Mohon tunggu...
Sadana Felix
Sadana Felix Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa program studi Sosiologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gaya Rambut: Simbol Perlawanan Anak Muda atau Sebatas Praktik Konsumsi?

5 Juli 2021   10:56 Diperbarui: 5 Juli 2021   11:04 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hari ini mungkin anak muda tak lagi menemui tindakan represif aparat di jalanan perkara gaya rambut. Tetapi kekuasaan, seperti kata Foucault, tersebar, berada di mana-mana, dan diproduksi dalam setiap momen dan tiap relasi sosial. 

Bentuk pengetahuan dan wacana rambut era Orde Baru masih diwariskan hingga hari ini melalui stereotip orang tua dan kekuasaan disipliner insitusi pendidikan. Sepertinya cukup dengan laki-laki, mari bergeser ke perempuan cantik. Melalui iklan shampoo, mitos kecantikan tercipta. 

Perempuan dewasa yang menggerai rambut panjang, lurus, dan hitam berkilau-nya digambarkan sebagai perempuan ideal, mudah mendapatkan atau didambakan laki-laki. Padahal sih, gagitu-gitu amat. Bagi penulis, standar kecantikan semata-mata dibentuk oleh kapitalisme dan mata laki-laki. Perkembangan lain yang menarik bagi penulis adalah, rambut warna-warni yang dapat dengan mudah dijumpai di kalangan anak muda. Tak hanya dikalangan perempuan, tetapi juga laki-laki. 

Hebdige (2020: 341) menyatakan bahwa anak muda telah terbentuk di dalam dan diberbagai diskursus tentang ‘gangguan’ dan/atau ‘senang-senang’. Dikatakan gangguan ialah, anak muda sebagai gangguan, atau anak muda yang sedang mengalami gangguan, contohnya geng motor, hooligan sepak bola, dan lainnya, yang diasosiasikan sebagai kejahatan, kekerasan, dan penyimpangan. 

Sementara senang-senang ialah anak muda direpresentasikan sebagai konsumen yang menyenangkan dari fashion, gaya, dan berbagai aktivitas hiburan. Anak muda digambarkan sebagai orang yang suka pergi ke pesta, bergaya dengan fashion, dan di atas semua itu adalah konsumen remaja. Paul Willis (2000:361-362), menyatakan bahwa anak muda memiliki suatu relasi yang aktif, kreatif, dan produktif secara simbolis dengan komoditas yang membentuk budaya anak muda, dan kreativitas simboliknya didasari pada kehidupan informal sehari-hari mereka, dan seluruh dunia yang mereka lihat diisi dengan makna. 

Relasi yang hari-hari ini diperkuat oleh internet dan sosial media, memudahkan anak muda mencari referensi baru, dalam hal ini gaya rambut. Akan tetapi Willis melanjutkan, bahwa kapitalisme dan ekspansi konsumerismelah yang menyediakan pertambahan suplai sumber daya simbolis bagi karya anak muda. Kapitalisme bukan hanya menjadi tempat pelarian, tetapi juga menyediakan sarana dan media, dan konsumerisme bukan hanya proses pasif, tetapi juga aktif. 

Contohnya, produk-produk perawatan pun pewarnaan rambut, gaya rambut seorang figur atau tokoh dalam film pop, pemilihan barber shop diatas pangkas rambut sumatra atau asgar meski harus merogoh kocek lebih dalam bagi laki-laki, dan lainnya. 

Goalsnya, ingin tampil beda dan menonjol. Sebagai penutup, mengutip Angela McRobbie (1996: 153), di mana menurutnya budaya anak muda yang sarat perlawanan, dan budaya pop yang mencirikan budaya konsumen, dalam realitasnya, keduanya senantiasa berpadu, dan terlibat dalam sebuah hubungan yang berlanjut. 

Pada akhirnya, menggunakan rambut sebagai simbol perlawanan sah-sah saja, tetapi memisahkannya dari kapitalisme dan praktik konsumsimu itu mustahil. Jika benar melawan, perlawananmu terjadi & berlangsung dalam tubuh raksasa, kawan.

Daftar Pustaka

Alodokter. 2021.Alodokter. Diakses pada 3 Juli 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun