Mohon tunggu...
Marsadi Adam
Marsadi Adam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Saya seorang pemuda biasa yang sangat suka sekali dengan sastra dan suka sekali menulis. Walaupun saya baru mengenal beberapa karya sastra, tetapi tubuh saya akan selalu merinding ketika karya sastra masuk masuk ke tubuh saya melalui mata dan telinga saya.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Membedah Citra Tokoh Rina dalam Novel "La Barka"

20 Juli 2024   17:50 Diperbarui: 20 Juli 2024   18:53 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Dengan sifat-sifatku yang ingin menyendiri, kurasakan semakin sukar hendak melepaskan diri dari mereka.”

Rina merupakan tokoh yang sering dijadikan sebagai tempat curhat untuk teman-temannya. Pada saat temannya selesai curhat, Rini tidak langsung merespon curhatan temannya itu. Melainkan Rina mendengarkan terlebih dahulu temannya curhat dan berkata di dalam pikirannya apakah ia harus membalas curhatan temannya itu atau tidak. Hal tersebut dapat kita lihat pada kutipan yang terdapat dalam novel, yaitu:

“Aku tidak menjawab. Haruskah kukatakan seadanya hanya untuk menyenangkan hatinya? Aku merupakan orang luar yang baru mengenal mereka beberapa hari lalu. Beberapa hari tidak cukup untuk dikatakan mengenal watak seseorang. Apalagi bila pertemuan dengan mereka hanya ada di sekitar meja makan, dengan percakapan yang biasa, kosong dan serba ringan. Aku memutuskan untuk menempatkan diriku untuk tetap di luar garis.”

Rina juga tipe tokoh yang mudah percaya terhadap perkataan temannya karena Rina sering dijadikan tempat untuk curhat maka ia akan cenderung mengikuti penilaian temannya itu yang dinyatakan dalam bentuk curhatan. Hal tersebut dapat kita lihat pada kutipan yang terdapat dalam novel, yaitu:

“Aku percaya kepadanya. Rupanya semua laki-laki sama. Pada permulaan berkenalan, pada tahun-tahun bersama perkawinan, mereka begitu penuh perhatian dan mesra. Sesudah itu masa bodoh, berbuat sekehendak hatinya.”

Permasalahan yang Dihadapi Oleh Rina

Rina merupakan seorang tokoh wanita yang telah menikah dengan seorang pendatang dari luar negeri yang sedang bekerja di Indonesia dan Rina telah mempunyai seorang anak. Kehidupan di awal pernikahan sangat dinikmati oleh Rina ketika ia dan suaminya belum mempunyai seorang anak. Namun setelah Rina melahirkan seorang anak, sang suami malah terlihat seperti seorang ayah yang tidak peduli dengan anaknya. Kehadiran sang anak seperti tidak diinginkan oleh ayahnya. Hal inilah yang menjadikan hubungan Rina dengan suaminya menjadi renggang. Hal ini bisa kita lihat pada kutipan dalam novel, yaitu:

“Dua tahun aku berbahagia. Pada tahun ketiga, anak yang lahir, yang sebetulnya menjadi pengikat halus antara suami dan istri, justru selalu menjadi alasan bagi suamiku untuk mencetuskan kemarahan atau ketidaksenangan hatinya. Sering kali dia pergi malam-malam, hanya disebabkan oleh tangis yang kedengaran lamat-lamat dari kamar bayi. Kalau aku meminta bantuannya agar diantar ke dokter untuk memeriksakan penyakit anak, dengan gusar dia menjawab, bahwa waktunya akan habis untuk mengurusi bayi. Ataukah itu semua hanya alasan yang dibikin-bikin? Dicari- cari untuk menutupi sesuatu yang sesungguhnya?”

Dilanjutkan dengan kutipan:

“Waktu itu aku tidak memikirkannya. Namun, hatiku mulai sepi. Keakraban yang kurasakan terhadap suamiku dari hari ke hari mulai mengendur. Sewaktu anak kami berumur beberapa bulan, buat pertama kalinya sejak aku melahirkan, suamiku mengunjungi aku di tempat tidur. Keesokannya aku merasa sebagai pengantin baru, mengharapkan kelembutan sikap dari laki-laki yang kuanggap menjadi satu-satunya pasangan hidup di dunia ini. Dengan kecewa aku mendapatkan apa yang kuidamkan.”

Permasalahan yang dihadapi oleh Rina bukan hanya itu saja. Ia juga harus menghadapi tingkah laku suaminya di depan umum yang membuat citra rumah tangga terlihat berantakan di muka umum dan juga membuat harga dirinya rendah di muka umum. Rina juga tidak merasakan kasih sayangnya lagi dan hanya merasakan dirinya hanya sebagai alat untuk mencapai kenikmatan bagi suaminya saja. Oleh karena itulah ia mulai menjauhi suaminya. Bukti kutipannya yaitu:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun