Mohon tunggu...
Hr. Hairil
Hr. Hairil Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu kebutuhan, bukan hiburan.

Institut Tinta Manuru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pertanyaan Tersulit dari Sang Ibu di Pertengahan Ramadhan Tahun Ini (Seri II)

26 April 2021   23:09 Diperbarui: 26 April 2021   23:42 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"criiiiing....criiiing....cringggg..." panggilan video via whatsapp dari kakak, 4x kali saya sengaja biarkan panggilan itu terlewati begitu saja.

Dirumah, saya baru bisa menelpon mereka. Setelah istirahat, mandi sambil menunggu datang waktu berbuka puasa. Hidupkan laptop dan membaca beberapa artikel dengan tema ramadhan, kuliner, berita politik, sosial dll sambil memencet tobol panggil di whatsapp.

"tuuuuuut, hallo" sapaan kakak di seberang

Hanya sekali dering, langsung diangkat teleponnya. Suara nyaring dari seberang. Khas suara yang saya kenal. Suara kakak yang sedari jam 16.00 wit menunggu di rumah ibu agar saya bisa telepon dan ngobrol sama ibu.

Lagi-lagi, rasa rindu tertumpah, melimpah, memenuhi ruangan kamar saat mendengan kata hai dari sang pemilik rahim. Bahagia bercampur aduk dengan rasa sesal yang menumpuk disetiap pertanyaan-pertanyaan ibu saat lebaran datang, dari tahun ketahun. Ah, anak yang berdosa.

Saya, sangat rindu dengan mereka semua, terutama ibu dan ayah. Selama di rantau, di mana saja, setiap doa untuk mereka adalah tentang kesehatan dan kelapangan hati untuk saya yang tidak bisa beberapa kali dalam beberapa tahun ini lebaran bersama mereka. saya sangat rugi sebenarnya, menyesali hal ini adalah kesalah terbesar yang selama hidup ini saya lakukan.


"kabar kamu gimana?" kamu benar tidak jadi pulang lebaran dirumah? Kalo kamu tidak pulang, suruh si bungsu pulang!" tanya dan permintaan ibu dari seberang.

Si bungsu lagi, padahal dia kan baru balik dari rumah dua bulan lalu ke jakarta. Mengapa harus dia pulang, mengapa harus kami berdua, dan banyak sudah pertanyaan bersileweran dalam isi kepala saya.

"nanti liat dulu dekat lebaran idul fitri, kalo memungkinkan saya suruh dia (si bungsu) pulang" jawab saya

"terus kamu tidak pulang?" ibu mengulangi pertanyaannya lagi

Ibu saya, sangat bahagia ketika saya dan si bungsu dirumah. Anak tersayang, begitulah kenyataannya. Ketika kami berdua tidak lebaran bersama dengan mereka. Harapan-harapan yang mereka kumpul sudah menggunung dikemas dalam satu kota besar yang namanya penungguan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun