Individu dengan Superego yang terlalu kuat cenderung merasa bersalah tanpa alasan jelas, sehingga mencari hukuman sebagai cara untuk meredakan rasa bersalah itu. Ironisnya, hal ini sering diwujudkan melalui tindakan kriminal.
Selain itu, Freud juga menyoroti prinsip kesenangan sebagai faktor pendorong kejahatan. Ia menjelaskan bahwa Id yang bekerja berdasarkan dorongan biologis seperti kebutuhan akan makanan, seks, dan kelangsungan hidup, mendorong manusia untuk mencari kepuasan. Ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi secara legal atau sesuai norma sosial, individu cenderung mencapainya melalui cara ilegal.
Freud menegaskan bahwa perkembangan moral yang seharusnya ditanamkan sejak dini memainkan peran penting dalam pengendalian dorongan Id. Namun, jika pemahaman moral lemah dan Superego tidak berkembang secara optimal, anak berisiko tumbuh menjadi individu yang kesulitan mengendalikan dorongan Id. Akibatnya, mereka cenderung mengabaikan norma sosial dan melakukan berbagai cara, termasuk tindakan menyimpang untuk memenuhi kebutuhannya.Â
Ketiadaan kontrol ini membuat dorongan instingtif Id menjadi dominan, sehingga perilaku yang tidak sesuai dengan aturan atau hukum menjadi lebih mungkin terjadi.
Menurut pandangan Freud, kejahatan bukanlah hasil dari kepribadian yang secara bawaan bersifat kriminal, melainkan disebabkan oleh kelemahan Ego. Ego memiliki peran penting sebagai penyeimbang antara dorongan Id (insting dasar seperti keinginan untuk kesenangan) dan tuntutan Superego (moralitas dan norma sosial).Â
Ketika Ego tidak mampu menjalankan fungsi ini dengan baik, individu menjadi lebih rentan untuk melakukan penyimpangan atau tindakan melawan hukum.
HowÂ
Menurut Freud (dalam Suryabrata, 1988, dan Suyanto dkk., 1990), kepribadian manusia terdiri dari tiga elemen utama, yaitu id, ego, dan superego. Ketiga struktur ini bekerja sama dan berperan dalam membentuk pola perilaku serta pengambilan keputusan individu.
Id adalah bagian paling mendasar dari kepribadian manusia yang bersifat biologis dan bawaan sejak lahir. Ia berfungsi sebagai sumber energi psikis yang menggerakkan ego dan superego, serta mengendalikan dorongan dasar seperti lapar, haus, agresi, dan hasrat seksual. Id bekerja berdasarkan prinsip kesenangan (pleasure principle) yang membuatnya cenderung menghindari rasa tidak nyaman dan mengejar kenikmatan.
Sebagai sistem yang bekerja di alam bawah sadar, id bersifat impulsif, primitif, dan tidak rasional. Reaksinya muncul melalui refleks, seperti bersin, atau melalui proses primer, seperti membayangkan makanan ketika lapar. Freud menjelaskan bahwa id adalah bagian psikis yang berisi naluri bawaan dan keinginan-keinginan tertekan sebagai dasar pembentukan struktur psikis lainnya. Id tidak dipengaruhi oleh prinsip realitas.Â