Mohon tunggu...
safahusna
safahusna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Hukum Universitas Negeri Semarang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Paradigma Pancasila di Kacamata Anak Muda

9 Januari 2025   13:50 Diperbarui: 9 Januari 2025   14:06 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, generasi muda juga perlu memahami Pancasila dalam konteks global. Era digital telah membuka akses terhadap berbagai ideologi dan nilai-nilai asing yang kadang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Sebagai contoh, radikalisme dan individualisme ekstrem adalah dua ancaman besar yang dapat menggerus pemahaman generasi muda terhadap Pancasila. Di tengah arus informasi yang sangat deras, generasi muda harus mampu menyaring ideologi yang masuk dan tetap berpijak pada prinsip-prinsip Pancasila.  Literasi digital menjadi salah satu kunci penting dalam proses ini. Generasi muda yang memahami cara kerja media digital akan lebih mampu mengenali berita palsu, propaganda, atau narasi yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Mereka juga dapat menggunakan media sosial sebagai alat untuk menyebarkan nilai-nilai Pancasila kepada orang lain. Misalnya, mereka dapat mempromosikan kampanye toleransi, keadilan, dan persatuan melalui platform digital yang mereka gunakan sehari-hari. Meski demikian, tidak semua generasi muda memiliki pemahaman yang sama terhadap Pancasila. Perbedaan ini sering kali disebabkan oleh faktor-faktor seperti akses pendidikan, latar belakang sosial, hingga pengaruh keluarga dan lingkungan. Generasi muda yang tumbuh dalam lingkungan yang mendukung nilai-nilai kebangsaan biasanya memiliki pemahaman yang lebih mendalam dibandingkan mereka yang hidup di lingkungan yang kurang peduli terhadap isu-isu nasionalisme.

Implementasi Nilai-Nilai Pancasila oleh Generasi Muda  
 
Generasi muda adalah tulang punggung bangsa yang menentukan arah perkembangan Indonesia di masa depan yang menggerakkan perubahan sosial, ekonomi, dan politik suatu bangsa. Dalam konteks Indonesia, mereka memikul tanggung jawab besar untuk melanjutkan perjuangan ideologi negara, yaitu Pancasila. Sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa, Pancasila mengandung nilai-nilai luhur yang tidak hanya menjadi pedoman, tetapi juga harus diinternalisasi dalam tindakan nyata oleh setiap warga negara, terutama generasi muda. Sebagai generasi penerus, mereka tidak hanya dituntut untuk memahami Pancasila secara teoritis, tetapi juga mengimplementasikan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari. Implementasi nilai-nilai Pancasila oleh generasi muda mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari kejujuran, keadilan, kemanusiaan, hingga peran mereka dalam menjaga persatuan bangsa serta menghadapi tantangan radikalisme dan globalisasi.

Namun, implementasi nilai-nilai Pancasila bukanlah hal yang sederhana. Tantangan globalisasi yang membawa nilai-nilai individualisme, materialisme, dan budaya konsumtif menjadi ujian tersendiri bagi generasi muda dalam menjalankan perannya. Selain itu, arus informasi yang tidak terkendali di era digital dapat mengaburkan pemahaman terhadap nilai-nilai kebangsaan. Dalam situasi ini, generasi muda diharapkan mampu menunjukkan ketahanan ideologis dengan menjadikan Pancasila sebagai acuan utama dalam setiap keputusan dan tindakan.

Implementasi nilai-nilai Pancasila oleh generasi muda bukan hanya terkait dengan kehidupan pribadi mereka, tetapi juga mencakup kontribusi mereka terhadap masyarakat dan negara. Nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, kemanusiaan, persatuan, dan demokrasi harus diterjemahkan ke dalam praktik nyata dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini mencakup perilaku sehari-hari, hubungan sosial, kontribusi dalam pembangunan, serta peran mereka dalam menjaga keberlanjutan bangsa di tengah tantangan domestik dan global.

Selain itu, persatuan sebagai pilar utama Pancasila juga menjadi tanggung jawab besar bagi generasi muda. Dalam menghadapi isu-isu seperti SARA, radikalisme, dan polarisasi sosial, mereka harus menjadi penggerak utama dalam mempromosikan kebersamaan dan toleransi. Melalui media sosial, pendidikan, dan aktivitas komunitas, mereka dapat menyebarkan pesan-pesan positif yang memperkuat persatuan bangsa.
Akhirnya, di era demokrasi yang semakin berkembang, generasi muda harus menjadi aktor aktif yang mendukung tata kelola pemerintahan yang transparan, partisipatif, dan akuntabel. Mereka dapat berperan melalui partisipasi politik, advokasi isu-isu sosial, dan penggunaan media sebagai alat untuk menyuarakan aspirasi.  Dengan berbagai peran ini, implementasi nilai-nilai Pancasila oleh generasi muda tidak hanya menjadi kewajiban moral, tetapi juga kunci keberlanjutan bangsa. Peran mereka akan menentukan sejauh mana Indonesia dapat menjaga identitasnya di tengah perubahan zaman dan tantangan global. Untuk itu, pembahasan lebih mendalam tentang bagaimana nilai-nilai Pancasila diterapkan oleh generasi muda menjadi sangat relevan dan penting untuk memastikan kelangsungan hidup ideologi negara ini.

Cara Mengatasi Tantangan dalam Pemahaman Pancasila oleh Generasi Muda

Untuk menghadapi tantangan yang muncul dalam pemahaman dan implementasi nilai-nilai Pancasila di kalangan generasi muda, diperlukan langkah-langkah yang strategis dan menyeluruh. Upaya untuk mengatasi tantangan ini tidak hanya harus melibatkan individu, tetapi juga melibatkan institusi pendidikan, masyarakat, dan pemerintah. Beberapa cara untuk mengatasi tantangan ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
 
1. Memperkuat Literasi Digital di Kalangan Generasi Muda
Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan media sosial, literasi digital menjadi sebuah keharusan bagi generasi muda saat ini. Dalam era informasi yang serba cepat ini, generasi muda dihadapkan dengan arus informasi yang tidak selalu akurat dan dapat mempengaruhi cara berpikir mereka. Untuk itu, generasi muda harus dibekali dengan kemampuan untuk menyaring dan mengevaluasi informasi yang mereka terima, khususnya yang berkaitan dengan nilai-nilai kebangsaan, agama, dan politik.
Literasi digital tidak hanya mengajarkan keterampilan teknis dalam menggunakan teknologi, tetapi juga membekali generasi muda dengan pemahaman tentang etika digital dan tanggung jawab mereka dalam dunia maya. Generasi muda harus diajarkan untuk membedakan antara informasi yang benar dan yang hoaks, serta mengetahui bagaimana cara menggunakan media sosial untuk tujuan positif, seperti menyebarkan nilai-nilai Pancasila, perdamaian, toleransi, dan kebersamaan. Pendidikan literasi digital ini bisa dimulai sejak dini, baik di sekolah maupun melalui program pelatihan dan workshop di luar sekolah.
Penting juga untuk menumbuhkan kesadaran bahwa media sosial bukanlah ruang bebas yang terlepas dari norma-norma sosial. Di dunia maya, generasi muda harus belajar untuk bertindak dengan bijak dan bertanggung jawab, dengan tidak menyebarkan kebencian atau konten yang dapat memecah belah masyarakat. Hal ini sejalan dengan sila ketiga Pancasila, yang mengajarkan pentingnya persatuan Indonesia. Oleh karena itu, pengajaran literasi digital yang berbasis pada nilai-nilai kebangsaan menjadi sangat penting untuk mencegah penyebaran informasi yang dapat merusak persatuan dan kesatuan bangsa.
 
2. Meningkatkan Pengetahuan Agama yang Moderat dan Toleran
Agama memiliki peranan penting dalam pembentukan karakter generasi muda. Namun, dalam menghadapi tantangan radikalisasi dan intoleransi yang semakin meluas, penting bagi generasi muda untuk memiliki pengetahuan agama yang benar, moderat, dan toleran. Pendidikan agama yang holistik harus diajarkan kepada generasi muda dengan tujuan tidak hanya untuk mengembangkan spiritualitas, tetapi juga untuk membangun rasa saling menghormati terhadap agama dan kepercayaan lain.
Pendidikan agama yang moderat mengajarkan bahwa agama bukanlah alasan untuk membenarkan kekerasan atau diskriminasi. Sebaliknya, agama mengajarkan nilai-nilai kedamaian, kasih sayang, dan penghormatan terhadap kehidupan. Di dalam kerangka Pancasila, sila pertama, “Ketuhanan yang Maha Esa”, menekankan bahwa setiap warga negara berhak untuk memeluk agama dan beribadah sesuai dengan keyakinannya masing-masing tanpa adanya diskriminasi atau paksaan.
Selain itu, untuk memperkuat pemahaman agama yang toleran, generasi muda perlu dilibatkan dalam dialog lintas agama. Dialog semacam ini bisa dilakukan melalui kegiatan keagamaan bersama, diskusi antar umat beragama, atau berbagai forum yang memungkinkan generasi muda dari berbagai latar belakang agama untuk saling bertukar pandangan dan pengalaman. Dengan demikian, mereka dapat memahami bahwa perbedaan agama adalah sesuatu yang wajar dan harus dihargai, bukan dijadikan sumber konflik.
Pemahaman agama yang mendalam dan moderat akan mengurangi kecenderungan generasi muda untuk terjebak dalam ajaran yang ekstrem atau intoleran. Dengan demikian, mereka akan lebih siap untuk menyebarkan pesan perdamaian dan menghargai keragaman, yang pada akhirnya akan memperkuat persatuan bangsa sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
 
3. Menjalin Silaturahmi Antar Umat Beragama untuk Mempererat Persatuan
Tantangan dalam pemahaman Pancasila di kalangan generasi muda seringkali muncul akibat kurangnya pemahaman dan komunikasi antar kelompok, terutama dalam hal agama dan budaya. Oleh karena itu, untuk menjaga persatuan bangsa, generasi muda perlu diberikan ruang dan kesempatan untuk menjalin silaturahmi antar umat beragama. Silaturahmi antar umat beragama bukan hanya sebagai kegiatan sosial yang bersifat seremonial, tetapi juga sebagai sarana untuk memperkuat rasa persaudaraan dan mengurangi potensi konflik antar kelompok.
Dalam hal ini, sekolah, perguruan tinggi, dan lembaga masyarakat dapat memainkan peran penting dalam menciptakan ruang bagi generasi muda untuk bertemu dan berinteraksi dengan teman-teman dari agama dan budaya yang berbeda. Kegiatan seperti diskusi, seminar, atau bahkan proyek sosial yang melibatkan berbagai kelompok agama dapat menjadi platform yang efektif untuk menciptakan pemahaman yang lebih baik antar umat beragama.
Dengan meningkatkan silaturahmi antar umat beragama, generasi muda akan belajar bahwa perbedaan bukanlah hal yang harus dipertentangkan, melainkan sesuatu yang memperkaya kehidupan bermasyarakat. Dalam konteks Pancasila, sila kedua yang mengajarkan tentang kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi pijakan untuk menegakkan nilai-nilai toleransi, kedamaian, dan kebersamaan. Generasi muda yang telah terbiasa dengan silaturahmi lintas agama juga akan lebih mudah menanggapi isu-isu sensitif seperti diskriminasi, intoleransi, atau kekerasan dengan perspektif yang lebih damai dan konstruktif. Mereka akan menjadi agen perubahan yang mampu menyebarkan nilai-nilai kebersamaan dan persatuan, bukan hanya dalam ruang lokal, tetapi juga dalam konteks global yang semakin plural.
 
4. Pendidikan Karakter yang Berfokus pada Pancasila di Sekolah dan Masyarakat
Untuk memastikan bahwa generasi muda benar-benar memahami dan menghayati nilai-nilai Pancasila, pendidikan karakter yang berfokus pada penerapan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari harus diperkuat. Pendidikan karakter ini tidak hanya terbatas pada pengajaran teori tentang Pancasila, tetapi lebih kepada pengembangan sikap dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila, baik di dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Pendidikan karakter yang berbasis Pancasila dapat mencakup berbagai aspek, seperti kejujuran, kedisiplinan, kerja sama, tanggung jawab sosial, dan rasa hormat terhadap perbedaan. Di sekolah, kurikulum yang mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam setiap mata pelajaran akan memberikan pemahaman yang lebih komprehensif bagi siswa. Misalnya, pembelajaran tentang sejarah Indonesia, kewarganegaraan, atau pendidikan agama dapat diarahkan untuk menanamkan prinsip-prinsip Pancasila sebagai fondasi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Selain itu, pendidikan karakter juga harus melibatkan peran orang tua dan masyarakat. Orang tua harus memberikan contoh yang baik dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan keluarga sehari-hari, seperti menghargai perbedaan pendapat, berbagi dengan sesama, dan menjaga keharmonisan keluarga. Masyarakat juga harus mendukung terciptanya lingkungan yang kondusif bagi generasi muda untuk berkembang dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila. Hal ini bisa dilakukan melalui kegiatan sosial, budaya, atau program-program komunitas yang mengedepankan prinsip-prinsip gotong royong dan kebersamaan.
Dengan memperkuat pendidikan karakter yang berbasis pada Pancasila, diharapkan generasi muda tidak hanya mengenal teks Pancasila, tetapi juga mampu menghayati dan mengamalkannya dalam setiap aspek kehidupan mereka. Mereka akan menjadi generasi yang tidak hanya cerdas dalam bidang akademik, tetapi juga memiliki integritas, tanggung jawab sosial, dan rasa cinta tanah air yang mendalam.

