Alam yang menuntun pikiran manusia untuk memindahkan sumber-sumber protein, vitamin, dan mineral dari alam terbuka ke dalam lemari pendingin.
Melainkan manusia di zaman itu sudah menjadi Tuhan, yang menciptakan dan mengatur kehidupannya sendiri. Lewat teknologi, apapun dapat dikendalikan oleh manusia.
Takdir alam semesta tidak lagi tergantung pada Tuhan yang sesungguhnya, tetapi tergantung pada tangan-tangan manusia Homo Deus. Terhadap dirinya sendiri, manusia dapat menentukan rezeki, takdir, jodoh, ajal, bahkan usia melalui kehendaknya sendiri.
Tanda-tanda itu kelihatannya sudah dimasuki, atau bahkan bisa jadi sudah dilampaui. Anda mau apa sekarang? Seorang mahasiswa yang dihambat oleh tugas-tugas semester, dengan mudahnya dapat menyelesaikan lewat Chat GPT.
Manusia menderita disabilitas, sebagian tubuhnya dapat dibantu dengan teknologi robot, algoritma akan membaca saraf penderita melalui kemampuan sensor.
Dalam hal bertransaksi, segalanya bisa diselesaikan meski masih di atas spring bed, belanja pakai e-wallet, trading, mau makan tinggal pesan online, dan lain sebagainya.
Bahkan dagang vaksin dengan ciptakan virusnya terlebih dahulu juga bisa dilakukan manusia zaman kini.
Walhasil segala yang dibutuhkan sudah tersedia, inilah kemampuan manusia abad ini yang berada di puncak evolusi kesadaran. Manusia yang bisa mendapatkan segala-galanya dengan mudah.
Manusia tidak perlu lagi berpikir keras untuk menciptakan sesuatu yang lebih mutakhir, semuanya sudah tersedia. Tinggal niatkan dan request, simsalabim langsung bisa diperoleh.
Maka evolusi kesadaran manusia selanjutnya tinggal joget. Ya joget! Sebab apa lagi yang harus dipikirkan? Semuanya sudah tersedia berkat ilmu pengetahuan, teknologi, uang, dan kekuasaan manusia puncak.
Darwin, Dawkins, atau Harari barangkali akan tertawa. Lho, capek-capek berpikir puluhan tahun sampai menulis buku rigid secara metodologis, tapi ujung-ujungnya (evolusi itu menuju ke) joget.