Dalam Sunan Ibn Majah tersebut dipaparkan dengan sanad dan matan yang sama hanya penambahan perawi pada awal sanad saja yaitu Abu Bakar Bin Abi Syaibah sebagai ganti Hajjaj bin Muhammad dan Abu Usamah sebagai ganti Muhammad bin Ja’far.[2]
Sunan Abi Daud, karya Abi Daud, juz 2 halaman 59, dengan no. 1400.
Dalam sunan Abi Daud hadist tersebut dipaparkan dengan sanad dan matan yang sama, hanya terdapat penambahan perawi pada awal sanad yaitu perawi Umaru bin Marzuki sebagai ganti dari Muhammad bin Ja’far.
Sunan at-Tirmidzi karya at-Tirmidzi, juz 4, hal 408,dengan no. 2900.
Dalam sunan at-Tirmidzi hadist ini dipaparkan dengan sanad dan matan yang sama, tetapi terdapat perbedaan dari segi perawi pada awal sanadnya yaitu perawi Muhammad bin Basyar sebagai ganti perawi Hajjaj bin Muhammad.
Sumber : https://www.republika.co.id/berita/r21wvu320/tiga-perangai-buruk-dan-tiga-sifat-penangkalnya
* Perkataan Ulama
Dalam kitab nashaih al –ibad, Syekh Nawawi Al Bintani menjelaskan bahwa Malik bin Dinar pernah berkata:
إحبس ثلاث بثلاث حتّى تكون من المؤمنين التكبر بالتواضح والحرص بالقناعة والحسد بالنّصيحة
Artinya : “ Cegahlah tiga perkara (yang jelek) dengan tiga perkara (yang baik) sehingga engkau benar-benar termasuk orang yang beriman, yaitu cegahlah sifat takabur dengan tawadhu, cegahlah sifat rakus dengan qanaah, cegahlah sifat hasud dengan nasihat.”
Analisis dari kandungan arti dari teks diatas menurut saya sudah bagus, karena penulis memberi informasi dengan detail (bahwa perkara apa yang dimaksud), namun baiknya kata jelek, dapat diubah dengan buruk, karena kata jelek disini kurang baku. Dan penulis pun menerjemahkan teksnya secara paralel yang menggunakan kata cegahlah dari awal sampai akhir terjemahan. Tetapi penulis menuliskan nama ulama dengan langsung ke bahasa Indonesia, menurut saya akan lebih baik jika dituliskan dengan Bahasa Arab lalu setelah itu diartikan. Seperti : قال مالك بن دينار رضي الله عنه