Awal pekan kedua bulan November tahun ini, beberapa kerja menjadi terbengkalai. Padahal baru saja akhiri pekan pertama bersama teman-teman. Awal pekan kemarin, tidak banyak kerja yang saya lakukan.
Masih seperti biasanya, aktivitas membaca buku, berita, ikuti informasi terbaru, chatting sama teman, ngopi, kongkow dan aktivitas biasa lainnya yang saya lakukan seperti hari-hari sebelumnya.Â
Awal pekan kedua, karena kebetulan malam ini lagi free. Tidak ada teman yang datang. Hanya beberapa teman via whatsapp masih saja berkabar.
Sebenarnya pas malam tadi sekitar pukul 19.00 waktu jakarta, ada satu orang teman yang mampir ke kamar. Sekedar mampir, karena buru-buru balik ke Bogor.Â
Keadaan malam ini tidak seperti biasanya, mungkin karena awal pekan kedua atau kesibukan lain membuat kami tidak bisa berkumpul. Sekedar berbagi, ngobrol ini itu, dan banyak hal tentang menulis pun tidak luput dari yang kami bicarakan.Â
Aktivitas seperti biasa, setiap berkumpul dimana saja. Kami selalu bicarakan tentang informasi, isu terbaru, kerja, atau apa saja buat kami bisa dibahas.Â
Mungkin itu masalahnya, sehingga malam ini tepat awal pekan kedua November ketika belum sempat berkumpul. Semua hal buat saya menjadi terbengkalai.
Hari-hari sebelumnya, meski tidak seperti penulis lainnya yang memang sudah jauh menyelami dunia menulis. Saya pun melakukan usaha-usaha kecil agar bisa menulis walaupun masih terbilang lambat dan belum mengalir.Â
Hari ini, aktivitas menulis saya sangat mempengaruhi. Biasanya, setiap kali berkumpul dengan teman-teman. Ada saja inspirasi dan semangat menulis, tema-tema untuk menulis sangat cepat saya dapat.
Ya, mungkin karena setiap kali berkumpul diaman saja tempatnya wacana tentang menulis selalu jadi tema utama. Tetapi malam ini semuanya menjadi berbeda. Alpa dalam sehari berkumpul saja sudah begitu terasa pengaruhnya sampai berdampak terbengkalainya akvitas saya menulis.
Walaupun ini sebenarnya bukan suatu masalah yang serius menurut saya, tetapi sebelumnya saya pernah punya plan setelah aktivitas menulis mulai saya tekuni.Â
Planning sederhana saja sih sebenarnya, one day one artikel. Planing seperti ini, kata seorang teman, menulis aja punya planning sebagus itu.Â
Kata dia "Bagaimana kalau plan 'One day, one artikel' itu diganti jadi 'satu hari satu ayat suci Al-qur'an"
Mendengar kata teman ini, memang sangatlah benar. Bukan berarti melupakan aktivitas menulis. Tetapi setidaknya, plan seperti ini lebih bagus lagi kalau ditambah plan membaca Ayat Suci Al-qur'an seperti kata dia.Â
Jelang beberapa saat, saya sendiri masih menebak-nebak apa yang disampaikan olehnya sebagai plan pengganti tadi. Dia pun dengan cepat mengklarifikasi.
"Itu hanya sekedar saran saja. Disamping aktivitas menulis, jangan lupa dengan aktivitas yang satu itu" Kata teman ditengah obrolan kami.Â
Ah, itu hanya masalah plan yang bagi saya adalah sesuatu yang sangat privat. Kembali pada aktivitas menulis, terasa menjadi terbengkalai bukan karena faktor tidak ada ide atau inspirasi untuk menulis malam ini.Â
Tetapi, lebih pada tidak memiliki semangat karena tidak ada obrolan seru dan tawa-tawa lepas dari kami yang biasa berkumpul dan sekedar menikmati kopi.Â
Seharian, dari pukul 08.00 waktu jakarta, bangun tidur sampai sekarang saja masih mondar mandir, kiri kanan liat ini itu dimedia sosial. Seperti itulah aktvitas selain membuka 3 atau 4 lembar buku untuk penyegaran ide.Â
Beberapa ide untuk menulis sebelumnya, sore tadi menjadi plan untuk malam ini. Ternyata ide itu hilang entah dibelantara pikir atau kacau dalam mengumpulkan makna.Â
Ingin menulis tulisan panjang dari ide-ide yang hilang tadi, faktor kedua kehilangan ide ini adalah perkara tidak mencatat ide yang didapat tadi dalam memo atau catatan seperti biasanya.Â
Belum lagi, ide tiba-tiba saja hilang bersamaan dengan suasana kota Jakarta malam ini seakan sudah menjadi kota senyap.Â
Saya sebenarnya tidak ingin menjudge diri sendiri dalam hal menulis, tetapi tidak seperti biasanya. Malam ini tiba-tiba saja down semangat menulis.
Sore tadi, saya menulis tentang Focus 3 Situasi. Satu diantara 3 situasi itu adalah situasi memahami ritme kerja baik secara kelompok/organisasi dan ritme kerja pribadi.Â
Tulisan itu. Sore tadi sudah dipost, lagi-lagi malam ini saya menemukan masalah dimana saya sudah bahas dalam tulisan sebelumnya. Tidak pernah menyangka, ketika kita tidak memahami ritme kerja diri, semuanya akan menjadi terbengkalai seperti sekarang ini yang saya alami.Â
Masalah ritme kerja memang benar-benar terasa. Kehilangan focus, berimbas pada kehilangan ide dan semangat. Saya dari awal sebenarnya sudah menduga bahwa menulis dalam keadaan sunyi, tidak ada teman atau siapun disekitar akan lebih baik. Padahal dugaan saya itu berbeda dan meleset. Daya analisi dan ramalan saya masih pada tataran standar.Â
Berkumpul dengan teman memang banyak memberikan ide, sebab ada diskusi dan selalu saja ada tema menarik. Hanya saja, saat ini untuk menyesuaikan ide dan inspirasi yang ada dengan ritme kerja menulis bagi saya belum terlalu tepat.Â
Kalau orang-orang melihat aktivitas saya dan teman-teman, mereka bisa saja sudah menjudge bahwa kerjaan kami hanya begitu-begitu saja, dan memang itu-itu saja. Mau kami di kampus, di caffe, ditaman-taman kota dan semua tempat yang kami jangkau itu selalu saja dengan aktivitas yang sama.Â
Orang-orang bisa saja menilai banyak waktu kami terbuang sia-sia. Ya, itu menurut mereka. Sedangkan menurut kami, waktu seperti itulah yang kami butuh.
Sisi manfaatnya selain mendapat ide serta inspirasi untuk menulis, kami juga membangun dan menjaga silaturahmi dan keakraban kami sebagai teman yang sama-sama datang ke tanah jawa dengan tujuan studi. Inilah hal penting yang tidak ada dalam pikiran mereka.Â
Kembali pada aktvitas menulis, bagi yang sudah baca tulisan saya sore tadi dengan tema "Focus 3 Situasi" pastilah bisa merasakan sendiri, bagimana kita tidak bisa menjaga ritme kerja kita dan kerja secara kelompok/organisasi.
Dari tulisan sore tadi, sebenarnya menjadi pelajaran penting bagi saya. Sebab saya menulis yang sifatnya mengajak orang lain untuk memahami ritme kerja padahal malam ini saya sendiri tidak mahami ritme kerja saya karena beberapa faktor yang menyebabkan itu terjadi.Â
Ritme kerja menulis seperti 2-3 minggu kemarin masih sangat bisa dikontrol, dijaga. Sekarang, kenyataan berbalik membuat saya kelabakan.Â
Untuk memakluminya bukan suatu hal wajar karena merasa perubahan sangat besar yang saya alami malam ini. Kurang lebih 45 menit bangun dari tidur, saya berusaha menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan ritme kerja yang tiba-tiba saja kacaukan keadaan.Â
Berusaha menjadikan hal ini bukan sebagai beban, mengatur kembali pola pikir, membujuk hati agar menjadi lebih tenang dan banyak cara lain yang saya lakukan demi mendapatkan ritme kerja seperti sebelumnya dan telah direncanakan.
Mengatur waktu, latihan penyegaran dengan membuka benerapa lembar buku dan penjadwalan untuk aktivitas menulis saya kembali tercatat di dalam memo.
Ritme kerja tidak beraturan ini terjadi bukan karena saya malas, tetapi lebih pada lelah seharian karena belum istirahat siang. Hal lainnya karena ketidakhadirannya teman ngobrol.Â
Bahas soal ritme kerja, malas, dan kurangnya waktu istrahat membuat semangat itu kembali. Sebab yang saya omongin adalah yang saya tulis, bisa dibilang bicara dalam menulis.
Hal terpenting saat ini bagi saya, mau kehilangan focus, mau ritme kerja bermasalah, tidak ada ide dan inspirasi dan seburuk-buruk keadaan apapun menghampiri diri kita. Jangan lupa selalu menulis, sebab semua akan menjadi karya jika kita menghadapinya dengan tenang dan rasional.Â
Sekali lagi, diantara kita memiliki kerja sebagai aktivitas keseharian. Ingat dan perhatikan sejengkal saja ritme kerja kita berubah maka secepatnya kembali membuat rencana, kembali pada penjadwalan seperti sudah disetting sebelumnya.Â
Hal lain yang berkaitan dengan semangat kita memperhatikan ritme kerja kita, semangat kita dan inspirasi kita adalah kedisiplinan. Disiplin dalam semua hal adalah kunci dari segalanya bagi saya secara pribadi.Â
Entah menurut pembaca, kunci segalanya bisa jadi cinta, keluarga, atau jenis apa saja. Intinya semua mengarahkan kita pada satu tujuan yaitu Karya atau hasil kerja.Â
Diantara kita juga pastilah hampir memiliki kesamaan kerja atau aktivitas dibeberapa orang. Yang lainnya meskipun sangat berbeda jauh, tetapi pada prinsipnya semua aktivitas membutuhkan prediksi atau ramalan-ramalan tentang ritme kerja.Â
Kerja yang banyak akan kita bagi menjadi beberapa bagian agar menjadi mudah. Kerja yang sedikit akan kita kerjakan secepatnya sehingga dapat mengambil kerja lain yang belum dikerjakan.Â
Semua aktivitas kerja kita memiliki tantangan yang berbeda-beda porsinya. Rencanakan dengan matang dalam penjadwalan. Jadikan kebiasaan, kerja ditempat kerja.Â
Maksudnya, kalau pembaca punya kerja, dikantor maka selesaikan dikantor dan jangan bawa pulang kerja kita dirumah. Sebab dirumah urusannya jadi lain, anak-anak dan ibunya memiliki waktu hanya dalam hitungan jam.Â
Bisa bayangkan. Pulang kerja kita pukul 19.00 waktu jakarta, waktu tidak menentu dan bisa jadi ada sebagiannya baru sampai rumah lebih dari waktu diatas karena banyak alasan.Â
Jam bersama keluarga sangat singkat, kita harus mandi, makan, istirahat dan besok kembali kekantor dengan kerja yang baru. Maka dari itu, Â manfaatkan sebaik mungkin waktu singkat itu untuk menjaga segalanya agar tetap baik dan tidak terbengkalai.
Walaupun, ada kerja yang tidak dapat kita prediksi dan akhirnya melibatkan keluarga kita karena kerja sudah menumpuk. Maka itu hal wajar, tetapi kita tidak bisa sampai menjadi orang yang sengaja agar kerja kita menumpuk atau salah memprediksi jadwal dan sejenisnya.Â
Demikian kali ini, yang singkat soal ritme kerja saya sebagai pribadi dan semoga memberi sedikit manfaat buat pembaca bahwa menjaga ritme kerja adalah hal penting selain kedisiplinan pada diri.Â
Semoga!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H