Mohon tunggu...
Saeful Ihsan
Saeful Ihsan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sarjana Pendidikan Islam, Magister Pendidikan

Seseorang yang hobi membaca dan menulis resensi buku.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Ketika Hawking Mewajibkan Mempercayai yang 'Gaib' demi Ketepatan Percobaan

4 Desember 2023   05:40 Diperbarui: 4 Desember 2023   06:16 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: britannica.com

Stephen Hawking disebut-sebut sebagai ilmuwan yang ateis, tidak percaya Tuhan serta hal-hal gaib lainnya dalam lingkup ajaran agama, seperti Tuhan, malaikat, pahala-dosa, surga-neraka, dll.

Sikap Hawking yang dinilai tidak meyakini adanya Tuhan sangat bertentangan dengan keyakinan orang beragama, apalagi Islam.

Kontras dengan kebanyakan orang, kritikus fenomenal abad ini, Rocky Gerung sepertinya memiliki kesimpulan yang berbeda. Dalam satu kesempatan Rocky Gerung menyebut Hawking meyakini adanya 'energi' (roh) di akhir hayatnya.

Terlepas dari percaya atau tidak percaya kepada yang gaib, jelasnya ada yang menarik dari motivasi para ilmuwan mencari dan terus mencari 'rahasia' di balik alam semesta.

Secara pribadi terkadang saya berpikir bahwa jangan-jangan itu adalah upaya mencari Tuhan yang sekeras-kerasnya sampai nanti mereka benar-benar haqqul yakin meyakininya.

Dibandingkan dengan orang seperti saya yang beragama, mengklaim diri meyakini adanya Tuhan, tapi tidak bisa menjelaskan dengan meyakinkan mengapa saya bisa meyakini Tuhan itu ada?

Bagaimana orang yang beragama seperti saya bisa meyakinkan orang semisal Hawking bahwa Tuhan itu ada, agama itu benar, tanpa harus marah-marah, tanpa harus mengancam akan menampar dia?

Hawking akan punya jawaban jika orang beragama mencoba meyakinkannya perihal yang gaib, yang secara doktrinal harus dipercaya, karena kitab suci bilang begitu.

Jawaban yang mungkin diberikan Hawking adalah siapa yang percaya kitab suci? Argumentasi apa yang akan membuat Hawking harus meyakini kitab suci?

Istilah gaib mungkin terlalu umum bagi Hawking. Sebab-akibatnya tidak dijelaskan secara tuntas. Gaib hanya akan dipercayai kalau orangnya mau percaya.

Hawking dan para ilmuwan semisal dia sesungguhnya selalu berhadapan dengan yang 'gaib' di laboratorium tempat mereka bereksperimen. Jika apa yang disebut gaib itu adalah apa yang tidak kelihatan.

Meskipun dalam lapangan yang berbeda, agamawan yang doktrinal dan ilmuwan yang rasional sesungguhnya sama-sama meyakini bahwa alam semesta digerakkan oleh sesuatu yang gaib.

Hanya saja para ilmuwan terus mencari apa yang gaib itu. Rupanya tidak mudah mencari yang gaib sebab segala sesuatu yang tidak kasat mata bisa jadi di kemudian hari menjadi kasat mata dengan bantuan alat-alat.

Bakteri yang semula gaib menjadi nyata (tidak gaib lagi) semenjak mulai diteliti lewat mikroskop. Begitupun atom dengan segala bagian terkecilnya dapat dilihat melalui detektor.

Stephen Hawking kemudian merangkum di dalam bukunya 'A Brief History of Time', sejarah singkat waktu, bagaimana para ilmuwan yang menemukan inti atom, hingga meningkat menjadi menemukan zarah dasar dari sebuah atom.

Atom dalam pandangan Aristoteles adalah sesuatu yang tak dapat dibagi, sesuai bahasa Yunani 'atom' yang berarti tidak bisa dibagi.

Secara filosofis Aristoteles tetaplah benar meskipun para penemu teori inti atom semisal Dalton, J.J. Thomson, Rutherford, dll mematahkan kesimpulan bahwa atom tidak bisa dibagi. 

Artinya jika masih dapat dibagi berarti itu belum atom.

Hingga akhirnya Hawking menjelaskan tentang penemuan mutakhir di dalam ilmu fisika partikel, yaitu adanya zarah (partikel) pembawa gaya, yang dibedakan dengan zarah zat.

Zarah zat merupakan materi paling dasar dari alam semesta, ukurannya masih lebih kecil ketimbang gelombang cahaya. Namun masih dapat disaksikan lewat detektor karena dasarnya memang materi.

Sedangkan zarah pembawa gaya sama sekali tidak dapat diamati, karena bukan materi, dia adalah pembawa gaya, yang menyebabkan antara atom (beserta segala isinya) saling berinteraksi.

Hawking menyebut ilmuwan bisa mengetahui adanya zarah pembawa gaya, atau disebut juga zarah maya, karena efeknya bisa diukur. 

Berikut ini adalah komentar Hawking dalam bukunya 'A Brief History of Time' (dalam edisi terjemahan bahasa Indonesia, semoga pas dengan versi aslinya) mengenai zarah yang tidak dapat diamati itu:

"Zarah pembawa gaya tidak bisa dideteksi langsung oleh detektor zarah. Tapi kita tahu pembawa gaya itu ada karena efek yang bisa diukur," kata Hawking di halaman 100 versi terjemahan Gramedia cetakan 13, Februari 2022.

Hawking mencontohkan zarah pembawa gaya salah satunya adalah gravitasi, yang menyebabkan zarah-zarah di sekitar bumi dan matahari saling berinteraksi. 

Lainnya, zarah pembawa gaya adalah gaya elektromagnetik, gaya nuklir lemah, dan gaya nuklir kuat.

Karena tidak dapat diamati (sekalipun pakai detektor) sebab sifatnya yang maya dan bukan materi, maka zarah pembawa gaya itu termasuk gaib, dan gaib yang ini wajib diyakini kebenarannya oleh para ilmuwan sebab sesuai dengan percobaan.

Ilmuwan sama saja mengingkari hasil risetnya jika mengingkari zarah pembawa gaya yang bukan materi ini.

Namun jangan sangka bahwa zarah pembawa gaya adalah Tuhan, seperti yang kadang disebut Ilmuwan sebagai 'Partikel Tuhan' (boson). Itu hanyalah 'sesuatu' yang dapat menghasilkan efek bagi zat lain walau tidak ada wujudnya.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun