Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Berlapar-lapar Mengasah Soft Skills, Berjaya di Bisnis dan Bursa Kerja

15 April 2021   09:51 Diperbarui: 15 April 2021   10:24 1390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramadan saat yang tepat untuk menumbuh-kembangkan 'soft skills' kita (doc. Your Training Edge, Vecteezy/ed.WS)

Soft skills , sebagaimana dirilis omniagroup.com, secara luas diklasifikasikan sebagai kombinasi dari ciri-ciri kepribadian, perilaku, dan sikap sosial yang memungkinkan orang untuk berkomunikasi secara efektif, berkolaborasi, dan berhasil mengelola konflik. Orang dengan soft skills yang baik cenderung memiliki kesadaran situasional dan kecerdasan emosional yang kuat untuk menavigasi lingkungan kerja yang sulit dengan tetap memberikan hasil yang positif.

Manfaat lain dari soft skills di tempat kerja adalah membantu orang beradaptasi dengan keadaan yang terus berubah. Mampu berkomunikasi secara efektif selama masa ketidakpastian atau berkolaborasi dengan orang lain ketika solusi tidak segera terlihat. Kecakapan ini sangat menentukan maju-mundurnya organisasi/perusahaan sehingga tidak mengherankan jika bagian terbesar dalam wawancara kerja terletak pada upaya menilai kapasitas soft skills dalam diri setiap kandidat.

Lantas soft skills apa saja yang sangat dibutuhkan di tempat kerja saat ini?

Setidaknya , menurut laman topresume.com, ada 9 jenis soft skill yang menjadi fokus utama perusahaan-perusahaan menengah-besar dalam melakukan perekrutan karyawan baru, yaitu :

1. Pemecahan masalah dan inovasi secara kreatif

Hal terakhir yang diinginkan pemberi kerja adalah karyawan yang melihat situasi yang menantang atau tugas baru dan berkata, "Wow, saya tidak tahu harus berbuat apa di sini." Sebaliknya, mereka berharap karyawannya dapat berpikir logis dan kreatif untuk mengembangkan solusi atas masalah /hambatan yang muncul serta bisa membantu memunculkan ide-ide baru yang mengarah pada inovasi dan perbaikan dalam perusahaan.

2. Keterampilan komunikasi

Kemampuan mumpuni untuk berkomunikasi dengan klien dan anggota tim, secara daring maupun luring, sangatlah penting. Bukan sekadar untuk mengutarakan kepentingan bisnis/kerja semata, namun juga untuk membangun jaringan kerja yang bisa diandalkan.

3. Manajemen waktu

Manajemen waktu pada dasarnya adalah ketrampilan dalam mengatur jadwal agar bisa menyelesaikan proyek tepat waktu secara efisien. Bekerja dari rumah, misalnya, bisa menghemat waktu karena tidak perlu melakukan perjalanan ke tempat kerja, namun berpotensi memperbanyak distraksi yang ditimbulkan oleh hal-hal yang bersifat domestik. Jadi terlepas harus bekerja di rumah atau di kantor, buatlah kalender kerja dimana di dalamnya tertera tujuan jangka pendek maupun jangka panjang yang ingin dicapai dan patuhi sekonsisten mungkin agar target kerja/bisnis tercapai.

4. Pola pikir berkembang

Karir maupun bisnis yang berumur panjang mengharuskan karyawan/pengusaha untuk mampu tumbuh dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di bursa kerja atau ranah industri yang digeluti. Hal itu sejalan dengan kian besarnya peran teknologi di kedua wilayah tersebut. Intinya para profesional maupun pebisnis harus senantiasa mampu memotivasi diri untuk terus belajar hal-hal baru terkait soft skills maupun hard skills agar bisa mengimbangi dinamika pasar yang terjadi.

5. Kecerdasan emosional

Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memahami, mengevaluasi, dan merespon emosi diri sendiri dan emosi orang lain. Ini berarti kita harus bisa berpikir secara empati tentang orang-orang di sekitar dan hubungan interpersonal yang berkembang di tempat kerja.

Soft skill yang satu ini sangat diprioritaskan oleh para pemberi kerja. Sebuah survei yang dilakukan oleh lembaga ketenagakerjaan CareerBuilder menunjukkan bahwa 71 persen pemberi kerja lebih menghargai kecerdasan emosional ketimbang kecerdasan intelektual karyawan dan lebih 75 persen cenderung mempromosikan karyawan dengan kecerdasan emosional yang lebih tinggi.

6. Kolaborasi

Berkolaborasi dengan rekan kerja tidak semudah kelihatannya. Semua yang terlibat dalam tim harus belajar untuk mempercayai orang lain, bekerja sama, dan memberi serta menerima ide. Hal itu akan memaksimalkan efisiensi tim melalui pemanfaatan kekuatan individual semua anggotanya. Ini keterampilan yang sulit dikuasai, tapi tidak mustahil.

 7. Adaptasi

Perubahan adalah bagian utama di lingkungan kerja modern dan semua perubahan menuntut pekerja/pebisnis untuk beradaptasi dengan metode baru, teknologi baru, dan cara berpikir baru.

8. Mendengarkan secara aktif

Mendengarkan secara aktif lebih dari sekedar mendengarkan dengan penuh perhatian, namun juga ikut terlibat dalam percakapan dengan mengajukan pertanyaan, melakukan kontak mata, dan menahan diri agar tidak menghakimi.

penilaian.

9. Kepemimpinan

Semua soft skills dapat membuat anda menjadi karyawan/pebisnis yang hebat; namun soft skill kepemimpinanlah yang akan melejitkan anda ke posisi tertinggi. Apa pun pekerjaannya, sebagian besar pemberi kerja mencari seseorang yang mampu berkembang peran yang diembannya. Soft skill kepemimpinan merupakan kombinasi dari semua soft skill  lainnya. Ketika anda mampu menyatukan semuanya; maka tidak hanya dapat bekerja baik dengan tim, tetapi anda juga mampu mengarahkan dan membuat anggota lain menjadi lebih baik.

Shaum Ramadan Sangat Membantu Pengembangan 'Soft Skills'

Paparan singkat di atas menunjukkan bahwa pengembangan soft skill yang optimal sangat membutuhkan kondisi otak maupun kondidi kejiwaan (psikis) yang sehat. Oleh karena itu shaum  atau puasa di bulan Ramadan merupakan sarana terbaik untuk membangun dan mengembangkan soft skills. Kenapa?

Dr Amber Haque, profesor Psikologi Klinis School of Psychology and Social Work, di Doha Institute for Graduate Studies, memaparkan bahwa rata-rata otak manusia memiliki 100 miliar sel dan mengonsumsi 22% atau lebih dari total energi tubuh, tetapi uniknya otak justru menjadi lebih aktif selama kita kurang makan (Gulf News, 15 Mei 2019).

Setelah berpuasa selama 3-4 hari, menurut Amber, hati mulai mengubah lemak tubuh kita menjadi bahan kimia yang disebut keton. Salah satu keton ini (beta-HBA) adalah sumber bahan bakar yang sangat efisien untuk otak, memungkinkannya berfungsi selama berjam-jam puasa sekaligus di saat yang sama mengurangi ketergantungan pada gula yang dihasilkan dari glukogenesis yang sangat membebani otot-otot. Proses ini membuat otak lebih waspada secara kognitif dibanding saat mengandalkan energi yang bersumber pada glukosa tubuh.

Saat puasa terjadi peningkatan produksi protein yang disebut Brain Derived Neurotrophic Factor (BDNF) sehingga otak bisa membangun lebih banyak neuron (sel otak) untuk membantu dirinya bekerja secara efisien. Studi menunjukkan bahwa membangun neuron menunda permulaan penurunan keterampilan motorik dan memori spasial serta memulihkan kapasitas mental.

Selain itu selama berpuasa, jumlah mitokondria di sel saraf meningkat dan mendongkrak kemampuan neuron untuk membentuk serta mempertahankan koneksi, yang menghasilkan pembelajaran dan daya ingat yang lebih baik.

Penelitian di bidang psikologi, lanjut Amber, juga menunjukkan hasil positif dari puasa pada kognisi dan memori. Mereka yang berpuasa akan secara otomatis belajar tentang kesabaran untuk menahan godaan makanan maupun rangsangan lingkungan lainnya.

Puasa selanjutnya akan menjadi langkah pelatihan pengendalian dan pengaturan diri dimana setiap orang yang berpuasa akan terdorong untuk belajar menata rutinitas sehari-hari dengan cara tertentu yang pada akhirnya akan membentuk kedisiplinan. Hal itu pula yang membuat kita bisa menyadari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki sehingga bisa belajar untuk 'menjinakkan' diri (nafsu destruktif) kita sendiri lalu mengarahkannya pada  peningkatan kualitas diri.

Manfaat psikologis lain bagi banyak orang adalah peningkatan rasa memiliki dengan suatu kelompok atau komunitas. Selama Ramadan, semua Muslim didorong berbagi makanan atau benda bermanfaat apapun dengan orang lain, terutama dengan mereka yang kurang beruntung. Praktik berbagi dan peduli ini mendorong kualitas altruistik (menolong dengan ikhlas tanpa berharap balasan).

Otak dan psikis yang sangat kondusif sedemikianlah yang merupakan lahan subur untuk menumbuh-kembangkan soft skills kita. Oleh karena itu mulailah memburu jenis pahala lain yang lebih konstruktif, jangan mengalokasikan mayoritas waktu Ramadan yang berharga ini hanya untuk tidur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun