Mohon tunggu...
safahusna
safahusna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Hukum Universitas Negeri Semarang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Paradigma Pancasila di Kacamata Anak Muda

9 Januari 2025   13:50 Diperbarui: 9 Januari 2025   14:06 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan Sekolah Rakyat Maroon (SRM) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang

ABSTRAK
 
Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara Republik Indonesia adalah warisan luhur yang tidak hanya menjadi landasan normatif, tetapi juga penuntun bagi masyarakat dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam konteks ini, generasi muda sebagai penerus bangsa memegang peran penting dalam menjaga relevansi dan keberlanjutan nilai-nilai Pancasila di tengah tantangan zaman. 

Era globalisasi menghadirkan dinamika sosial, politik, dan budaya yang semakin kompleks. Di satu sisi, perkembangan teknologi informasi membuka peluang besar bagi generasi muda untuk mengakses informasi dan berkontribusi dalam berbagai aspek kehidupan secara lebih luas. Di sisi lain, arus globalisasi ini juga membawa ancaman, seperti terkikisnya nilai kebangsaan, masuknya ideologi asing yang bertentangan dengan Pancasila, serta meningkatnya penyebaran radikalisme dan intoleransi, terutama melalui dunia maya.  

Generasi muda dihadapkan pada tantangan besar untuk mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam kehidupan sehari-hari di tengah transformasi sosial yang cepat. Nilai-nilai Pancasila, seperti Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan, harus diterapkan dalam konteks yang relevan dengan kebutuhan dan tantangan masa kini. Pemahaman generasi muda terhadap sejarah dan filosofi Pancasila menjadi fondasi penting untuk memastikan bahwa nilai-nilai tersebut tidak hanya menjadi simbol atau jargon, tetapi juga menjadi panduan praktis dalam pengambilan keputusan, perilaku sosial, dan aktivitas politik. Misalnya, nilai Ketuhanan dapat diterapkan dengan meningkatkan toleransi antaragama, sementara nilai Kemanusiaan dapat diwujudkan melalui solidaritas sosial dan kepedulian terhadap isu-isu kemanusiaan, seperti kemiskinan, ketimpangan sosial, dan lingkungan hidup.  
Selain itu, generasi muda memiliki peran strategis sebagai agen perubahan yang dapat memanfaatkan media sosial dan teknologi digital secara bijak untuk menyebarkan pesan-pesan positif dan melawan disinformasi, hoaks, serta ujaran kebencian. Dengan jumlah pengguna media sosial yang terus meningkat, platform digital dapat menjadi ruang baru bagi generasi muda untuk mempromosikan nilai-nilai Pancasila, baik melalui kampanye toleransi, pendidikan kebangsaan, maupun aksi solidaritas yang bersifat inklusif. Literasi digital menjadi keterampilan penting yang harus dimiliki generasi muda untuk menghadapi arus informasi yang begitu deras dan sering kali tidak terverifikasi. Namun, penerapan nilai-nilai Pancasila di kalangan generasi muda tidak terlepas dari berbagai tantangan, termasuk krisis identitas nasional yang muncul akibat derasnya pengaruh budaya asing. Degradasi moral dan penurunan rasa bangga terhadap budaya lokal semakin menguat, terutama di tengah gaya hidup modern yang cenderung individualistik. Selain itu, meningkatnya penyebaran radikalisme di kalangan generasi muda juga menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan nilai-nilai Pancasila. Beberapa kasus menunjukkan bahwa kelompok-kelompok tertentu berhasil memanfaatkan kerentanan emosional dan kurangnya literasi ideologis generasi muda untuk menyebarkan paham-paham ekstrem yang bertentangan dengan nilai-nilai kebangsaan.  

Di tengah berbagai tantangan tersebut, upaya untuk merevitalisasi nilai-nilai Pancasila menjadi semakin mendesak. Pendidikan formal dan informal memainkan peran penting dalam menanamkan pemahaman mendalam tentang pentingnya Pancasila sebagai panduan hidup berbangsa dan bernegara. Kurikulum pendidikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga mampu menghadirkan Pancasila dalam konteks yang relevan dengan kebutuhan generasi muda, baik melalui pembelajaran sejarah, diskusi kritis, maupun implementasi praktis di lingkungan sekolah dan masyarakat.  

Selain itu, program-program berbasis komunitas juga dapat menjadi media efektif untuk membangun kesadaran kolektif tentang nilai-nilai Pancasila. Misalnya, generasi muda dapat dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan sosial yang mengedepankan semangat gotong royong, solidaritas, dan inklusi sosial. Seperti SRM (Sekolah Rakyat Maroon) yang diadakan di Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang. Dalam konteks demokrasi, generasi muda juga harus didorong untuk berpartisipasi aktif dalam proses politik, baik melalui diskusi publik, pemilu, maupun advokasi sosial yang berorientasi pada kepentingan rakyat banyak.  
Pancasila juga harus diadaptasi ke dalam ruang digital untuk menjawab kebutuhan zaman. Dengan memanfaatkan kreativitas dan inovasi, generasi muda dapat menciptakan konten-konten yang menggambarkan nilai-nilai Pancasila dalam format yang menarik dan mudah dipahami oleh masyarakat luas. Misalnya, video pendek, infografis, atau kampanye digital dapat menjadi sarana efektif untuk menyampaikan pesan-pesan kebangsaan secara masif. Pendekatan ini tidak hanya relevan tetapi juga strategis, mengingat dominasi media sosial dalam kehidupan sehari-hari generasi muda.  

Urgensi untuk mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam kehidupan generasi muda tidak hanya penting untuk menjaga identitas kebangsaan, tetapi juga untuk menghadapi tantangan global yang semakin kompleks. Nilai-nilai Pancasila memberikan fondasi moral dan etika yang kokoh bagi generasi muda untuk tetap tangguh menghadapi tekanan globalisasi, radikalisme, dan disintegrasi sosial. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, lembaga pendidikan, dan generasi muda sendiri sangat diperlukan untuk memastikan bahwa nilai-nilai Sang Pancasila tetap relevan dan menjadi pedoman utama dalam membangun Indonesia yang maju, adil, dan sejahtera.  

PENDAHULUAN
 
Pancasila merupakan ideologi dasar negara yang telah menjadi pondasi kokoh bagi Republik Indonesia sejak lahirnya bangsa ini. Sebagai sebuah ideologi, Pancasila tidak hanya sekadar menjadi pedoman formal dalam sistem kenegaraan, tetapi juga sebagai panduan moral dan filosofi kehidupan yang menjadi dasar hubungan sosial, politik, dan budaya di masyarakat. Dalam lima prinsipnya, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, Pancasila mencerminkan visi besar bangsa Indonesia untuk membangun negara yang harmonis, inklusif, dan berkeadilan.  

Namun, di tengah derasnya arus globalisasi dan perubahan sosial yang begitu cepat, relevansi dan keberlanjutan Pancasila sebagai ideologi bangsa mulai menghadapi berbagai tantangan. Generasi muda, yang kini mendominasi jumlah populasi Indonesia, memainkan peran krusial dalam memastikan bahwa nilai-nilai Pancasila tetap hidup dan relevan di tengah perubahan zaman. Sebagai generasi yang terpapar langsung oleh perkembangan teknologi digital, globalisasi budaya, dan perubahan sosial yang dinamis, generasi muda memiliki peluang sekaligus tantangan yang besar dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.  

Di satu sisi, globalisasi membuka peluang besar bagi generasi muda untuk menjalin interaksi lintas budaya, memperluas wawasan, dan mengakses sumber daya global untuk mendukung pembangunan bangsa. Namun, di sisi lain, globalisasi juga membawa ancaman berupa terkikisnya identitas nasional, masuknya ideologi asing yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila, serta meningkatnya polarisasi sosial akibat penyalahgunaan teknologi. Dalam situasi seperti ini, peran generasi muda sebagai agen perubahan menjadi sangat penting. Mereka tidak hanya dituntut untuk memahami Pancasila secara teoritis, tetapi juga untuk menerapkan nilai-nilai tersebut secara praktis dalam kehidupan sehari-hari.
Pemahaman mendalam terhadap Pancasila harus dimulai dari pengenalan terhadap sejarah dan filosofi di balik lahirnya ideologi tersebut. Pancasila bukanlah produk yang muncul secara instan; ia adalah hasil kristalisasi dari perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang penuh dengan perjuangan dan dinamika sosial-politik. Para pendiri bangsa, dengan kebijaksanaan dan visi mereka, merumuskan Pancasila sebagai sebuah ideologi yang mampu menjembatani keberagaman Indonesia, yang terdiri dari berbagai suku, agama, bahasa, dan budaya. Dalam konteks ini, generasi muda perlu menyadari bahwa Pancasila bukan hanya sebuah dokumen formal yang dibacakan pada upacara kenegaraan, tetapi juga sebuah warisan berharga yang memiliki relevansi mendalam untuk menjawab berbagai tantangan kontemporer.  

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi generasi muda saat ini adalah derasnya arus informasi yang sering kali tidak terfilter. Kemajuan teknologi informasi, terutama media sosial, telah mengubah cara generasi muda berinteraksi, belajar, dan membentuk opini. Di satu sisi, teknologi ini memberikan kemudahan akses terhadap informasi dan peluang untuk berpartisipasi dalam diskusi global. Namun, di sisi lain, teknologi juga menjadi medium bagi penyebaran disinformasi, hoaks, dan ujaran kebencian yang dapat merusak harmoni sosial. Dalam situasi seperti ini, nilai-nilai Pancasila, seperti toleransi, gotong royong, dan keadilan, menjadi sangat relevan untuk diterapkan.  

Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai sila pertama Pancasila, menekankan pentingnya hubungan manusia dengan Tuhan, sekaligus menjunjung tinggi nilai toleransi antaragama. Dalam masyarakat yang plural seperti Indonesia, sila ini mengajarkan generasi muda untuk menghormati perbedaan keyakinan dan hidup berdampingan secara harmonis.Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kasus intoleransi masih sering terjadi, bahkan di kalangan generasi muda. Penyebaran narasi kebencian berbasis agama di media sosial menjadi salah satu ancaman serius yang harus diatasi. Dalam konteks ini, pendidikan agama yang inklusif dan literasi digital menjadi kunci penting untuk memastikan bahwa generasi muda dapat memahami dan menerapkan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan mereka.  

Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, mengajarkan pentingnya menghormati hak asasi manusia dan memperlakukan sesama dengan penuh rasa kemanusiaan. Di era modern ini, tantangan terbesar dalam menerapkan sila ini adalah meningkatnya individualisme dan kurangnya empati sosial akibat gaya hidup yang semakin materialistis. Generasi muda, yang sering kali menjadi korban dari tekanan sosial dan ekonomi, dituntut untuk menghidupkan kembali nilai-nilai solidaritas dan kepedulian sosial. Aksi-aksi solidaritas, seperti gerakan donasi online, kampanye lingkungan, dan program pemberdayaan masyarakat, dapat menjadi contoh konkret bagaimana sila ini dapat diimplementasikan secara relevan dalam kehidupan sehari-hari.  

Persatuan Indonesia, sebagai sila ketiga, menjadi inti dari Pancasila yang menegaskan pentingnya menjaga kesatuan dan persatuan bangsa. Di tengah keberagaman budaya, bahasa, dan agama yang dimiliki Indonesia, persatuan menjadi modal utama untuk menjaga stabilitas dan harmoni sosial. Namun, tantangan terbesar dalam menerapkan sila ini adalah meningkatnya polarisasi sosial yang disebabkan oleh perbedaan pandangan politik, agama, atau etnis. Polarisasi ini sering kali diperburuk oleh keberadaan media sosial yang cenderung memfasilitasi penyebaran narasi kebencian dan memperkuat segregasi sosial. Dalam konteks ini, generasi muda memiliki peran penting untuk menjadi jembatan yang menyatukan perbedaan, baik melalui dialog lintas budaya maupun aksi-aksi yang mendorong inklusi sosial.  
Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, menekankan pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang demokratis. Dalam konteks generasi muda, sila ini relevan dengan upaya untuk meningkatkan kesadaran politik dan partisipasi dalam demokrasi. Pemilu, misalnya, merupakan salah satu momen penting di mana generasi muda dapat mengekspresikan aspirasi mereka dan memilih pemimpin yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Namun, rendahnya tingkat partisipasi politik di kalangan generasi muda sering kali menjadi tantangan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pendidikan politik yang memadai dan meningkatnya ketidakpercayaan terhadap sistem politik. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan literasi politik di kalangan generasi muda menjadi sangat penting.  

Sila terakhir, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, menekankan pentingnya pemerataan kesejahteraan dan keadilan bagi semua warga negara. Dalam konteks ini, generasi muda memiliki peran strategis untuk mendorong inovasi dan pemberdayaan ekonomi yang berorientasi pada keadilan sosial. Program-program seperti start-up sosial, kampanye lingkungan, dan gerakan ekonomi kreatif dapat menjadi media bagi generasi muda untuk mengimplementasikan nilai-nilai keadilan sosial secara praktis.  Selain tantangan-tantangan yang telah disebutkan, generasi muda juga dihadapkan pada ancaman radikalisme yang terus berkembang, terutama melalui dunia maya. Penyebaran paham-paham ekstrem yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila sering kali menyasar generasi muda sebagai target utama. Kurangnya pemahaman ideologis dan kerentanan emosional menjadi faktor utama yang membuat generasi muda rentan terhadap propaganda radikal. Dalam situasi ini, pendekatan yang inklusif dan edukatif menjadi sangat penting untuk membentengi generasi muda dari pengaruh negatif tersebut.
Dengan berbagai tantangan yang dihadapi, upaya untuk merevitalisasi nilai-nilai Pancasila di kalangan generasi muda menjadi semakin mendesak. Pemerintah, masyarakat, dan lembaga pendidikan perlu bekerja sama untuk menciptakan ekosistem yang mendukung penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan formal, misalnya, dapat menjadi media efektif untuk menanamkan pemahaman mendalam tentang Pancasila, baik melalui kurikulum yang relevan maupun program-program ekstrakurikuler yang berbasis pada nilai-nilai kebangsaan. Selain itu, komunitas-komunitas berbasis Pancasila juga dapat menjadi ruang bagi generasi muda untuk belajar dan berkontribusi dalam membangun bangsa. Program-program seperti dialog lintas agama, kampanye lingkungan, dan kegiatan sosial lainnya dapat menjadi media untuk memperkuat kesadaran kolektif tentang pentingnya nilai-nilai Pancasila.  
Dalam konteks digital, generasi muda juga dapat memanfaatkan teknologi untuk mempromosikan nilai-nilai Pancasila secara kreatif. Konten-konten seperti video edukasi, kampanye sosial, dan aplikasi berbasis kebangsaan dapat menjadi cara yang efektif untuk menjangkau audiens yang lebih luas.  Dengan semua peluang dan tantangan yang ada, generasi muda memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan yang mampu menghidupkan kembali nilai-nilai Pancasila di tengah perubahan zaman. Namun, untuk mewujudkan hal ini, diperlukan komitmen kolektif dari semua pihak untuk mendukung dan membimbing generasi muda dalam perjalanan mereka.


Pemahaman Generasi Muda terhadap Pancasila  

Generasi muda Indonesia memiliki tanggung jawab besar sebagai penjaga kelangsungan ideologi bangsa, Pancasila. Pemahaman yang mendalam terhadap Pancasila menjadi kunci utama agar nilai-nilai luhur bangsa ini tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dalam konteks kehidupan yang semakin kompleks di era globalisasi. Pemahaman ini tidak hanya terbatas pada aspek teoritis atau akademis, tetapi juga mencakup dimensi historis, filosofis, serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk memahami Pancasila secara komprehensif, generasi muda harus menelusuri jejak sejarah pembentukannya, mendalami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, dan menginternalisasikan makna Pancasila dalam menghadapi tantangan kontemporer.

Generasi muda adalah aset bangsa yang memainkan peran kunci dalam memastikan keberlanjutan nilai-nilai fundamental seperti Pancasila. Sebagai ideologi dan dasar negara, Pancasila merupakan warisan bangsa yang harus terus dipahami, dijaga, dan diterapkan oleh setiap generasi, termasuk generasi muda. Dalam menghadapi era globalisasi yang kompleks, pemahaman generasi muda terhadap Pancasila menjadi semakin penting karena mereka tidak hanya bertanggung jawab untuk melestarikannya, tetapi juga memodernisasi aplikasinya dalam konteks kehidupan yang berubah cepat.

Pemahaman generasi muda terhadap Pancasila dapat dilihat dari berbagai dimensi, termasuk sejarah, nilai-nilai filosofis, hingga penerapan nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Secara historis, generasi muda perlu memahami bahwa Pancasila bukanlah dokumen statis yang hanya relevan pada masa lalu. Pancasila adalah produk perjuangan bangsa, lahir dari pergumulan panjang untuk menemukan titik temu berbagai kepentingan, budaya, dan kepercayaan yang ada di Indonesia. Dalam hal ini, memahami proses sejarah lahirnya Pancasila dapat memperkuat rasa hormat dan tanggung jawab generasi muda terhadap nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Banyak generasi muda yang telah memahami bahwa Pancasila tidak hanya sekadar dasar negara, tetapi juga panduan etika dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan sosial menjadi prinsip dasar yang dapat diinternalisasi dalam setiap aspek kehidupan. Sebagai contoh, sila pertama, “Ketuhanan Yang Maha Esa,” mengajarkan mereka untuk hidup dengan rasa hormat terhadap perbedaan agama dan keyakinan. Dalam masyarakat Indonesia yang pluralistik, pemahaman terhadap nilai ini sangat penting untuk membangun harmoni sosial.

Namun, pemahaman generasi muda terhadap Pancasila sering kali dipengaruhi oleh kualitas pendidikan dan lingkungan sosial mereka. Sistem pendidikan yang ada saat ini telah memberikan ruang untuk mempelajari Pancasila, baik melalui mata pelajaran seperti Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) atau Mata Kuliah Pancasila, serta dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti organisasi pemuda dan pramuka. Akan tetapi, pembelajaran ini masih sering bersifat teoritis dan kurang menyentuh aspek praktis, sehingga banyak generasi muda yang menganggap Pancasila hanya sebagai dokumen formal atau pelajaran sekolah belaka.

Untuk memperdalam pemahaman ini, generasi muda membutuhkan pendekatan pendidikan yang lebih aplikatif dan kontekstual. Misalnya, pembelajaran Pancasila bisa lebih efektif jika dikaitkan dengan isu-isu nyata yang mereka hadapi, seperti konflik sosial, tantangan keberagaman, hingga penyalahgunaan teknologi. Dengan demikian, mereka tidak hanya memahami nilai-nilai Pancasila sebagai sesuatu yang abstrak, tetapi juga mampu menerapkannya untuk mencari solusi atas masalah-masalah tersebut.

Selain itu, generasi muda juga perlu memahami Pancasila dalam konteks global. Era digital telah membuka akses terhadap berbagai ideologi dan nilai-nilai asing yang kadang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Sebagai contoh, radikalisme dan individualisme ekstrem adalah dua ancaman besar yang dapat menggerus pemahaman generasi muda terhadap Pancasila. Di tengah arus informasi yang sangat deras, generasi muda harus mampu menyaring ideologi yang masuk dan tetap berpijak pada prinsip-prinsip Pancasila.  Literasi digital menjadi salah satu kunci penting dalam proses ini. Generasi muda yang memahami cara kerja media digital akan lebih mampu mengenali berita palsu, propaganda, atau narasi yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Mereka juga dapat menggunakan media sosial sebagai alat untuk menyebarkan nilai-nilai Pancasila kepada orang lain. Misalnya, mereka dapat mempromosikan kampanye toleransi, keadilan, dan persatuan melalui platform digital yang mereka gunakan sehari-hari. Meski demikian, tidak semua generasi muda memiliki pemahaman yang sama terhadap Pancasila. Perbedaan ini sering kali disebabkan oleh faktor-faktor seperti akses pendidikan, latar belakang sosial, hingga pengaruh keluarga dan lingkungan. Generasi muda yang tumbuh dalam lingkungan yang mendukung nilai-nilai kebangsaan biasanya memiliki pemahaman yang lebih mendalam dibandingkan mereka yang hidup di lingkungan yang kurang peduli terhadap isu-isu nasionalisme.

Implementasi Nilai-Nilai Pancasila oleh Generasi Muda  
 
Generasi muda adalah tulang punggung bangsa yang menentukan arah perkembangan Indonesia di masa depan yang menggerakkan perubahan sosial, ekonomi, dan politik suatu bangsa. Dalam konteks Indonesia, mereka memikul tanggung jawab besar untuk melanjutkan perjuangan ideologi negara, yaitu Pancasila. Sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa, Pancasila mengandung nilai-nilai luhur yang tidak hanya menjadi pedoman, tetapi juga harus diinternalisasi dalam tindakan nyata oleh setiap warga negara, terutama generasi muda. Sebagai generasi penerus, mereka tidak hanya dituntut untuk memahami Pancasila secara teoritis, tetapi juga mengimplementasikan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari. Implementasi nilai-nilai Pancasila oleh generasi muda mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari kejujuran, keadilan, kemanusiaan, hingga peran mereka dalam menjaga persatuan bangsa serta menghadapi tantangan radikalisme dan globalisasi.

Namun, implementasi nilai-nilai Pancasila bukanlah hal yang sederhana. Tantangan globalisasi yang membawa nilai-nilai individualisme, materialisme, dan budaya konsumtif menjadi ujian tersendiri bagi generasi muda dalam menjalankan perannya. Selain itu, arus informasi yang tidak terkendali di era digital dapat mengaburkan pemahaman terhadap nilai-nilai kebangsaan. Dalam situasi ini, generasi muda diharapkan mampu menunjukkan ketahanan ideologis dengan menjadikan Pancasila sebagai acuan utama dalam setiap keputusan dan tindakan.

Implementasi nilai-nilai Pancasila oleh generasi muda bukan hanya terkait dengan kehidupan pribadi mereka, tetapi juga mencakup kontribusi mereka terhadap masyarakat dan negara. Nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, kemanusiaan, persatuan, dan demokrasi harus diterjemahkan ke dalam praktik nyata dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini mencakup perilaku sehari-hari, hubungan sosial, kontribusi dalam pembangunan, serta peran mereka dalam menjaga keberlanjutan bangsa di tengah tantangan domestik dan global.

Selain itu, persatuan sebagai pilar utama Pancasila juga menjadi tanggung jawab besar bagi generasi muda. Dalam menghadapi isu-isu seperti SARA, radikalisme, dan polarisasi sosial, mereka harus menjadi penggerak utama dalam mempromosikan kebersamaan dan toleransi. Melalui media sosial, pendidikan, dan aktivitas komunitas, mereka dapat menyebarkan pesan-pesan positif yang memperkuat persatuan bangsa.
Akhirnya, di era demokrasi yang semakin berkembang, generasi muda harus menjadi aktor aktif yang mendukung tata kelola pemerintahan yang transparan, partisipatif, dan akuntabel. Mereka dapat berperan melalui partisipasi politik, advokasi isu-isu sosial, dan penggunaan media sebagai alat untuk menyuarakan aspirasi.  Dengan berbagai peran ini, implementasi nilai-nilai Pancasila oleh generasi muda tidak hanya menjadi kewajiban moral, tetapi juga kunci keberlanjutan bangsa. Peran mereka akan menentukan sejauh mana Indonesia dapat menjaga identitasnya di tengah perubahan zaman dan tantangan global. Untuk itu, pembahasan lebih mendalam tentang bagaimana nilai-nilai Pancasila diterapkan oleh generasi muda menjadi sangat relevan dan penting untuk memastikan kelangsungan hidup ideologi negara ini.

Cara Mengatasi Tantangan dalam Pemahaman Pancasila oleh Generasi Muda

Untuk menghadapi tantangan yang muncul dalam pemahaman dan implementasi nilai-nilai Pancasila di kalangan generasi muda, diperlukan langkah-langkah yang strategis dan menyeluruh. Upaya untuk mengatasi tantangan ini tidak hanya harus melibatkan individu, tetapi juga melibatkan institusi pendidikan, masyarakat, dan pemerintah. Beberapa cara untuk mengatasi tantangan ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
 
1. Memperkuat Literasi Digital di Kalangan Generasi Muda
Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan media sosial, literasi digital menjadi sebuah keharusan bagi generasi muda saat ini. Dalam era informasi yang serba cepat ini, generasi muda dihadapkan dengan arus informasi yang tidak selalu akurat dan dapat mempengaruhi cara berpikir mereka. Untuk itu, generasi muda harus dibekali dengan kemampuan untuk menyaring dan mengevaluasi informasi yang mereka terima, khususnya yang berkaitan dengan nilai-nilai kebangsaan, agama, dan politik.
Literasi digital tidak hanya mengajarkan keterampilan teknis dalam menggunakan teknologi, tetapi juga membekali generasi muda dengan pemahaman tentang etika digital dan tanggung jawab mereka dalam dunia maya. Generasi muda harus diajarkan untuk membedakan antara informasi yang benar dan yang hoaks, serta mengetahui bagaimana cara menggunakan media sosial untuk tujuan positif, seperti menyebarkan nilai-nilai Pancasila, perdamaian, toleransi, dan kebersamaan. Pendidikan literasi digital ini bisa dimulai sejak dini, baik di sekolah maupun melalui program pelatihan dan workshop di luar sekolah.
Penting juga untuk menumbuhkan kesadaran bahwa media sosial bukanlah ruang bebas yang terlepas dari norma-norma sosial. Di dunia maya, generasi muda harus belajar untuk bertindak dengan bijak dan bertanggung jawab, dengan tidak menyebarkan kebencian atau konten yang dapat memecah belah masyarakat. Hal ini sejalan dengan sila ketiga Pancasila, yang mengajarkan pentingnya persatuan Indonesia. Oleh karena itu, pengajaran literasi digital yang berbasis pada nilai-nilai kebangsaan menjadi sangat penting untuk mencegah penyebaran informasi yang dapat merusak persatuan dan kesatuan bangsa.
 
2. Meningkatkan Pengetahuan Agama yang Moderat dan Toleran
Agama memiliki peranan penting dalam pembentukan karakter generasi muda. Namun, dalam menghadapi tantangan radikalisasi dan intoleransi yang semakin meluas, penting bagi generasi muda untuk memiliki pengetahuan agama yang benar, moderat, dan toleran. Pendidikan agama yang holistik harus diajarkan kepada generasi muda dengan tujuan tidak hanya untuk mengembangkan spiritualitas, tetapi juga untuk membangun rasa saling menghormati terhadap agama dan kepercayaan lain.
Pendidikan agama yang moderat mengajarkan bahwa agama bukanlah alasan untuk membenarkan kekerasan atau diskriminasi. Sebaliknya, agama mengajarkan nilai-nilai kedamaian, kasih sayang, dan penghormatan terhadap kehidupan. Di dalam kerangka Pancasila, sila pertama, “Ketuhanan yang Maha Esa”, menekankan bahwa setiap warga negara berhak untuk memeluk agama dan beribadah sesuai dengan keyakinannya masing-masing tanpa adanya diskriminasi atau paksaan.
Selain itu, untuk memperkuat pemahaman agama yang toleran, generasi muda perlu dilibatkan dalam dialog lintas agama. Dialog semacam ini bisa dilakukan melalui kegiatan keagamaan bersama, diskusi antar umat beragama, atau berbagai forum yang memungkinkan generasi muda dari berbagai latar belakang agama untuk saling bertukar pandangan dan pengalaman. Dengan demikian, mereka dapat memahami bahwa perbedaan agama adalah sesuatu yang wajar dan harus dihargai, bukan dijadikan sumber konflik.
Pemahaman agama yang mendalam dan moderat akan mengurangi kecenderungan generasi muda untuk terjebak dalam ajaran yang ekstrem atau intoleran. Dengan demikian, mereka akan lebih siap untuk menyebarkan pesan perdamaian dan menghargai keragaman, yang pada akhirnya akan memperkuat persatuan bangsa sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
 
