Menurut Koswara (1991), id adalah sistem kepribadian paling dasar yang bertindak sebagai sumber energi untuk aktivitas lainnya. Selain itu, id juga memiliki kecenderungan destruktif terhadap hambatan yang menghalangi kepuasan, bahkan dapat menyebabkan perilaku merusak diri sendiri jika rasa sakit atau frustrasi terlalu banyak dialami.Â
Proses primer yang ada dalam id, seperti berkhayal untuk memenuhi kebutuhan, menjadi dasar bagi fantasi dan kreativitas yang penting dalam pengembangan karya seni dan imajinasi.
Ego adalah komponen dalam kepribadian yang berkembang karena kebutuhan individu untuk berinteraksi dengan kenyataan. Ego beroperasi berdasarkan prinsip kenyataan dan menggunakan proses berpikir rasional untuk merencanakan pemenuhan kebutuhan serta mengevaluasi apakah rencana tersebut berhasil atau tidak.
Ego berfungsi sebagai perantara antara id dan superego, mengelola dorongan dari keduanya. Sebagai komponen pengelola kepribadian, ego bertanggung jawab untuk memilih rangsangan yang harus ditanggapi atau naluri mana yang perlu dipenuhi berdasarkan prioritas, serta menilai apakah kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan mempertimbangkan peluang dan risiko.Â
Karena ego tidak memiliki kekuatan sendiri, ia bergantung pada id untuk mendapatkan energi dan berusaha menenangkan dorongan-dorongan id agar lebih realistis dalam pemenuhan kebutuhan.
Ego bertujuan untuk mencapai kenikmatan yang konkret dan mempertahankan keberlanjutan kepribadian dalam dunia nyata, dengan cara menyalurkan dorongan id secara rasional.
Superego adalah bagian dari kepribadian yang berisi norma-norma, anjuran, dan larangan yang terinternalisasi, terutama yang berasal dari pengaruh orang-orang signifikan dalam hidup seseorang, seperti orang tua.Â
Superego berfungsi sebagai kontrol moral dalam kepribadian. Superego bekerja berdasarkan prinsip idealistik (idealistic principle) yang menuntut individu untuk mencapai standar moral dan kesempurnaan, berbeda dengan prinsip kepuasan yang menjadi dasar Id dan prinsip realistik yang mendasari Ego (Corey, 2010).
Superego berperan dalam mengendalikan dorongan-dorongan dari id dengan mendorong ego untuk mengejar kesempurnaan moral, menggantikan tujuan praktis dengan tujuan yang lebih ideal.Â
Superego bersifat tidak logis karena menuntut kesempurnaan tanpa memedulikan kenyataan, dan menghukum ego dengan perasaan bersalah jika tidak dapat memenuhi tuntutan tersebut. Superego menjalankan tiga fungsi utama: (1) mendorong ego untuk mengutamakan tujuan moral daripada tujuan realistis, (2) menghambat dorongan-dorongan id yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial, seperti dorongan seksual dan agresif, dan (3) mendorong pencapaian kesempurnaan.
Secara lebih mendalam, superego terdiri dari dua bagian utama: conscientia yang menghukum dengan perasaan bersalah dan ich ideal yang memberikan rasa bangga atas pencapaian moral. Superego berfungsi untuk menghalangi dorongan-dorongan id yang bertentangan dengan norma sosial dan mendorong individu untuk mengejar kesempurnaan moral. Dengan demikian, superego lebih fokus pada pencapaian kesempurnaan daripada pencapaian kesenangan.