Ketiga, fokus membicarakan dunia pendidikan seringkali membuat saya tertutup dari isu-isu nasional, semisal korupsi, produk undang-undang yang diskriminatif, isu-isu hukum, ekonomi, dan semisalnya.
Itu karena pendidikan menjadi disiplin ilmu yang dipisahkan dari bidang-bidang lain. Ia menjadi konservatif. Ketika berbicara pendidikan, kita akan terus mengulas tentang sekolah, guru, siswa, kurikulum, parenting, dan amat jarang bersentuhan dengan isu-isu yang membutuhkan sentuhan ideologis.
Lantaran kenyataan itu, guru-guru menjadi tertutup dan hanya terbiasa dengan dunianya. Dunia pendidikan punya standar sendiri tentang keidealan; guru yang ideal, siswa yang ideal, cita-cita yang ideal, dunia yang ideal, dan lain-lain yang ideal. Hingga lupa kalau kita berhadapan dengan dunia yang realistis, bukan dunia yang ideal.
Maka, untuk mengatasi itu semua, jalannya adalah dengan menjadi generalis. Sebab pendidikan pada intinya adalah upaya membantu anak untuk mencapai taraf kedewasaannya. Kata kuncinya adalah membantu, yang kita terjemahkan dalam sikap mengajar dan mendidik.
Supaya anak-anak itu tumbuh dengan modal pemahaman, sebab ia akan menghadapi dunia, maka mereka harus dibantu agar bisa memahami dunia dengan baik, dunia yang real saat ini, bukan dunia yang idealnya bagaimana.
Pendidikan, bagi saya, bukanlah satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Ia butuh meminjam ilmu-ilmu lain. Oleh sebab itulah mengapa ada mata kuliah sosiologi pendidikan, psikologi pendidikan, filsafat pendidikan, sejarah pendidikan.Â
Begitu juga mengenai jurusan pendidikan. Pendidikan tidaklah berdiri sendiri, ia menjadi ilmu alat, metodologi untuk mengajarkan disiplin ilmu-ilmu yang lain. Perhatikanlah, ada jurusan pendidikan geografi, pendidikan bahasa Inggris, pendidikan matematika, pendidikan kewarganegaraan, pendidikan fisika, pendidikan kimia, dan lain sebagainya.
Pertanyaan selanjutnya, mengapa pula pendidik, atau orang dari jurusan pendidikan tetap harus mengikuti isu-isu nasional, bahkan bila perlu memberikan pikiran-pikiran di luar bidangnya sendiri? Bukankah pendidik harusnya fokus saja pada sekolah, siswa, kurikulum, dan mata pelajaran?
Sebab dunia pendidikan juga sangat terkait dengan kebijakan nasional. Adanya korupsi, regulasi yang tidak sehat, serta kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat turut mempengaruhi tidak sehatnya dunia pendidikan.
Bayangkan jika pemerintah salah mengelola negara, utang menumpuk, korupsi marak, lantas dampaknya berpengaruh terhadap penganggaran pendidikan; daya beli masyarakat yang menurun, sedang masyarakat itu sendiri tidak lain adalah orang tua siswa yang kesulitan menyisihkan biaya pendidikan untuk anaknya.
Itulah alasan mengapa saya menjadi generalis, tidak mampu menahan diri untuk fokus menekuni ilmu-ilmu pendidikan. Sebaliknya, dengan mengamati perkembangan kebijakan negara, saya terdorong untuk mendalami politik, filsafat, serta wacana-wacana yang mendukung dan memungkinkan dijadikan landasan dalam melakukan kritik.