KESIMPULAN
 
Sebagai dasar negara yang telah menjadi fondasi kehidupan berbangsa dan bernegara, Pancasila memegang peranan yang sangat penting dalam membentuk karakter dan identitas bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila—yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial—merupakan prinsip-prinsip luhur yang harus dipahami dan dihayati oleh setiap warga negara, terutama oleh generasi muda yang akan menjadi penerus perjuangan bangsa. Namun, pemahaman generasi muda terhadap Pancasila saat ini tidak terlepas dari tantangan besar. Di tengah arus globalisasi yang begitu cepat dan pengaruh budaya asing yang semakin mendominasi, nilai-nilai Pancasila seringkali terpinggirkan. Globalisasi membawa pengaruh yang tidak selalu sejalan dengan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Pancasila, seperti individualisme, materialisme, dan hedonisme, yang bertentangan dengan nilai-nilai gotong royong, persatuan, dan keadilan sosial. Selain itu, penyebaran informasi yang tidak terkendali melalui media sosial dapat menambah kerumitan dalam memelihara integritas Pancasila di kalangan generasi muda, yang lebih mudah terpapar pada hoaks dan ideologi-ideologi yang dapat merusak kesatuan bangsa. Namun demikian, tantangan-tantangan tersebut juga membuka peluang bagi generasi muda untuk menunjukkan peran aktif mereka dalam memperkokoh nilai-nilai Pancasila. Generasi muda memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan yang mampu memadukan tradisi dengan kemajuan zaman. Sebagai kelompok yang paham dengan teknologi dan perubahan zaman, mereka memiliki kapasitas untuk menjadikan Pancasila relevan dengan konteks kehidupan modern. Melalui penguatan pemahaman, implementasi nilai-nilai Pancasila, dan upaya menghadapi tantangan yang ada, generasi muda dapat menjadi penjaga nilai-nilai kebangsaan yang abadi.
Generasi muda saat ini telah menunjukkan pemahaman yang cukup dalam terhadap nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila. Mereka mengerti bahwa Pancasila bukan sekadar teks yang perlu dihafal, tetapi sebuah pedoman hidup yang seharusnya diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, kemanusiaan, dan persatuan telah menjadi bagian dari prinsip hidup mereka. Dalam aspek sosial, generasi muda telah mulai mengadopsi sikap yang inklusif, menghargai perbedaan, dan menunjukkan toleransi yang tinggi terhadap sesama. Dalam bidang politik, mereka semakin terlibat dalam proses demokrasi dengan menyuarakan hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara yang bertanggung jawab. Namun, implementasi nilai-nilai Pancasila oleh generasi muda tidak terlepas dari tantangan yang dihadapi. Salah satu tantangan terbesar adalah arus globalisasi yang membawa nilai-nilai asing yang seringkali bertentangan dengan prinsip-prinsip Pancasila. Di tengah pergeseran budaya global, nilai-nilai seperti individualisme dan materialisme sering mendominasi, sementara nilai-nilai Pancasila yang mengedepankan kebersamaan dan gotong royong sering terabaikan. Selain itu, fenomena radikalisasi yang mulai berkembang di berbagai belahan dunia juga mengancam nilai-nilai persatuan dan toleransi yang diajarkan oleh Pancasila. Untuk mengatasi tantangan ini, generasi muda perlu memiliki kemampuan untuk menyaring dan menganalisis informasi yang mereka terima, khususnya yang berasal dari dunia maya. Penguatan literasi digital menjadi hal yang sangat penting untuk membekali generasi muda dengan kemampuan membedakan antara informasi yang valid dan hoaks. Hal ini akan membantu mereka untuk menghindari terjebak dalam arus informasi yang salah dan tidak bermanfaat.
Selain itu, penguatan pengetahuan agama yang moderat dan toleran juga sangat diperlukan. Generasi muda perlu dilatih untuk memahami ajaran agama mereka dengan cara yang benar dan tidak ekstrem. Mereka juga perlu diberikan pemahaman tentang pentingnya toleransi antarumat beragama sebagai salah satu nilai utama dalam Pancasila, khususnya dalam konteks sila pertama yang mengedepankan “Ketuhanan yang Maha Esa.” Meningkatkan kualitas pemahaman agama yang toleran akan menciptakan generasi muda yang lebih dewasa, bijaksana, dan mampu menghargai perbedaan, bukan malah membenarkan kekerasan atau diskriminasi atas nama agama.Selain itu, penting bagi generasi muda untuk menjalin silaturahmi antar umat beragama guna mempererat persatuan bangsa. Dialog lintas agama dan kegiatan bersama antar kelompok agama akan menumbuhkan rasa saling menghormati dan memperkecil potensi konflik antar umat beragama. Hal ini sesuai dengan sila kedua Pancasila yang mengajarkan tentang kemanusiaan yang adil dan beradab. Dengan mempererat tali persaudaraan antar umat beragama, generasi muda dapat menciptakan lingkungan yang damai, harmoni, dan penuh toleransi.
Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, generasi muda perlu mengambil langkah-langkah konkret. Salah satunya adalah dengan memperkuat literasi digital dan keterampilan berpikir kritis. Literasi digital yang baik akan membekali mereka untuk memahami dan memanfaatkan teknologi dengan bijak, serta mampu menyaring informasi yang datang dari berbagai platform. Generasi muda harus dilatih untuk bisa mengevaluasi konten yang mereka terima, terutama yang berkaitan dengan ideologi atau konten yang dapat merusak persatuan bangsa. Mereka juga harus diberi pengetahuan tentang bagaimana menggunakan media sosial secara positif untuk menyebarkan nilai-nilai Pancasila dan mencegah penyebaran informasi yang salah. Pendidikan karakter yang berbasis pada nilai-nilai Pancasila harus diperkuat di semua level pendidikan, mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Sekolah-sekolah harus mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam setiap mata pelajaran agar generasi muda tidak hanya mengerti teks Pancasila, tetapi juga dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Di luar sekolah, masyarakat juga memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan karakter generasi muda sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Kegiatan sosial yang mendorong gotong royong, kebersamaan, dan kepedulian sosial dapat menjadi sarana yang efektif untuk menerapkan nilai-nilai Pancasila. Selain itu, penguatan pengetahuan agama yang moderat, toleran, dan inklusif harus terus diperjuangkan. Generasi muda perlu diberikan pemahaman tentang agama mereka secara benar, bukan melalui pendekatan yang sempit atau ekstrem. Dengan demikian, mereka dapat menghargai perbedaan dan hidup berdampingan dengan damai, sesuai dengan prinsip Pancasila yang mengutamakan persatuan dalam keragaman.

DAFTAR PUSTAKA
 
Huda, N. (2023). Pemahaman Pancasila oleh Generasi Muda di Indonesia: Studi Literatur. Jurnal Pendidikan Pancasila, 11(2), 112-125.  BPK Penabur https://bpkpenabur.or.id › artikel Memaknai Pancasila Dari Kacamata Generasi Muda

Sari, F. (2024). *Pengaruh Pendidikan Karakter terhadap Penerapan Nilai Pancasila pada Generasi Muda*. Jurnal Ilmu Sosial dan Budaya, 5(1), 45-60. UGM Press https://ugmpress.ugm.ac.id › ...PDF DEKONSTRUKSI PEMAHAMAN PANCASILA: Menggali Jati Diri

Prasetyo, A. (2022). *Tantangan dan Solusi Pemahaman Pancasila di Era Digital*. Jurnal Pendidikan Pancasila, 10(3), Kementerian Pertahanan https://www.kemhan.go.id › ...PDF PEMANTAPAN NILAI-NILAI PANCASILA KEPADA GENERASI ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun