Mohon tunggu...
Hr. Hairil
Hr. Hairil Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu kebutuhan, bukan hiburan.

Institut Tinta Manuru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Masih Perihal Petisi Online Masyarakat Sipil dan Lockdown

19 Juni 2021   19:21 Diperbarui: 19 Juni 2021   19:55 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mau galang petisi atau mau cap pemerintah lambat menangani pun, kasus covid-19 di negara kita sebentar lagi mencapai angka 13 ribu. Bukankah itu mengagetkan kita sebagai masyarakat sipil, bahwa ternyata begini kalau tidak patuhi sejumlah aturan pemerintah tentang kesehatan bersama.

Jangan Tutup Diri

Hal selanjutnya adalah tentang diri baik pemerintah dan masyarakat sipil sendiri. Terkait meningkatnya angka covid-19 beberapa bulan terakhir ini menyadarkan kita bahwa ternyata kita masih tutup diri, terlalu ekskluif untuk orang lain.

Pemerintah menutup diri terhadap masyarakat sipil terkait sejumlah angka yang tidak terjangkau. Artinya ada beberapa lembaga peneliti menyebut pemerintah kita tidak terbuka soal data kasus covid-19. Ekslusifitas inilah menjadi ketersinggungan, bagi saya hal ini bisa dibicarakan dengan baik

Masyarakat tutup diri terhadap pemerintah, tidak mematuhi aturan yang pemerintah luncurkan. Saya percaya meskipun berbagai tekanan jika memenuhi atau mematuhi aturan dari pemerintah. Sebagian beralasan isi perut dan lain sebagainya, benar.  

Benar bahwa kalau tidak kerja bisa mati, jangankan makan garam. Batu saja bisa dimakan kalau tidak punya makanan. Maksud saya, kebijakan sifatnya kepentingan kemaslahatan umum yang saya sangat yakin jika serentak saja jika patuhi. Indonesia sudah bebas dari covid-19 tanpa minta petisi untuk lockdown

Pemerintah bukan tidak peka, tetapi telinga kita sebagai masyarakat sipil kadang sudah tuli dengan niatan baik dari yang pemerintah lakukan. Pemerintah ini, jika diibaratkan seorang ibu. Mulutnya sudah sobek-sobek sampai rahang belakang karena teriakkan dia tidak dindahkan anak-anaknya

Pada bagian ini, saya sedikit hati-hati menyebut kata (KITA) karena tentunya sebagian orang tentu tidak menyepakati yang saya bicarakan. Tapi saya pun sedikit tidak peduli, kerena buktinya sekali lagi, kita sebagai masyarakat sipil sudah terlalu keras kepala dalam hal kebijakan pemerintah tentang penanganan kesehatan ini

Terbuka yang saya maksud adalah, pemerintah benar-benar menyasar semua lini dari atas hingga lini paling bawah demi kelengkapan data. Akurasinya bagaimana, apakah semua wilayah indonesia dijangkau atau semua wilayah terkoreksi datanya dll dll untuk bisa diketahui publik. Biar publik tidak panik saat angka covid-19 naik mendadak dan minta petisi lockdown lagi

Begitu juga sejumlah elemen masyarakat baik lembaga survei dan sejumlah LSM masyarakat yang andil dalam menangani kesehatan negara kita. Mestinya kita tidak harus perang mulut adu data dan lain sebagainya melawan pemerintah

Ajaklah bicara baik-baik, bahwa ini loh data akurat yang kita temukan di lapangan dan data ini beda berapa digit dengan pemerintah. Ayo kita koreksi sama-sama, apakah metode kami yang bermasalah atau perangkat pemerintah ada yang masih lalai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun