Mohon tunggu...
Saepullah
Saepullah Mohon Tunggu... Guru - Aku adalah manusia pembelajar, berusaha belajar dan juga berbagi info yang baik untuk perbaikan diri selaku manusia. Melihat info yang kubagikan bisa melalui: https://www.ceritasae.blogspot.com https://www.kompasiana.com/saepullahabuzaza https://www.twitter.com/543full https://www.instagram.com/543full https://www.youtube.com/channel/UCQ2kugoiBozYdvxVK5-7m3w menghubungi aku bisa via email: saeitu543@yahoo.com

Aku adalah manusia pembelajar, berusaha belajar dan juga berbagi info yang baik untuk perbaikan diri selaku manusia. Melihat info yang kubagikan bisa melalui: https://www.ceritasae.blogspot.com https://www.kompasiana.com/saepullahabuzaza https://www.twitter.com/543full https://www.instagram.com/543full https://www.youtube.com/channel/UCQ2kugoiBozYdvxVK5-7m3w menghubungi aku bisa via email: saeitu543@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Megalopolis", Pertarungan Realisme dan Idealisme di Masa Depan

2 Desember 2024   16:39 Diperbarui: 2 Desember 2024   16:43 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Megalopolis (dok.Coppola)

Film ini tidak akan sekuat ini tanpa akting para pemainnya. Oscar Isaac berhasil menghidupkan Adam sebagai seorang idealis yang penuh semangat, tetapi juga keras kepala. Ada momen di mana idealismenya terasa terlalu jauh dari kenyataan, dan Isaac mampu menunjukkan kompleksitas tersebut dengan sangat meyakinkan.

Sementara itu, Forest Whitaker sebagai Roger tampil sempurna sebagai politisi yang pragmatis dan penuh perhitungan. Karakternya bukan antagonis sederhana, melainkan seseorang dengan alasan yang masuk akal di balik tindakannya. Whitaker membuat kita, penonton, berpikir dua kali sebelum memihak salah satu tokoh.

Zendaya, dengan perannya sebagai Sophia, memberikan perspektif manusiawi yang sering terlupakan dalam konflik besar. Dia menjadi suara masyarakat biasa yang terdampak oleh keputusan besar para pemimpin. Meskipun perannya tidak sebesar Adam atau Roger, kehadirannya memberikan kedalaman emosional pada cerita.

Cerita yang Penuh Gagasan, tapi Kadang Terlalu Berat

Salah satu daya tarik utama Megalopolis adalah keberanian Coppola mengangkat tema-tema besar seperti keberlanjutan, teknologi, dan utopia. Dialog dalam film ini sering kali terasa seperti diskusi filsafat---dalam cara yang baik. Penonton diajak merenungkan isu-isu penting yang relevan dengan dunia saat ini, seperti perubahan iklim, kesenjangan sosial, dan masa depan teknologi.

Namun, di sisi lain, ini juga menjadi tantangan. Tidak semua penonton mungkin siap untuk mencerna dialog panjang yang penuh teori dan visi besar. Di beberapa bagian, cerita terasa melambat karena terlalu banyak gagasan yang ingin disampaikan. Film ini mungkin akan lebih efektif jika beberapa subplot dipadatkan atau dihilangkan.

Musik yang Menghidupkan Jiwa Film

Hans Zimmer, sang maestro musik film, memberikan sentuhan magis pada Megalopolis. Dengan memadukan orkestra tradisional dan elemen-elemen elektronik futuristik, Zimmer menciptakan atmosfer yang mendukung cerita dengan sempurna. Adegan-adegan kunci, seperti pembangunan ulang kota atau perdebatan sengit antara Adam dan Roger, menjadi lebih mendalam berkat musik latar yang emosional.

Musik Zimmer tidak hanya menjadi latar belakang, tetapi juga "karakter" tersendiri dalam film ini, menambah kedalaman dan kekuatan emosional pada setiap adegan.

Poster Megalopolis (dok. Imax)
Poster Megalopolis (dok. Imax)


Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Megalopolis?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun