Mohon tunggu...
Sabella Indah
Sabella Indah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa PGSD Unisnu Jepara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jenis Kondisi Siswa Berkebutuhan Khusus dan Pola Interaksi dengan Siswa dalam Setting Sekolah Inklusi

28 Juni 2021   00:00 Diperbarui: 28 Juni 2021   00:04 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Secara sederhana, anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai anak yang memerlukan layanan khusus untuk dapat menjalani aktivitas sehari-hari dengan baik. 

Hal tersebut mencakup anak yang mengalami permasalahan maupun kelebihan terkait tumbuh kembang yang kaitannya dengan intelegensi, inderawi, dan anggota gerak. 

Heward menyatakan bahwa anak berkebutuhan khusus merupakan anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik (Rejeki & Hermawan, 2010).

Anak berkebutuhan khusus meliputi dua kategori yaitu: anak yang memiliki kebutuhan khusus yang bersifat permanen, dan anak berkebutuhan khusus yang bersifat temporer. 

Anak yang memiliki kebutuhan khusus yang bersifat permanen diakibatkan dari kelainan tertentu dan anak berkebutuhan khusus yang bersifat temporer yaitu anak yang mengalami perkembangan hambatan belajar dan kebutuhan belajar yang disebabkan situasi dan kondisi lingkungan. 

Hambatan belajar disebabkan oleh tiga hal, yaitu: (1) faktor dalam diri anak sendiri; (2) faktor lingkungan; dan (3) antara faktor lingkungan dan faktor dalam diri anak.   

B. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

1. Anak dengan gangguan penglihatan (tunanetra)

-Anak buta buta (blind)

-Anak buta fungsional

-Anak kurang awas (low vision)

2. Anak dengan gangguan pendengaran dan bicara (tunarungu/wicara)

-Anak tunarungu ringan (15-30 db)

-Anak tunarungu sedang (31-60 db)

-Anak tunarungu berat (61-90 db)

-Anak tunarungu sangat berat (91- 120 db).

3. Anak dengan kelainan kecerdasan

a. Anak dengan gangguan kecerdasan di bawah rata-rata (tunagrahita)

-Anak tunagrahita ringan (IQ 50 - 70)

-Anak tunagrahita sedang (IQ 25 - 49)

-Anak tunagrahita berat (IQ 25 - ke bawah)

b. Anak dengan kemampuan intelegensi di atas rata-rata

-Giffted dan genius, yaitu anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata

-Talented, yaitu anak yang memiliki berbakat khusus

4. Anak dengan gangguan anggota gerak (tunadaksa)

-Anak layuh anggota gerak tubuh (polio)

-Anak dengan gangguan fungsi syarat otak (cerebral palcy)

5. Anak dengan gangguan perilaku dan emosi (tunalaras)

a. Anak dengan gangguan perilaku

-Anak dengan gangguan perilaku taraf ringan

-Anak dengan gangguan perilaku taraf sedang

-Anak dengan gangguan perilaku taraf berat

b. Anak dengan gangguan emosi

-Anak dengan gangguan emosi taraf ringan

-Anak dengan gangguan emosi taraf sedang

-Anak dengan gangguan emosi taraf berat

6. Anak gangguan belajar spesifik

7. Anak lamban belajar (slow learner)

8. Anak Autis

9. Anak ADHD (attention deficit hypercativity disorder)

C. Pola Interaksi Dengan Siswa Dalam Setting Sekolah Inklusi

Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial, sebab merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial antar peserta didik di kelas inklusif sangatlah penting. Interaksi sosial berguna untuk menelaah dan mempelajari banyak masalah dalam masyarakat (Soekanto dan Sulistyowati, 2013). Hal itu menjadikan interaksi sosial sebagai komponen utama dari hubungan sosial. Kemampuan interaksi sosial yang dimiliki penyandang autisme sangatlah minim, seperti terbatasnya pendekatan sosial, komunikasi yang pasif, ekolalia, bahasa yang kurang komunikatif, dan lain-lain (Peeters, 2009). Pada sindrom asperger, kemampuan bahasa tidak terlalu terganggu bila dibandingkan dengan gangguan lainnya. Intonasi bicara anak asperger cenderung monoton, ekspresi muka kurang hidup, cenderung murung dan berbicara hanya pada minatnya saja.  

Bentuk-bentuk Pola Interaksi

1. Pola Interaksi Individu dengan Individu.

Pola ini dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan yang menyebabkan munculnya beberapa fenomena, misalnya jarak sosial, perasaan simpati dan antipati, intensitas, dan frekuensi interaksi.

2. Pola interaksi individu dengan kelompok

Pola ini memiliki beberapa gambaran dari pola interaksi yang ada di masyarakat. Terdapat beberapa pola interaksi ideal yaitu a. pola lingkaran merupakan pola yang menunjukkan adanya kebebasan untuk berhubungan dengan pihak manapun dalam kelompoknya, b. pola huruf X dan Y merupakan pola yang ditandai dengan batasan hubungan antara anggota kelompok karena hubungan harus dilakukan melalui birokrasi yang kaku dan c. pola garis lurus merupakan pola yang hubungan antar anggota tidak dilakukan secara langsung.

3. Pola Interaksi Kelompok dengan Kelompok

Hubungan ini mempunyai ciri-ciri khusus berdasarkan pola yang tampak yang dapat terjadi karena aspek etnis, ras, dan agama, termasuk juga di dalamnya perbedaan jenis kelamin dan usia, institusi, partai, organisasi, dan lainnya

Daftar Pustaka

Ulfah, Isroatul Marya dan Budiyanto. 2015. Interaksi Sosial Peserta Didik Autis Di Sekolah Inklusif. UNESA: Jurnal Pendidikan Khusus Interaksi Sosial Peserta Didik Autis Di Sekolah Inklusif.

Peeters, Theo. 2009. Panduan Autisme Terlengkap. Jakarta: Dian Rakyat.

Soekanto, S. Dan Sulistyowati, Budi. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sukadari. 2020. Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus (Abk) Melalui Pendidikan Inklusi. Elementary School Vol. 7 (2). p-ISSN 2338-980X, e-ISSN 2502-4264

Rejeki, D.S. & Hermawan. 2010. Pendidikan Inklusi dan Kemampuan Menyesuaikan Diri Anak Berkebutuhan Khusus Terhadap Keberhasilan Sosialisasi. Jurnal pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Edisi Khusus II.

Sabella Indah S. (340)

6PGSD A3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun