"Tulisan 'Darah Ditanah Perjanjian' ini sebagai refleksi kembali perkara koflik di Tanah Perjanjian beberapa waktu lalu setelah Akses ke Masjidil Al-Aqsa resmi dinyatakan tutup oleh pemerintah Israel. Konflik pun tidak bisa dihindarkan saat masyarakat tumpah ruah dijalanan memprotes keputusan yang di ambil oleh Pemerintah Israel" Jakarta, 25 Juli 2017.
Bismillahir rahmanir rahim.
Pekan lalu setelah pemerintah Israel menutup akses Al-Aqsa, situasi mulai memanas.
Keputusan Presiden Israel Reuven Rivlin menjatuhkan korban jiwa dikalangan Umat Islam. Alih2 soal keamanan dan kebebasan beragama tidak akan dibatasi.
Yerusalem timur, kota tempat komplek al-Aqsa berada menjadi sorotan publik, utamanya Umat Islam seantero dunia.Â
langkah pembatasan bagi kaum Muslim di Masjid al-Aqsa memicu kemarahan besar terhadap Pemerintah Israel. Belum lagi, konflik telah pecah, memanas lalu darah2 sudah basahi tanah perjanjian.
Entahlah, kekuasaan atau otoritas dan ideologi menjadi syaraf Keputusan pekan lalu memicu ketegangan di komplek Al- Aqsa.
Kita lihat sedikit sejarah tentang Israel dan Palestina, mungkin belum hilang dari ingatan kita. Berapa puluh tahun silam. Konflik Israel dan palestina sudah menjadi hangat dalam pemberitaan nasional.Â
Konflik Bangsa Israel dan Palestina bukanlah konflik yang biasa2 saja, konflik teritorial di Jalur Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur dgn implikasi pd Ideologi kedua bangsa ini sampai pd saat sekarang.
Pada abad 19 dimana Kongres Zionis Pertama diselenggarakan tepat pd tahun 1897. Nampak kekuatan zionis mulai terukur dgn adanya Deklarasi Balfour 1917 ketegangan mulai hadir ditengah Tanah Perjanjian
Kita lihat juga Revolusi Arab 1936-1939 yg dipimpin Amin Al-Husseini. dan tak kurang dari 5.000 warga Arab terbunuh saat itu melewati satu fase besar yg disebut sebagai Mandat Britania atas Palestina.Â
Pada 1947 rencana pembebasan wilayah oleh PBB, Israel pun telah mendeklarasikan Israel sebagai sebuah Negara pd 14 Mei 1948. Itulah permulaan genderang perang melawan Israel sebagai Negara Yahudi.
Perang Arab-Israel baru pecah pd 1949 setelah bersepakat melakukan gencatan senjata.
Jelang tujuh tahun perang arab, terjadilah perang Suez 1956 yg juga melewati satu fase besar saat itu, fase eksodus bangsa Palestina.
Barulah pada 1967-1993, Perjanjian Nasional Palestina dibuat pada 1968, Palestina secara resmi menuntut pembekuan Israel.
Tidak hanya sampai disitu ketegangan yg menjadikan Palestina ladang perang pembantaian atas kekejaman Zionis Israel.
Beberapa peristiwa perang terjadi antara Israel dan palestina pun tak dapat di hindari;- pada1970 War of Attrition, Perang Yom Kippur 1973, Kesepakatan Damai Mesir-Israel di Camp David 1978, terjadi lagi Perang Lebanon 1982
dan Intifada pertama (1987-1991) serta Perang Teluk 1990-1991 dengan ratusan bahkan ribuan nyawa menjadi korban.Â
Otoritas Palestina segera berdiri setelah perjanjian Oslo pd 1993.
Tiga tahun otoritas palestina berdiri, pacah lagi  Kerusuhan terowongan Al-Aqsa pd 1996 sampai pd Maret 2000 terjadilah Intifadah II. Pemicu Intifadah II Terjadi krn kedatangan pemimpin oposisi Israel Ariel Sharon ke Masjidil Aqsa.
Pasca KTT Camp David 2000 antara palestina dan Israel sebagai awal mula bersitegang. Tabuh perang baru melengking, deretan perang terjadi dari tahun ke tahun. Korban jiwa, bom bunuh diri di tembok pembatas, ketengan di Gaza dan banyak lagi peristiwa yg menelan korban jiwa.
Negeri perjanjian berdarah, tangis dan asap2 hitam mengepul kelangit. Anak2 kehilangan Orang Tua, sekolah dan rumah penduduk di bumi hanguskan. Siapa pelakunya? Israel dengan Otoritas Negara Yahudinya.
Belum berhenti sampai disitu, ada lagi serangan Israel ke Gaza dimulai 26 Desember 2008, Israel melancarkan Operasi Oferet Yetsuka yg menelan korban masyarakat sipil.
Di tahun 2010 Israel memblokade jalur bantuan ke palestina dan pd tanggal 30 Mei di tahun yg sama.Tentara Israel Menembaki kapal bantuan Mavi Marmara yang membawa ratusan relawan dan belasan ton bantuan untuk palestina disitulah mata Negara Islam mulai memanas.
Solusi Israel dan Palestina belum terpecahkan, keamanan Israel dan palestina setelah setuju pada perjanjian Oslo beberapa tahun silam tidak juga menemukan harapan nyata.
Intensity conflict dan gencatan senjata. Kekerasan dan pembunuh masih saja terjadi sampai pada pekan lalu 2017 dgn blokade jalur Al-Aqsa oleh pemerintah Israel.Â
Negara2 Islam sdh mesti secepatnya mengambil langkah antara Perdamaian dan Keselamatan atas tanah Palestina. Sudahi dararah dan air mata, sudahi martir dan korban jiwa yg lebih banyak lagi.
Ketegangan melahirkan darah ditanah perjanjian, kurang lebih 9000an korban jiwa dari tahun 1987-2011. 1600an koban adalah anak2 di bawah 18 tahun.Â
Lalu, perdamaian yg seperti apa yg kita bicarakan saat ini?
Masih di tanah perjanjian. Sudahi darah dan tangis masyarakat sipil di Palestina. Perdamaian dua negara. Lalu bagaimana dengan Indonesia sebagai Perdamaian dunia seperti mana yg terkandung dalam UUD 1945 adalah ketegasan tidak ada penjajahan dimuka bumi, dan berdiri sebagai Polisi (keamanan) dunia menjamin Hak dan kebebasan Saudara Kita di tanah perjanjian.Â
Semoga !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H