Mohon tunggu...
Saepul Alam
Saepul Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - International Geopolitics Specialist

Geopolitics, Democracy, Activism, Politics, Law, and Social Culture.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengapa Politisi Sering Playing Victim?

7 Januari 2025   14:59 Diperbarui: 7 Januari 2025   15:09 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto Politisi (Sumber: Surakarta Daily))

Playing victim dapat memperburuk polarisasi sosial dengan menciptakan pembagian tajam antara "kami" dan "mereka." Pendukung politisi cenderung melihat pihak lain sebagai musuh, sementara pihak yang berlawanan mungkin merasa frustrasi dengan manipulasi tersebut.

Thompson (2000) berpendapat bahwa meskipun playing victim dapat menjadi alat politik yang efektif, strategi ini memiliki risiko etis. Penggunaan narasi korban secara berlebihan dapat merusak kepercayaan publik terhadap institusi politik dan menciptakan polarisasi yang berbahaya dalam masyarakat.

2. Penurunan Kepercayaan Publik

Jamieson dan Cappella (1997) menyatakan bahwa playing victim adalah bentuk komunikasi politik yang dirancang untuk membangun narasi emosional. Strategi ini sering digunakan untuk menarik perhatian media dan menciptakan wacana publik yang menguntungkan politisi.

Namun meskipun demikian, Menurut survey dari Pew Research Center (2020), strategi manipulatif seperti playing victim dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap politisi dan institusi politik. Masyarakat mungkin merasa bahwa politisi lebih fokus pada drama dan narasi emosional daripada menyelesaikan masalah nyata.

3. Distraksi dari Isu Utama

Menurut Baumeister et al. (1996), playing victim adalah salah satu bentuk self-presentation strategy di mana individu berusaha menciptakan citra positif dengan cara menyoroti penderitaan mereka. Dalam politik, strategi ini digunakan untuk menyeimbangkan citra negatif yang muncul akibat kritik atau skandal.

Ketika playing victim digunakan sebagai alat untuk mengalihkan perhatian, fokus masyarakat sering kali teralihkan dari isu-isu penting. Hal ini dapat memperlambat proses pengambilan keputusan dan menghambat penyelesaian masalah yang sebenarnya membutuhkan perhatian.

4. Peran Media dalam Memperkuat Narasi

Media, terutama media sosial, sering kali menjadi katalis dalam memperkuat narasi playing victim. Menurut McCombs dan Shaw (1972), agenda-setting theory menjelaskan bahwa media memiliki kekuatan untuk membentuk apa yang dianggap penting oleh publik. Ketika media memberikan perhatian besar pada narasi korban, hal ini dapat memperkuat dampak strategi tersebut.

Bagaimana Masyarakat Dapat Merespons?

Meningkatkan literasi politik merupakan langkah penting untuk memahami strategi manipulatif seperti playing victim. Dengan pengetahuan yang lebih baik, masyarakat dapat menganalisis narasi politik secara kritis dan membuat keputusan yang lebih rasional. Selain itu, masyarakat juga perlu menuntut akuntabilitas dari para politisi, terutama ketika strategi tersebut digunakan untuk menghindari tanggung jawab. Transparansi dan keterbukaan menjadi elemen penting dalam membangun kepercayaan publik dan memastikan politisi bertanggung jawab atas tindakan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun