Hawking dan para ilmuwan semisal dia sesungguhnya selalu berhadapan dengan yang 'gaib' di laboratorium tempat mereka bereksperimen. Jika apa yang disebut gaib itu adalah apa yang tidak kelihatan.
Meskipun dalam lapangan yang berbeda, agamawan yang doktrinal dan ilmuwan yang rasional sesungguhnya sama-sama meyakini bahwa alam semesta digerakkan oleh sesuatu yang gaib.
Hanya saja para ilmuwan terus mencari apa yang gaib itu. Rupanya tidak mudah mencari yang gaib sebab segala sesuatu yang tidak kasat mata bisa jadi di kemudian hari menjadi kasat mata dengan bantuan alat-alat.
Bakteri yang semula gaib menjadi nyata (tidak gaib lagi) semenjak mulai diteliti lewat mikroskop. Begitupun atom dengan segala bagian terkecilnya dapat dilihat melalui detektor.
Stephen Hawking kemudian merangkum di dalam bukunya 'A Brief History of Time', sejarah singkat waktu, bagaimana para ilmuwan yang menemukan inti atom, hingga meningkat menjadi menemukan zarah dasar dari sebuah atom.
Atom dalam pandangan Aristoteles adalah sesuatu yang tak dapat dibagi, sesuai bahasa Yunani 'atom' yang berarti tidak bisa dibagi.
Secara filosofis Aristoteles tetaplah benar meskipun para penemu teori inti atom semisal Dalton, J.J. Thomson, Rutherford, dll mematahkan kesimpulan bahwa atom tidak bisa dibagi.Â
Artinya jika masih dapat dibagi berarti itu belum atom.
Hingga akhirnya Hawking menjelaskan tentang penemuan mutakhir di dalam ilmu fisika partikel, yaitu adanya zarah (partikel) pembawa gaya, yang dibedakan dengan zarah zat.
Zarah zat merupakan materi paling dasar dari alam semesta, ukurannya masih lebih kecil ketimbang gelombang cahaya. Namun masih dapat disaksikan lewat detektor karena dasarnya memang materi.
Sedangkan zarah pembawa gaya sama sekali tidak dapat diamati, karena bukan materi, dia adalah pembawa gaya, yang menyebabkan antara atom (beserta segala isinya) saling berinteraksi.