3. Menjalin Silaturahmi Antar Umat Beragama untuk Mempererat Persatuan
Tantangan dalam pemahaman Pancasila di kalangan generasi muda seringkali muncul akibat kurangnya pemahaman dan komunikasi antar kelompok, terutama dalam hal agama dan budaya. Oleh karena itu, untuk menjaga persatuan bangsa, generasi muda perlu diberikan ruang dan kesempatan untuk menjalin silaturahmi antar umat beragama. Silaturahmi antar umat beragama bukan hanya sebagai kegiatan sosial yang bersifat seremonial, tetapi juga sebagai sarana untuk memperkuat rasa persaudaraan dan mengurangi potensi konflik antar kelompok.
Dalam hal ini, sekolah, perguruan tinggi, dan lembaga masyarakat dapat memainkan peran penting dalam menciptakan ruang bagi generasi muda untuk bertemu dan berinteraksi dengan teman-teman dari agama dan budaya yang berbeda. Kegiatan seperti diskusi, seminar, atau bahkan proyek sosial yang melibatkan berbagai kelompok agama dapat menjadi platform yang efektif untuk menciptakan pemahaman yang lebih baik antar umat beragama.
Dengan meningkatkan silaturahmi antar umat beragama, generasi muda akan belajar bahwa perbedaan bukanlah hal yang harus dipertentangkan, melainkan sesuatu yang memperkaya kehidupan bermasyarakat. Dalam konteks Pancasila, sila kedua yang mengajarkan tentang kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi pijakan untuk menegakkan nilai-nilai toleransi, kedamaian, dan kebersamaan. Generasi muda yang telah terbiasa dengan silaturahmi lintas agama juga akan lebih mudah menanggapi isu-isu sensitif seperti diskriminasi, intoleransi, atau kekerasan dengan perspektif yang lebih damai dan konstruktif. Mereka akan menjadi agen perubahan yang mampu menyebarkan nilai-nilai kebersamaan dan persatuan, bukan hanya dalam ruang lokal, tetapi juga dalam konteks global yang semakin plural.
 
4. Pendidikan Karakter yang Berfokus pada Pancasila di Sekolah dan Masyarakat
Untuk memastikan bahwa generasi muda benar-benar memahami dan menghayati nilai-nilai Pancasila, pendidikan karakter yang berfokus pada penerapan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari harus diperkuat. Pendidikan karakter ini tidak hanya terbatas pada pengajaran teori tentang Pancasila, tetapi lebih kepada pengembangan sikap dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila, baik di dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Pendidikan karakter yang berbasis Pancasila dapat mencakup berbagai aspek, seperti kejujuran, kedisiplinan, kerja sama, tanggung jawab sosial, dan rasa hormat terhadap perbedaan. Di sekolah, kurikulum yang mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam setiap mata pelajaran akan memberikan pemahaman yang lebih komprehensif bagi siswa. Misalnya, pembelajaran tentang sejarah Indonesia, kewarganegaraan, atau pendidikan agama dapat diarahkan untuk menanamkan prinsip-prinsip Pancasila sebagai fondasi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Selain itu, pendidikan karakter juga harus melibatkan peran orang tua dan masyarakat. Orang tua harus memberikan contoh yang baik dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan keluarga sehari-hari, seperti menghargai perbedaan pendapat, berbagi dengan sesama, dan menjaga keharmonisan keluarga. Masyarakat juga harus mendukung terciptanya lingkungan yang kondusif bagi generasi muda untuk berkembang dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila. Hal ini bisa dilakukan melalui kegiatan sosial, budaya, atau program-program komunitas yang mengedepankan prinsip-prinsip gotong royong dan kebersamaan.
Dengan memperkuat pendidikan karakter yang berbasis pada Pancasila, diharapkan generasi muda tidak hanya mengenal teks Pancasila, tetapi juga mampu menghayati dan mengamalkannya dalam setiap aspek kehidupan mereka. Mereka akan menjadi generasi yang tidak hanya cerdas dalam bidang akademik, tetapi juga memiliki integritas, tanggung jawab sosial, dan rasa cinta tanah air yang mendalam.

KESIMPULAN
 
Sebagai dasar negara yang telah menjadi fondasi kehidupan berbangsa dan bernegara, Pancasila memegang peranan yang sangat penting dalam membentuk karakter dan identitas bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila—yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial—merupakan prinsip-prinsip luhur yang harus dipahami dan dihayati oleh setiap warga negara, terutama oleh generasi muda yang akan menjadi penerus perjuangan bangsa. Namun, pemahaman generasi muda terhadap Pancasila saat ini tidak terlepas dari tantangan besar. Di tengah arus globalisasi yang begitu cepat dan pengaruh budaya asing yang semakin mendominasi, nilai-nilai Pancasila seringkali terpinggirkan. Globalisasi membawa pengaruh yang tidak selalu sejalan dengan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Pancasila, seperti individualisme, materialisme, dan hedonisme, yang bertentangan dengan nilai-nilai gotong royong, persatuan, dan keadilan sosial. Selain itu, penyebaran informasi yang tidak terkendali melalui media sosial dapat menambah kerumitan dalam memelihara integritas Pancasila di kalangan generasi muda, yang lebih mudah terpapar pada hoaks dan ideologi-ideologi yang dapat merusak kesatuan bangsa. Namun demikian, tantangan-tantangan tersebut juga membuka peluang bagi generasi muda untuk menunjukkan peran aktif mereka dalam memperkokoh nilai-nilai Pancasila. Generasi muda memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan yang mampu memadukan tradisi dengan kemajuan zaman. Sebagai kelompok yang paham dengan teknologi dan perubahan zaman, mereka memiliki kapasitas untuk menjadikan Pancasila relevan dengan konteks kehidupan modern. Melalui penguatan pemahaman, implementasi nilai-nilai Pancasila, dan upaya menghadapi tantangan yang ada, generasi muda dapat menjadi penjaga nilai-nilai kebangsaan yang abadi.
Generasi muda saat ini telah menunjukkan pemahaman yang cukup dalam terhadap nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila. Mereka mengerti bahwa Pancasila bukan sekadar teks yang perlu dihafal, tetapi sebuah pedoman hidup yang seharusnya diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, kemanusiaan, dan persatuan telah menjadi bagian dari prinsip hidup mereka. Dalam aspek sosial, generasi muda telah mulai mengadopsi sikap yang inklusif, menghargai perbedaan, dan menunjukkan toleransi yang tinggi terhadap sesama. Dalam bidang politik, mereka semakin terlibat dalam proses demokrasi dengan menyuarakan hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara yang bertanggung jawab. Namun, implementasi nilai-nilai Pancasila oleh generasi muda tidak terlepas dari tantangan yang dihadapi. Salah satu tantangan terbesar adalah arus globalisasi yang membawa nilai-nilai asing yang seringkali bertentangan dengan prinsip-prinsip Pancasila. Di tengah pergeseran budaya global, nilai-nilai seperti individualisme dan materialisme sering mendominasi, sementara nilai-nilai Pancasila yang mengedepankan kebersamaan dan gotong royong sering terabaikan. Selain itu, fenomena radikalisasi yang mulai berkembang di berbagai belahan dunia juga mengancam nilai-nilai persatuan dan toleransi yang diajarkan oleh Pancasila. Untuk mengatasi tantangan ini, generasi muda perlu memiliki kemampuan untuk menyaring dan menganalisis informasi yang mereka terima, khususnya yang berasal dari dunia maya. Penguatan literasi digital menjadi hal yang sangat penting untuk membekali generasi muda dengan kemampuan membedakan antara informasi yang valid dan hoaks. Hal ini akan membantu mereka untuk menghindari terjebak dalam arus informasi yang salah dan tidak bermanfaat.
Selain itu, penguatan pengetahuan agama yang moderat dan toleran juga sangat diperlukan. Generasi muda perlu dilatih untuk memahami ajaran agama mereka dengan cara yang benar dan tidak ekstrem. Mereka juga perlu diberikan pemahaman tentang pentingnya toleransi antarumat beragama sebagai salah satu nilai utama dalam Pancasila, khususnya dalam konteks sila pertama yang mengedepankan “Ketuhanan yang Maha Esa.” Meningkatkan kualitas pemahaman agama yang toleran akan menciptakan generasi muda yang lebih dewasa, bijaksana, dan mampu menghargai perbedaan, bukan malah membenarkan kekerasan atau diskriminasi atas nama agama.Selain itu, penting bagi generasi muda untuk menjalin silaturahmi antar umat beragama guna mempererat persatuan bangsa. Dialog lintas agama dan kegiatan bersama antar kelompok agama akan menumbuhkan rasa saling menghormati dan memperkecil potensi konflik antar umat beragama. Hal ini sesuai dengan sila kedua Pancasila yang mengajarkan tentang kemanusiaan yang adil dan beradab. Dengan mempererat tali persaudaraan antar umat beragama, generasi muda dapat menciptakan lingkungan yang damai, harmoni, dan penuh toleransi.
Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, generasi muda perlu mengambil langkah-langkah konkret. Salah satunya adalah dengan memperkuat literasi digital dan keterampilan berpikir kritis. Literasi digital yang baik akan membekali mereka untuk memahami dan memanfaatkan teknologi dengan bijak, serta mampu menyaring informasi yang datang dari berbagai platform. Generasi muda harus dilatih untuk bisa mengevaluasi konten yang mereka terima, terutama yang berkaitan dengan ideologi atau konten yang dapat merusak persatuan bangsa. Mereka juga harus diberi pengetahuan tentang bagaimana menggunakan media sosial secara positif untuk menyebarkan nilai-nilai Pancasila dan mencegah penyebaran informasi yang salah. Pendidikan karakter yang berbasis pada nilai-nilai Pancasila harus diperkuat di semua level pendidikan, mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Sekolah-sekolah harus mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam setiap mata pelajaran agar generasi muda tidak hanya mengerti teks Pancasila, tetapi juga dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Di luar sekolah, masyarakat juga memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan karakter generasi muda sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Kegiatan sosial yang mendorong gotong royong, kebersamaan, dan kepedulian sosial dapat menjadi sarana yang efektif untuk menerapkan nilai-nilai Pancasila. Selain itu, penguatan pengetahuan agama yang moderat, toleran, dan inklusif harus terus diperjuangkan. Generasi muda perlu diberikan pemahaman tentang agama mereka secara benar, bukan melalui pendekatan yang sempit atau ekstrem. Dengan demikian, mereka dapat menghargai perbedaan dan hidup berdampingan dengan damai, sesuai dengan prinsip Pancasila yang mengutamakan persatuan dalam keragaman.

DAFTAR PUSTAKA
 
Huda, N. (2023). Pemahaman Pancasila oleh Generasi Muda di Indonesia: Studi Literatur. Jurnal Pendidikan Pancasila, 11(2), 112-125.  BPK Penabur https://bpkpenabur.or.id › artikel Memaknai Pancasila Dari Kacamata Generasi Muda

Sari, F. (2024). *Pengaruh Pendidikan Karakter terhadap Penerapan Nilai Pancasila pada Generasi Muda*. Jurnal Ilmu Sosial dan Budaya, 5(1), 45-60. UGM Press https://ugmpress.ugm.ac.id › ...PDF DEKONSTRUKSI PEMAHAMAN PANCASILA: Menggali Jati Diri

Prasetyo, A. (2022). *Tantangan dan Solusi Pemahaman Pancasila di Era Digital*. Jurnal Pendidikan Pancasila, 10(3), Kementerian Pertahanan https://www.kemhan.go.id › ...PDF PEMANTAPAN NILAI-NILAI PANCASILA KEPADA GENERASI ...

Mahmud, A. (2023). *Pancasila sebagai Dasar Negara: Analisis Terhadap Relevansi Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan Masyarakat Kontemporer*. Jurnal Studi Pancasila dan Negara, 6(2), 88-103. BINUS UNIVERSITY https://research.binus.ac.id › research PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA DALAM MEMBANGUN KARAKTER

Wijaya, R. (2021). *Globalisasi dan Pengaruhnya Terhadap Pemahaman Pancasila di Kalangan Generasi Muda*. Jurnal Sosial dan Budaya, 9(4), UGM Press https://ugmpress.ugm.ac.id › ...PDF DEKONSTRUKSI PEMAHAMAN PANCASILA: Menggali Jati Diri ...

Kurniawan, D. (2022). *Radikalisasi Pemikiran dalam Dunia Digital: Tantangan Bagi Nilai-nilai Pancasila*. Jurnal Ilmu Komunikasi, 14(1), 75-88.   https://fib.unair.ac.id/fib/2024/01/25/generasi-muda-implementasikan-nilai-nilai-pancasila/

Wibowo, F. (2021). *Pendidikan Karakter Berbasis Pancasila untuk Meningkatkan Kualitas Generasi Muda*. Jurnal Pendidikan Karakter, 3(2), 122-136. https://perpustakaan.unas.ac.id/berita-kami/peran-generasi-muda-dalam-melestarikan-nilai-nilai-pancasila/

Adi, Y. (2024). *Peran Generasi Muda dalam Penerapan Pancasila di Era Digital*. Jurnal Teknologi dan Sosial, 5(3), 67-80.  http://hukum.unw.ac.id/storage/file/research-and-service/admin,+Artikel+Vol+2+Binov+2019.pdf

Santoso, B. (2022). *Pancasila di Era Globalisasi: Peluang dan Tantangan untuk Generasi Muda*. Jurnal Ilmu Sosial dan Politik, 17(1), 33-47.  Iai skj malang https://perpustakaan.iaiskjmalang.ac.id › ...PDF PENGETAHUAN DASAR PANCASILA UNTUK PERGURUAN

Ardiansyah, F. (2023). *Radikalisasi dan Tantangan Bagi Generasi Muda dalam Memahami Pancasila*. Jurnal Pendidikan dan Pembangunan, 8(4), 205-217.  Kementerian Agama RI https://kemenag.go.id › opini › Pancasila Mengharmonikan Keberagaman Indonesia

Wahyuni, N. (2021). *Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Pendidikan Karakter untuk Generasi Muda*. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 8(3), 90-106.  https://scholar.google.com/scholar?q=Implementasi+Nilai-Nilai+Pancasila+dalam+Pendidikan+Karakter+untuk+Generasi+Muda

Saputra, M. (2022). *Meningkatkan Peran Generasi Muda dalam Menjaga Keutuhan Negara melalui Pancasila*. Jurnal Politik dan Demokrasi, 15(2), 134-150.  https://scholar.google.com/scholar?q=Meningkatkan+Peran+Generasi+Muda+dalam+Menjaga+Keutuhan+Negara+melalui+Pancasila

Salim, M. (2023). *Tantangan Globalisasi terhadap Pemahaman Pancasila oleh Generasi Muda*. Jurnal Globalisasi dan Pendidikan, 9(1), 15-30.  https://scholar.google.com/scholar?q=Tantangan+Globalisasi+terhadap+Pemahaman+Pancasila+oleh+Generasi+Muda

Farhan, T. (2021). *Peran Teknologi dalam Membentuk Pandangan Generasi Muda terhadap Pancasila*. Jurnal Teknologi dan Pendidikan, 12(4), 80-92.  https://scholar.google.com/scholar?q=Peran+Teknologi+dalam+Membentuk+Pandangan+Generasi+Muda+terhadap+Pancasila

Ali, A. (2023). *Mempertahankan Pancasila di Tengah Arus Globalisasi: Perspektif Generasi Muda*. Jurnal Sosial dan Pembangunan, 7(2), 200-215.  https://scholar.google.com/scholar?q=Mempertahankan+Pancasila+di+Tengah+Arus+Globalisasi+Perspektif+Generasi+Muda

Rahmat, P. (2022). *Pancasila dan Pendidikan Toleransi: Upaya Mewujudkan Harmoni Antar Generasi Muda*. Jurnal Pendidikan Sosial, 11(3), 155-170.  https://scholar.google.com/scholar?q=Pancasila+dan+Pendidikan+Toleransi+Upaya+Mewujudkan+Harmoni+Antar+Generasi+Muda

Iskandar, Y. (2021). *Peran Pendidikan dalam Menumbuhkan Karakter Berdasarkan Pancasila pada Generasi Muda*. Jurnal Pendidikan dan Karakter, 10(2), 89-104.  https://scholar.google.com/scholar?q=Peran+Pendidikan+dalam+Menumbuhkan+Karakter+Berdasarkan+Pancasila+pada+Generasi+Muda

Fadilah, R. (2024). *Pancasila dalam Konteks Pendidikan: Peran Generasi Muda dalam Memperkuat Nilai-Nilai Kebangsaan*. Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 9(1), 78-92.  https://scholar.google.com/scholar?q=Pancasila+dalam+Konteks+Pendidikan+Peran+Generasi+Muda+dalam+Memperkuat+Nilai-Nilai+Kebangsaan)

Hermawan, L. (2022). *Tantangan Radikalisasi di Kalangan Generasi Muda: Menjaga Pancasila dalam Konteks Demokrasi*. Jurnal Sosial dan Politik, 19(4), 120-136.  https://scholar.google.com/scholar?q=Tantangan+Radikalisasi+di+Kalangan+Generasi+Muda+Menjaga+Pancasila+dalam+Konteks+Demokrasi)

Ramadhan, U. (2023). *Pancasila dan Pengaruhnya terhadap Pembentukan Karakter Bangsa dalam Globalisasi*. Jurnal Pembangunan Karakter, 6(3), 55-68.  https://scholar.google.com/scholar?q=Pancasila+dalam+Pengaruhnya+terhadap+Pembentukan+Karakter+Bangsa+dalam+Globalisasi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun