Korupsi sering kali berawal dari ketidakmampuan pemimpin untuk mengakui kesalahan, seperti kegagalan dalam mengelola anggaran atau pengawasan. Dengan angrasa kleru, pemimpin mampu mengevaluasi kebijakan yang keliru, menarik pelajaran darinya dan memperbaiki sistem yang rusak.Â
Sikap ini juga mendorong budaya transparansi di lingkungan organisasi, di mana setiap individu merasa aman untuk melaporkan pelanggaran tanpa takut akan sanksi.
Mengakui kesalahan juga merupakan langkah awal dalam transformasi diri. Pemimpin yang mau belajar dari kesalahan menunjukkan bahwa dirinya terbuka terhadap pembaruan dan perbaikan. Hal ini penting untuk menjaga relevansi dan kredibilitas seorang pemimpin dalam menghadapi tantangan yang terus berkembang.
4.Kebenaran (Bener Tur Pener)
Bener tur Pener dalam konteks kebatinan Mangkunegaran IV mengajarkan bahwa pemimpin harus selalu berada dalam ranah kebenaran dan keadilan yang diterapkan dengan tepat, sesuai dengan ruang, situasi, waktu dan konteksnya. Kebenaran yang tepat harus dipilih berdasarkan keadaan yang ada dan bukan hanya berdasarkan prinsip yang bersifat absolut atau terlepas dari kenyataan yang ada.Â
Artinya, kebenaran atau keputusan yang diambil oleh pemimpin atau individu harus sesuai dengan kondisi dan situasi yang sedang dihadapi, bukan hanya didasarkan pada aturan atau prinsip yang kaku tanpa mempertimbangkan konteks saat itu.
Pemimpin yang bijaksana adalah yang mampu menyesuaikan kebenaran dengan konteks dan kebutuhan saat itu, agar keadilan tercapai dengan cara yang seimbang. Dalam konteks Kebatinan Mangkunegara IV pada Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri, prinsip ini sangat relevan.Â
Pemimpin yang berupaya mencegah korupsi harus memahami bahwa tindakan mereka tidak hanya harus benar secara moral atau hukum, tetapi juga harus sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat yang mereka pimpin. Kebenaran yang diterapkan dalam konteks pencegahan korupsi, misalnya, harus mencakup kebijakan yang adil, transparan dan tidak mengabaikan kepentingan orang banyak.
Selain itu, Mangkunegara IV juga mengajarkan pentingnya transformasi dalam memimpin diri sendiri, yaitu pemimpin yang harus senantiasa introspeksi, mengakui kesalahan dan memperbaiki diri. Prinsip Bener tur Pener mengajak pemimpin untuk selalu memimpin dengan dasar kebenaran yang kontekstual, tidak semata-mata terikat pada ideologi pribadi, tetapi berfokus pada kemaslahatan rakyat dan kebijakan yang adil dan tepat sasaran.
Kebatinan Mangkunegara IV mengajarkan empati, keadilan kontekstual dan pengendalian diri sebagai landasan kepemimpinan, mendorong pencegahan korupsi dan menjaga integritas moral pemimpin.
How