Mohon tunggu...
Hr. Hairil
Hr. Hairil Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu kebutuhan, bukan hiburan.

Institut Tinta Manuru

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Awas! Ada Udang di Balik Batu (Ngoceh Perihal Abai Prokes)

19 Juni 2021   22:39 Diperbarui: 19 Juni 2021   23:28 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena jika lockdown diberlakukan, tentunya ekonomi kita sangat kaget. Ini yang menjadi ketakutan bersama semestinya. Kalo ekonomi negara koleps, masyarakat sipil bisa apalagi selain menerima nasib krisis yang terjadi

Pemerintah layak pertimbangkan itu semua demi kebaikan rakyatnya, yang kedua tentang kesehatan bersama adalah focus pemerintah disamping memikirkan bagaimana biaya hidup rakyatnya jika lockdown diberlakukan esok hari.

Isi poin petisi yang lain menekankan soal meningkatkan tas lacak (identivikasi) sebaran virus dengan cara terbaik serta pembatalan sekolah tatap muka dan juga percepat vaksinasi. Selanjutnya tentang transparansi pemerintah atas data kasus kepada publik.

Masyarakat sipil ingin tahu sejauh mana data akurat tentang perkembangan kasus covid-19 ini biar publik tidak abaikan protokol kesehatan, selain itu ada juga tuntutan untuk meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan.

Sebab sebagian oknum dengan sengaja abai terhadap hal ini, poin petisi ini yang menjadi focus saya. Tetapi, sekali lagi warning. Dibalik dari kelurhan semacam ini jangan sampai (ada udang dibalik batu). Artinya ada yang berkepentingan untuk realisasi hal ini sehingga nilai dari poin ini akan luntur sebagai tuntutan sesungguhnya.

Menuju pada isi poin terakhir yang jadi tuntutan adalah ketepatan tindakan Presiden RI dalam hal ini pemerintah negara indonesia. " saatnya menyelamatkan bangsa Indonesia. Karena setiap nyawa adalah harga yang tidak dapat dibayarkan" ini bagian penutup dari isi petisi

Garis bawahi setiap nyawa adalah harga yang tidak terbayarkan. Kemarin kebijikan berapa tahap yang kita lalai, kita acuhkan, kita tidak peduli. Apakah kita berpikir tentang harga dari sebuah nyawa ini. Mudik kita lewat jalan tikus ketika jalan umum dilarang.

Tapi entahlah, setiap nyawa adalah harga yang tidak dapat terbayarkan ini benar. Semoga saja, presiden kita sangat bijak dalam merespon hal ini (petisi) dan tidak salah dalam mengambil keputusan. Saya hanya sedikit takut saja, bahwa pemerintah selalu salah, itu pikiran masyarakat sipil. Bagaimana tidak?

Kesehatan negara kita, kesehatan masyarakat kita, kesehatan publik kita sekarang dalam keadaan kritis. Pemerintah katanya belum maksimal bekerja. Yang saya takut, dari tuduhan-tuduhan tidak maksimal kerjanya pemerintah ini berujung pada teriak (Turunkan). Ini hanya ketakutan saya karena belakangan ini, saya pikir melihat banyak yang terkesan sangat responsif terhadap pemerintah yang katanya lamban ini.

Demikian, semoga bermanfaat !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun