Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Covid-19 dan Gencatan Senjata di Yaman, Peluang Berdamai?

10 April 2020   18:37 Diperbarui: 10 April 2020   18:36 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Namun keputusan gencatan senjata itu tidak akan menghalangi pasukan Saudi untuk membela diri atau menanggapi serangan terhadap wilayah kerajaan, papar pejabat yang sama. Hal itu ditegaskan karena Houthi yang telah disokong Iran dengan persenjataan yang kian canggih telah meluncurkan ratusan rudal dan drone bersenjata kecil melintasi perbatasan utara Yaman mengarah ke wilayah Saudi (ABC News, 9 April 2020).

Sebaliknya jika Houthi merespons secara positif, pejabat senior Saudi itu mengatakan bahwa koalisi akan memperpanjang gencatan senjata dengan periode dua minggu tambahan.

"Orang-orang Saudi ragu-ragu untuk secara terbuka menyetujui gencatan senjata, kuatir (hal itu dimanfaatkan) Houthi untuk memindahkan peralatan atau senjata."Kata Elana DeLozier, seorang peneliti di institut Washington yang telah mempelajari konflik tersebut. "Gencatan senjata unilateral dan terikat waktu yang diberikan oleh Saudi kemungkinan merupakan upaya untuk memberikan kesempatan bagi Houthi untuk membuktikan bahwa mereka serius dalam negosiasi (perdamaian)."

Sebelumnya pada Desember 2018 kedua belah pihak juga telah berada dalam posisi serupa saat Griffiths akhirnya berhasil mempertemukan semua pihak di Stockholm (Swedia) di mana mereka menandatangani kesepakatan untuk menghentikan konflik bersenjata di kota-kota besar, bertukar tahanan, dan bekerjasama menuju solusi politik jangka panjang. Nyatanya setelah itu perang terus berlangsung.

Di satu sisi, pertempuran yang terus berlanjut sebenarnya melindungi Yaman dari jangkauan penyebaran coronavirus karena memiliki titik masuk ke negara itu termasuk jalur penerbangan internasional sudah sangat terbatas. Bahkan Maret lalu, pemerintah Yaman sudah menutup seluruh maskapai penerbangan yang tersisa. Masalahnya, negara itu sangat bergantung pada impor internasional untuk pasokan 80 hingga 90% kebutuhan dasarnya, termasuk makanan.

World Food Program (WFP) yang menyediakan bantuan makanan bulanan kepada lebih dari 12 juta orang sudah memperingatkan pada Selasa (7/4) lalu bahwa perdagangan global yang melambat karena pembatasan perjalanan antar negara berisiko membuat pasokan ke Yaman menurun atau bahkan terhenti sama sekali (ABC News, 9 April 2020).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun