Sementara itu, Id bekerja tanpa membedakan realitas, seperti halusinasi atau ingatan dalam memenuhi keinginannya. Sebaliknya, Ego menggunakan pendekatan logis dan proses berpikir rasional (proses sekunder) untuk memilih tindakan yang sesuai.Â
Jika Ego tidak berhasil memenuhi kebutuhan Id, energinya dialihkan untuk kegiatan lain, termasuk menahan impuls Id yang berlebihan atau agresif. Dalam hal ini, kekuatan pengekang Ego disebut anticathexis, sedangkan dorongan Id disebut cathexis.
Sebagai pengelola kepribadian, Ego bertugas mengintegrasikan Id, Ego, dan Superego agar tetap seimbang. Energi juga disalurkan ke Superego yang mulai terbentuk sejak masa kanak-kanak melalui proses pendidikan moral, nilai tradisional, dan kedisiplinan yang diberikan oleh orang tua.Â
Penghargaan atau hukuman dari orang tua berkontribusi dalam membentuk Superego. Namun, jika energi ini diambil kembali oleh Id, hal ini dapat memunculkan perilaku impulsif atau primitif.
Pada dasarnya, kehidupan manusia melibatkan konflik antara dorongan kuat dari Id dan kekuatan penahan dari Ego serta Superego. Id mendorong individu untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan, sementara Ego berusaha menyeimbangkannya dengan realitas dan Superego mengarahkan individu pada moralitas dan aturan sosial.Â
Konflik ini membentuk dinamika kepribadian yang kompleks, di mana individu berupaya mencapai kepuasan tanpa melanggar norma sosial atau merusak diri sendiri.
Hubungan antara struktur kepribadian Freud (id, ego, superego) dengan fenomena kejahatan korupsi di Indonesia dapat dijelaskan melalui dinamika ketiga elemen tersebut, yaitu:Â
1.Dominasi Id dalam Perilaku Korupsi
Korupsi sering kali terjadi karena dorongan id yang dominan. Id bekerja berdasarkan prinsip kesenangan (pleasure principle) dan mendorong individu untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan tanpa mempertimbangkan norma, aturan, atau konsekuensi.Â
Dalam konteks korupsi, dorongan ini dapat berupa keinginan untuk memperkaya diri secara cepat (keserakahan), pemenuhan kebutuhan materialistis atau gaya hidup mewah dan rasa puas karena berhasil menguasai kekayaan publik tanpa takut terhadap hukuman. Ketika id mendominasi, individu menjadi impulsif dan tidak rasional, sehingga lebih cenderung mengabaikan dampak negatif tindakan korupsi terhadap masyarakat luas.
2.Ego yang lemah dalam mengendalikan dorongan Id