Mohon tunggu...
safahusna
safahusna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Hukum Universitas Negeri Semarang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Paradigma Pancasila di Kacamata Anak Muda

9 Januari 2025   13:50 Diperbarui: 9 Januari 2025   14:06 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai sila pertama Pancasila, menekankan pentingnya hubungan manusia dengan Tuhan, sekaligus menjunjung tinggi nilai toleransi antaragama. Dalam masyarakat yang plural seperti Indonesia, sila ini mengajarkan generasi muda untuk menghormati perbedaan keyakinan dan hidup berdampingan secara harmonis.Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kasus intoleransi masih sering terjadi, bahkan di kalangan generasi muda. Penyebaran narasi kebencian berbasis agama di media sosial menjadi salah satu ancaman serius yang harus diatasi. Dalam konteks ini, pendidikan agama yang inklusif dan literasi digital menjadi kunci penting untuk memastikan bahwa generasi muda dapat memahami dan menerapkan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan mereka.  

Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, mengajarkan pentingnya menghormati hak asasi manusia dan memperlakukan sesama dengan penuh rasa kemanusiaan. Di era modern ini, tantangan terbesar dalam menerapkan sila ini adalah meningkatnya individualisme dan kurangnya empati sosial akibat gaya hidup yang semakin materialistis. Generasi muda, yang sering kali menjadi korban dari tekanan sosial dan ekonomi, dituntut untuk menghidupkan kembali nilai-nilai solidaritas dan kepedulian sosial. Aksi-aksi solidaritas, seperti gerakan donasi online, kampanye lingkungan, dan program pemberdayaan masyarakat, dapat menjadi contoh konkret bagaimana sila ini dapat diimplementasikan secara relevan dalam kehidupan sehari-hari.  

Persatuan Indonesia, sebagai sila ketiga, menjadi inti dari Pancasila yang menegaskan pentingnya menjaga kesatuan dan persatuan bangsa. Di tengah keberagaman budaya, bahasa, dan agama yang dimiliki Indonesia, persatuan menjadi modal utama untuk menjaga stabilitas dan harmoni sosial. Namun, tantangan terbesar dalam menerapkan sila ini adalah meningkatnya polarisasi sosial yang disebabkan oleh perbedaan pandangan politik, agama, atau etnis. Polarisasi ini sering kali diperburuk oleh keberadaan media sosial yang cenderung memfasilitasi penyebaran narasi kebencian dan memperkuat segregasi sosial. Dalam konteks ini, generasi muda memiliki peran penting untuk menjadi jembatan yang menyatukan perbedaan, baik melalui dialog lintas budaya maupun aksi-aksi yang mendorong inklusi sosial.  
Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, menekankan pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang demokratis. Dalam konteks generasi muda, sila ini relevan dengan upaya untuk meningkatkan kesadaran politik dan partisipasi dalam demokrasi. Pemilu, misalnya, merupakan salah satu momen penting di mana generasi muda dapat mengekspresikan aspirasi mereka dan memilih pemimpin yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Namun, rendahnya tingkat partisipasi politik di kalangan generasi muda sering kali menjadi tantangan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pendidikan politik yang memadai dan meningkatnya ketidakpercayaan terhadap sistem politik. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan literasi politik di kalangan generasi muda menjadi sangat penting.  

Sila terakhir, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, menekankan pentingnya pemerataan kesejahteraan dan keadilan bagi semua warga negara. Dalam konteks ini, generasi muda memiliki peran strategis untuk mendorong inovasi dan pemberdayaan ekonomi yang berorientasi pada keadilan sosial. Program-program seperti start-up sosial, kampanye lingkungan, dan gerakan ekonomi kreatif dapat menjadi media bagi generasi muda untuk mengimplementasikan nilai-nilai keadilan sosial secara praktis.  Selain tantangan-tantangan yang telah disebutkan, generasi muda juga dihadapkan pada ancaman radikalisme yang terus berkembang, terutama melalui dunia maya. Penyebaran paham-paham ekstrem yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila sering kali menyasar generasi muda sebagai target utama. Kurangnya pemahaman ideologis dan kerentanan emosional menjadi faktor utama yang membuat generasi muda rentan terhadap propaganda radikal. Dalam situasi ini, pendekatan yang inklusif dan edukatif menjadi sangat penting untuk membentengi generasi muda dari pengaruh negatif tersebut.
Dengan berbagai tantangan yang dihadapi, upaya untuk merevitalisasi nilai-nilai Pancasila di kalangan generasi muda menjadi semakin mendesak. Pemerintah, masyarakat, dan lembaga pendidikan perlu bekerja sama untuk menciptakan ekosistem yang mendukung penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan formal, misalnya, dapat menjadi media efektif untuk menanamkan pemahaman mendalam tentang Pancasila, baik melalui kurikulum yang relevan maupun program-program ekstrakurikuler yang berbasis pada nilai-nilai kebangsaan. Selain itu, komunitas-komunitas berbasis Pancasila juga dapat menjadi ruang bagi generasi muda untuk belajar dan berkontribusi dalam membangun bangsa. Program-program seperti dialog lintas agama, kampanye lingkungan, dan kegiatan sosial lainnya dapat menjadi media untuk memperkuat kesadaran kolektif tentang pentingnya nilai-nilai Pancasila.  
Dalam konteks digital, generasi muda juga dapat memanfaatkan teknologi untuk mempromosikan nilai-nilai Pancasila secara kreatif. Konten-konten seperti video edukasi, kampanye sosial, dan aplikasi berbasis kebangsaan dapat menjadi cara yang efektif untuk menjangkau audiens yang lebih luas.  Dengan semua peluang dan tantangan yang ada, generasi muda memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan yang mampu menghidupkan kembali nilai-nilai Pancasila di tengah perubahan zaman. Namun, untuk mewujudkan hal ini, diperlukan komitmen kolektif dari semua pihak untuk mendukung dan membimbing generasi muda dalam perjalanan mereka.


Pemahaman Generasi Muda terhadap Pancasila  

Generasi muda Indonesia memiliki tanggung jawab besar sebagai penjaga kelangsungan ideologi bangsa, Pancasila. Pemahaman yang mendalam terhadap Pancasila menjadi kunci utama agar nilai-nilai luhur bangsa ini tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dalam konteks kehidupan yang semakin kompleks di era globalisasi. Pemahaman ini tidak hanya terbatas pada aspek teoritis atau akademis, tetapi juga mencakup dimensi historis, filosofis, serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk memahami Pancasila secara komprehensif, generasi muda harus menelusuri jejak sejarah pembentukannya, mendalami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, dan menginternalisasikan makna Pancasila dalam menghadapi tantangan kontemporer.

Generasi muda adalah aset bangsa yang memainkan peran kunci dalam memastikan keberlanjutan nilai-nilai fundamental seperti Pancasila. Sebagai ideologi dan dasar negara, Pancasila merupakan warisan bangsa yang harus terus dipahami, dijaga, dan diterapkan oleh setiap generasi, termasuk generasi muda. Dalam menghadapi era globalisasi yang kompleks, pemahaman generasi muda terhadap Pancasila menjadi semakin penting karena mereka tidak hanya bertanggung jawab untuk melestarikannya, tetapi juga memodernisasi aplikasinya dalam konteks kehidupan yang berubah cepat.

Pemahaman generasi muda terhadap Pancasila dapat dilihat dari berbagai dimensi, termasuk sejarah, nilai-nilai filosofis, hingga penerapan nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Secara historis, generasi muda perlu memahami bahwa Pancasila bukanlah dokumen statis yang hanya relevan pada masa lalu. Pancasila adalah produk perjuangan bangsa, lahir dari pergumulan panjang untuk menemukan titik temu berbagai kepentingan, budaya, dan kepercayaan yang ada di Indonesia. Dalam hal ini, memahami proses sejarah lahirnya Pancasila dapat memperkuat rasa hormat dan tanggung jawab generasi muda terhadap nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Banyak generasi muda yang telah memahami bahwa Pancasila tidak hanya sekadar dasar negara, tetapi juga panduan etika dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan sosial menjadi prinsip dasar yang dapat diinternalisasi dalam setiap aspek kehidupan. Sebagai contoh, sila pertama, “Ketuhanan Yang Maha Esa,” mengajarkan mereka untuk hidup dengan rasa hormat terhadap perbedaan agama dan keyakinan. Dalam masyarakat Indonesia yang pluralistik, pemahaman terhadap nilai ini sangat penting untuk membangun harmoni sosial.

Namun, pemahaman generasi muda terhadap Pancasila sering kali dipengaruhi oleh kualitas pendidikan dan lingkungan sosial mereka. Sistem pendidikan yang ada saat ini telah memberikan ruang untuk mempelajari Pancasila, baik melalui mata pelajaran seperti Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) atau Mata Kuliah Pancasila, serta dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti organisasi pemuda dan pramuka. Akan tetapi, pembelajaran ini masih sering bersifat teoritis dan kurang menyentuh aspek praktis, sehingga banyak generasi muda yang menganggap Pancasila hanya sebagai dokumen formal atau pelajaran sekolah belaka.

Untuk memperdalam pemahaman ini, generasi muda membutuhkan pendekatan pendidikan yang lebih aplikatif dan kontekstual. Misalnya, pembelajaran Pancasila bisa lebih efektif jika dikaitkan dengan isu-isu nyata yang mereka hadapi, seperti konflik sosial, tantangan keberagaman, hingga penyalahgunaan teknologi. Dengan demikian, mereka tidak hanya memahami nilai-nilai Pancasila sebagai sesuatu yang abstrak, tetapi juga mampu menerapkannya untuk mencari solusi atas masalah-masalah tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun