Mohon tunggu...
Hr. Hairil
Hr. Hairil Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu kebutuhan, bukan hiburan.

Institut Tinta Manuru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kota Suram dan Bulan Mati di Pangkuan Jurna

25 Mei 2021   20:21 Diperbarui: 25 Mei 2021   20:59 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustasi Jurna dan Bulan (foto-Depositphotos.com)

Senja bagi jurna merupakan keindahan ajaib, begitu juga pagi dengan pelangi indah atau malam di dekat bukit yang hutannya sangat suram dengan secangkir kopi membuat dirinya sudah memeluk kedamaian sepenuhnya di beberapa waktu lalu

Ternyata malam ini, jurna benar-benar rapuh, sangat benci pada dirinya sendiri. Kota batang yang suram dan bising tidak lagi menjadi semangat dia. Kopi spesial malam ini Cuma ilusi baginya, gelap adalah tanda rindu yang bagi dia hanya fatamorgana. Dari bibirnya yang kaku, jurnal kembali mengucapkan sesuatu yang menyeret dia pada kebencian dahsyat malam ini

"Bulan, aku sudah tidak rindu lagi, gelap dari sang malam dan rindu yang menderu di hati tidak meninggi dari amarah. Bulan, kota ini sepi dan kosong, sekosong harapan aku, aku benar-benar melihatmu mati di pangkuanku, benar-benar mematung diatas kota ini, oh nestapa.

Jurna berjalan memeluk buku kecil dan secangkir kopi menuruni tangga rumahnya, menuju sebuah meja menjadi tempat favorit dia menulis banyak hal. Dan dia menulis dengan tidak percaya diri tentang kisah yang kalian baca malam ini. Terimakasih, bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun