Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Lezatnya Karya Seni Menakjubkan Janice Wong

28 Juni 2020   18:27 Diperbarui: 28 Juni 2020   18:34 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Janice Wong, langit-langit artistik yang enak dimakan (doc. asia361.com)

Pastry Chef, mungkin lebih tepat Art Pastry Chef, Janice Wong pertamakali menghadirkan koleksi karya seninya pada September 2011 dimana dia menghadirkan langit-langit ruang yang terbuat dari marshmallow dimana para tamu bukan hanya boleh menyentuh, tapi juga mencabik dan memakannya!

Janice, sebagaimana dilansir laman Culture Trip, juga melukis dengan coklat yang memang sangat dia sukai hingga tak ada hari terlewatkan tanpa menyantapnya dan pada 2017 dia menghadirkan koleksi mainan coklat yang bisa dimainkan lalu dimakan. 

Sejak itu dia kebanjiran permintaan dari berbagai label dan ajang-ajang acara untuk menggali keunikan pada tekstur, warna, dan rasa bahkan tampil di acara kuliner bergengsi Masterchef Australia untuk mempertontonkan caranya memasak salah satu menu signatur-nya cassis prem yang prosesnya sangat mendebarkan.

Tiga tahun silam Janice menjadi host kursus masterclass (karya) seni yang dapat dimakan dan saat memasuki ruang kelas, para tamu dihadapkan pada dua karya seni abstrak yang sangat besar dan memicu adrenalin. 

Dua kanvas lukisan, atau lebih tepatnya, dua makanan penutup abstrak nan besar menggairahkan, itu dicat dengan cokelat dan pusaran 3D yang menutupinya terbuat dari marshmallow.  

Saat menyadari bahwa dua lukisan itu sepenuhnya dapat dimakan, para tamu tampak sangat tercengang, desserts itu benar-benar melebihi ekspektasi mereka.

Janice, sebagaimana dikutip oleh Culture Trip, kemudian bercerita bahwa proses kreatifnya dimulai dengan bertanya pada dirinya sendiri, "... bagaimana jika aku tidak pernah tahu seperti apa seharusnya makanan penutup itu (dibuat dan disajikan)?"

Janice membawa para pengunjung kelasnya melalui proses yang dia lalui untuk menciptakan suguhan yang luar biasa ini, termasuk menggunakan obor api untuk mencampur warna cokelat di kanvas dan menghanguskan marshmallow.

Setiap tamu diberi kanvas mini untuk dicat menggunakan cokelat leleh dengan warna dan rasa yang berbeda - termasuk jenis peppermint royal blue yang lezat. 

Banyak tamu terinspirasi oleh gaya Janice yang ekspresif dan sejumlah karya tercipta di kelas tersebut dipenuhi semangat ekspresionisme abstrak. Tetesan Jackson Pollock, segiempat Mark Rothko, pulasan Patrick Heron dan potongan-potongan warna Howard Hodgkin bermunculan dari coklat warna-warni yang mereka gunakan. Lantas segenap keindahan artistik itu diserpih dan dimakan dengan nikmat saat kelas berakhir.

Janice, yang tumbuh di Singapura, Jepang dan Hong Kong; pergi untuk belajar ekonomi di Australia, namun di sana dia menemukan makanan lebih menarik baginya daripada keuangan. 

Jadi dia berhenti dan mendaftar di institusi pendidikan Le Cordon Bleu yang bergengsi di Paris, diikuti menambah jam terbang dengan bekerja di beberapa restoran terbaik di dunia, termasuk Les Amis di Singapura, Alinea di Chicago dan Per Se di New York.

Kembali ke Singapura, ia membuka 2 am: desserts bar pada tahun 2007, menampilkan kreasinya kepada orang Singapura yang menyukai hidangan berasa manis. 

Cabang dan outlet lain selanjutnya dibuka di Tokyo dan Hong Kong. Lalu tahun 2017 dibuka Restaurant Janice Wong yang berlokasi di National Museum of Singapore yang menakjubkan. 

Resto seluas lebih dari 450 meter persegi itu dapat menampung hingga 40 pengunjung dan juga memiliki butik di lokasi hotel yang menawarkan lebih dari 70 jenis kue/coklat/makanan penutup.

Janice yang kini merupakan pastry chef internasional terkenal, menurut The Hedonist Magazine, menyatakan bahwa figur Walt Disney merupakan inspirasi terbesarnya karena'bakatnya yang multi disiplin dan (cara) pendekatannya'.

Itulah yang menyulut semangat Janice untuk terus mendorong batas imajinasinya, termasuk berguru pada mentor-mentor terkemuka seperti chef-restaurateur asal AS Thomas Keller dan Grant Achatz, chocolatier Spanyol Oriol Balaguer, serta pastry chef Perancis Pierre Herm.

Awal tahun ini Janice merayakan ulang tahun kedua belas resto makanan manis pertamanya 2 am: desserts bar di Holland's Village Singapura. Sebuah acara penting tidak hanya untuk Janice tetapi untuk seluruh industri kuliner. 

Chef perempuan akhirnya mendapatkan pengakuan yang memang layak mereka terima terutama berkat bakat mereka dan kemampuan menangkap peluang untuk mengembangkannya.

"Ya, pasti ada pergeseran dalam pola pikir perempuan. Suara kami lebih menonjol di industri sekarang karena kami telah membangun komunitas secara global. Hal itu telah mendorong peningkatan jumlah penghargaan khusus untuk perempuan, meskipun beberapa pihak mungkin tidak setuju dengan kebutuhan untuk jenis penghargaan ini. Tetapi sejumlah hal (terkait perempuan dalam industri kuliner) telah berubah banyak, terutama dalam lima tahun terakhir."Ungkap Janice pada The Hedonist Magazine.

Khusus untuk 2 am : desserts bar, Janice berujar,"Kami ingin terus menciptakan berbagai jenis pengalaman manis di resto ini dan kami akan terus berevolusi dengan bahan yang berbeda untuk mencapai hal itu. Pada saat yang sama, saya berharap untuk menjaga restoran hidangan pencuci mulut ini sebagai zona nyaman bagi para tamu. "

Gagasan terus mengalir dalam diri Janice yang diubahnya menjadi kreasi kuliner dan kue yang luar biasa. Prosesnya dinamis, membagi perhatiannya antara sisi kreatif dan bisnis: "Banyak pikiran melintas di benak saya, bagian bisnis saya akan memikirkan angka dan margin sementara sisi kreatif saya memikirkan pengalaman itu. Selalu ada bentrokan dan bentangan yang diperlukan untuk menyeimbangkan keduanya, tetapi saya merasa beruntung bisa melakukan keduanya. Ini juga merupakan hal yang baik untuk label kami karena membantu untuk membuat lalu merealisasikan keputusan lebih cepat. "

Janice dan timnya telah cukup lama menggunakan 3D printing dan laser cutting untuk pengembangan kreasi kulinernya, dia memang selalu mencari teknologi dan proses inovatif.  

Menu yang berubah sekitar setahun sekali, memberinya jalan untuk menjelajahi keseimbangan antara manis dan gurih melalui banyak kolaborasi dengan chef dan acara lainnya.

Konsistensi berinovasi telah mengalirkan banyak penghargaan bagi Janice seperti  'Pastry Chef of the Year' dari World Gourmet Summit Awards tahun 2011, 2013, dan 2015; 'Best Dessert Restaurant' polling pembaca IS Magazine (2012--2014), 'Young Woman of the Year' dari Her World (2012), dan 'Asia's Best Pastry Chef' dari majalah Restaurant (2013 dan 2014).

Janice merasa sangat berterima kasih atas apa yang telah dia alami dan dapatkan selama ini; arti dari keberadaannya adalah untuk menyerap sebanyak yang dia bisa dan untuk memberikan kembali kepada masyarakat. 

Dia memiliki tujuan jangka panjang lebih fokus pada komunitas perempuan, terutama membantu lebih banyak wirausaha perempuan untuk memiliki suara dan platform yang lebih besar untuk mengembangkan bakat mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun