Bahkan belum tahu kalau makan dan minum karena lupa tidak membatalkan puasa, dan begitulah, ketika lagi sadar sedang ngemil, anggapanku puasa sudah batal.
Padahal kalau tahu aturannya, cukup membuang makanan yang ada di dalam mulut lalu membersihkannya, setelah itu puasa tetap sah diteruskan (sampai setengah hari).
Terbiasa puasa setengah hari, lama kelamaan puasaku bisa sampai sehari penuh, meski tetap saja diselingi dengan puasa setengah hari. Salah satu motivasi agar lebih banyak mengupayakan puasa tembus satu hari adalah membagi cerita berpuasa sehari ke teman-teman. Semacam kebanggan jika ceritaku lebih seru, dan puasaku lebih banyak dari teman-temanku.
2. Mengisi Buku Catatan Ramadan
Bila bulan ramadan tiba, guru agama menugaskan untuk mencatat kegiatan ramadan selama sebulan ke dalam sebuah buku. Guru menggambar formatnya di papan tulis berupa tabel isian nama kegiatan; waktu; jika salat atau tausiyah ramadan, nama imam dan penceramah dicatat dan parafnya diminta.
Kami tinggal mengikuti format itu dan menuliskannya di buku catatan kami masing-masing. Kalau sudah begitu, selain buku dan pensil, disiapkan pula mistar untuk menggaris, jangan sampai kolomya miring atau bengkok.
Padahal formatnya sudah jelas, tetapi tetap saja membingungkan di kemudian hari jika menemui keadaan ini: beda imam salat isya, tarawih, dan witir. Biasanya setiap berapa rakaat salat tarawih, imamnya bergantian. Jadi, yang manakah namanya ditaruh di kolom untuk dimintai paraf?
Atau pada saat jadwalnya tausiyah ramadan, namun penceramahnya tidak ada. Hanya pengurus masjid yang menyampaikan himbauan panjang lebar, kadangkala disertai pula dengan mengutip ayat Al-Qur'an. Apakah itu akan dimasukkan di kolom tausiyah ramadan, lalu yang menyampaikan dicatat sebagai penceramah dan dimintai parafnya?
Maka di saat itulah buku catatan ramadhan menjadi kotor. Kolomnya ditambahi garis supaya muat dua nama, misalnya. Kesalahan penulisan dihapus pakai karet sampai kotor, menghitam. Atau pakai tipe-x jika menggunakan balpoin.
Tetapi serunya, terletak di momen ketika salat berjamaah selesai, maka aku dan teman-teman langsung bersiap menyergap pak imam dan penceramah, mereka kami kepung dan kami todongkan buku catatan ramadhan untuk diparaf.
Tak ubahnya sejumlah fans mengerubuti artis favoritnya, sesak, berdesak-desakan, dan berimpit-impitan. Sesekali sang artis tertawa melihat penulisan namanya yang keliru, lalu ia akan segera mengoreksi dan diikuti oleh gelak tawa kami.