Mohon tunggu...
Sabrina Yudhistira Jumiranto
Sabrina Yudhistira Jumiranto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

43223110015 - S1 Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Dosen pengampu Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Sigmund Freud dan Fenomena Kejahatan Korupsi di Indonesia

19 November 2024   20:57 Diperbarui: 20 November 2024   09:40 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sementara itu, Id bekerja tanpa membedakan realitas, seperti halusinasi atau ingatan dalam memenuhi keinginannya. Sebaliknya, Ego menggunakan pendekatan logis dan proses berpikir rasional (proses sekunder) untuk memilih tindakan yang sesuai. 

Jika Ego tidak berhasil memenuhi kebutuhan Id, energinya dialihkan untuk kegiatan lain, termasuk menahan impuls Id yang berlebihan atau agresif. Dalam hal ini, kekuatan pengekang Ego disebut anticathexis, sedangkan dorongan Id disebut cathexis.

Sebagai pengelola kepribadian, Ego bertugas mengintegrasikan Id, Ego, dan Superego agar tetap seimbang. Energi juga disalurkan ke Superego yang mulai terbentuk sejak masa kanak-kanak melalui proses pendidikan moral, nilai tradisional, dan kedisiplinan yang diberikan oleh orang tua. 

Penghargaan atau hukuman dari orang tua berkontribusi dalam membentuk Superego. Namun, jika energi ini diambil kembali oleh Id, hal ini dapat memunculkan perilaku impulsif atau primitif.

Pada dasarnya, kehidupan manusia melibatkan konflik antara dorongan kuat dari Id dan kekuatan penahan dari Ego serta Superego. Id mendorong individu untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan, sementara Ego berusaha menyeimbangkannya dengan realitas dan Superego mengarahkan individu pada moralitas dan aturan sosial. 

Konflik ini membentuk dinamika kepribadian yang kompleks, di mana individu berupaya mencapai kepuasan tanpa melanggar norma sosial atau merusak diri sendiri.

Hubungan antara struktur kepribadian Freud (id, ego, superego) dengan fenomena kejahatan korupsi di Indonesia dapat dijelaskan melalui dinamika ketiga elemen tersebut, yaitu: 

1.Dominasi Id dalam Perilaku Korupsi

Korupsi sering kali terjadi karena dorongan id yang dominan. Id bekerja berdasarkan prinsip kesenangan (pleasure principle) dan mendorong individu untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan tanpa mempertimbangkan norma, aturan, atau konsekuensi. 

Dalam konteks korupsi, dorongan ini dapat berupa keinginan untuk memperkaya diri secara cepat (keserakahan), pemenuhan kebutuhan materialistis atau gaya hidup mewah dan rasa puas karena berhasil menguasai kekayaan publik tanpa takut terhadap hukuman. Ketika id mendominasi, individu menjadi impulsif dan tidak rasional, sehingga lebih cenderung mengabaikan dampak negatif tindakan korupsi terhadap masyarakat luas.

2.Ego yang lemah dalam mengendalikan dorongan Id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun