Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Covid-19 dan Gencatan Senjata di Yaman, Peluang Berdamai?

10 April 2020   18:37 Diperbarui: 10 April 2020   18:36 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wabah Covid-19 telah melahirkan gencatan senjata dalam perang Yaman (doc.The New York Times, ABC News/ed.Wahyuni)

Yaman yang sedikit lebih luas dari California (AS) dan tanah air bagi lebih dari 28 juta orang di sudut barat daya Semenanjung Arab sekarang tengah mengalami keruntuhan ekonomi akibat epidemi kolera yang telah menewaskan hampir 4.000 orang serta berbagai pertempuran yang terus berkecamuk selama setengah dekade belakangan ini (ABC News, 9 April 2020).

Perang yang kini tengah  berlangsung dimulai pada tahun 2015 setelah milisi Islam Houthi yang didukung Iran berhasil merebut ibukota di tengah gelombang protes massa dan koalisi pro pemerintah Yaman yang dipimpin Arab Saudi dengan dukungan AS memutuskan untuk melakukan intervensi militer.

Konflik itu, menurut pandangan AS, telah memicu krisis kemanusiaan terburuk di dunia dimana lebih dari 10.000 orang tewas dan jutaan orang lainnya menderita kekurangan makanan dan medis sehingga menempatkan negara itu di ambang kelaparan.

Pihak-pihak yang bertikai mengepung kota atau memblokir pelabuhan sehingga  bantuan internasional yang dikirim ke negara itu jarang menemukan jalan untuk mencapai masyarakat  yang membutuhkan  dan mereka secara khusus menuduh kaum Houthi telah mencuri atau memalak bantuan makanan pada saat  orang-orang dilanda kelaparan.

Sebalinya  koalisi Saudi dituduh telah membom warga sipil tanpa pandang bulu dan bahkan menargetkan infrastruktur sipil sebagai sasaran tembak sehinggi memperburuk kondisi kemanusiaan para korbannya.

Selama 10 hari terakhir, menurut Associated Press, pertempuran hebat telah menewaskan lebih dari 270 orang dan melukai 300 lainnya setelah koalisi Saudi melakukan lebih dari 370 serangan udara.

Di tengah pandemi coronavirus yang melanda seluruh dunia, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) telah menyerukan semua pihak untuk menyetujui gencatan senjata dan memfokuskan diri pada pencegahan wabah yang tentunya tidak mudah mengingat sistem perawatan kesehatan negara dihancurkan oleh pertempuran. Menurut kelompok bantuan Oxfam International, tinggal 50% dari pusat kesehatan Yaman yang masih berfungsi, namun dengan kondisi sangat kekurangan obat-obatan, peralatan dan personil.

Utusan khusus PBB untuk Yaman, Martin Griffiths, menyerukan penghentian pertempuran dan pelaksanaan "proses gencatan senjata resmi." Griffiths mengatakan Kamis (9/4) lalu bahwa dia telah berkonsultasi dengan semua pihak setiap hari dan berupaya untuk mengadakan pertemuan dengan kedua pihak melalui telekonferensi "secepat mungkin."

Usaha Griffiths berbuah manis saat Rabu (8/4) Arab Saudi dan koalisinya  mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan operasi militer mereka selama dua minggu.

Seorang pejabat senior Saudi mengatakan kepada ABC News bahwa itu adalah "kesempatan yang baik ... untuk memaksa Houthi dan mendorong kelompok Houthi  bertemu dengan pemerintah Yaman di bawah pengawasan Martin Griffiths untuk membahas gencatan senjata yang berkelanjutan."

Sementara Griffiths menyambutnya sebagai "momen kritis bagi Yaman" dan mendesak semua pihak untuk "sekarang memanfaatkan kesempatan ini dan segera menghentikan semua permusuhan sebagai urgensi tertinggi dalam mencapai kemajuan menuju perdamaian yang komprehensif dan berkelanjutan."

 Namun keputusan gencatan senjata itu tidak akan menghalangi pasukan Saudi untuk membela diri atau menanggapi serangan terhadap wilayah kerajaan, papar pejabat yang sama. Hal itu ditegaskan karena Houthi yang telah disokong Iran dengan persenjataan yang kian canggih telah meluncurkan ratusan rudal dan drone bersenjata kecil melintasi perbatasan utara Yaman mengarah ke wilayah Saudi (ABC News, 9 April 2020).

Sebaliknya jika Houthi merespons secara positif, pejabat senior Saudi itu mengatakan bahwa koalisi akan memperpanjang gencatan senjata dengan periode dua minggu tambahan.

"Orang-orang Saudi ragu-ragu untuk secara terbuka menyetujui gencatan senjata, kuatir (hal itu dimanfaatkan) Houthi untuk memindahkan peralatan atau senjata."Kata Elana DeLozier, seorang peneliti di institut Washington yang telah mempelajari konflik tersebut. "Gencatan senjata unilateral dan terikat waktu yang diberikan oleh Saudi kemungkinan merupakan upaya untuk memberikan kesempatan bagi Houthi untuk membuktikan bahwa mereka serius dalam negosiasi (perdamaian)."

Sebelumnya pada Desember 2018 kedua belah pihak juga telah berada dalam posisi serupa saat Griffiths akhirnya berhasil mempertemukan semua pihak di Stockholm (Swedia) di mana mereka menandatangani kesepakatan untuk menghentikan konflik bersenjata di kota-kota besar, bertukar tahanan, dan bekerjasama menuju solusi politik jangka panjang. Nyatanya setelah itu perang terus berlangsung.

Di satu sisi, pertempuran yang terus berlanjut sebenarnya melindungi Yaman dari jangkauan penyebaran coronavirus karena memiliki titik masuk ke negara itu termasuk jalur penerbangan internasional sudah sangat terbatas. Bahkan Maret lalu, pemerintah Yaman sudah menutup seluruh maskapai penerbangan yang tersisa. Masalahnya, negara itu sangat bergantung pada impor internasional untuk pasokan 80 hingga 90% kebutuhan dasarnya, termasuk makanan.

World Food Program (WFP) yang menyediakan bantuan makanan bulanan kepada lebih dari 12 juta orang sudah memperingatkan pada Selasa (7/4) lalu bahwa perdagangan global yang melambat karena pembatasan perjalanan antar negara berisiko membuat pasokan ke Yaman menurun atau bahkan terhenti sama sekali (ABC News, 9 April 2020).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun