terus mencubit lenganku. Aku hanya ingin bangun dari mimpi buruk ini.

“Kau lupa. Tentu saja, kau membawa dirimu ke dokter psikologis dan mulai melakukan berbagai terapi aneh. Kau melupakanku, Cat. Padahal kau adalah penyebab kematianku. Aku mati, untuk menyelamatkanmu. Kau harus menanggung balasannya.” Ucap Jade dan mengangkat pisaunya tinggi di udara. Aku menghalangi tubuhku dengan tangan kiriku. Dan hal yang berikutnya kusadari, tangan kiriku hilang. Berlumuran darah dari siku sampai bahu. Jemari kiriku sudah tidak ada. Dan Jade, dia hilang.

“TIDAK!!” Teriakku. Aku memejamkan mata. Menangis. Untuk kemudian terbangun dengan kesadaran bahwa aku berada dikamarku. Kamarku di Boston, semua barang masih tertata rapih.

“Catherine?? Catherine, Sayang! Apa yang terjadi?” Tanya Ibuku saat dia memasuki kamar. Aku merasa bingung mengapa Ia seketika menangis dan jatuh terduduk di depan kasurku. Sebelum akhirnya aku menyadari.. bahwa kasur putihku kini berwarna merah. Bercucuran darah segar yang mengalir dari tangan kiriku.

Sabtu, 31 Oktober 2015...

Pada saat itu, Ibu dan Ayah bergegas membawaku kerumah sakit. Aku sempat kehilangan banyak darah, namun tanganku berhasil diobati dan aku bisa melewati hari-hari dengan normal lagi hingga sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun