Segerombolan penjilat bermanuver seperti sedang mempraktikkan teori yang pernah dipelajari sekilas di bangku kuliah atau di ruang-ruang kursus singkat: mengadvokasi ketaatan dengan cara menyebar kegelisahan.
Manuver yang dilakukan dengan memanfaatkan semua kesempatan untuk mempermalukan orang lain. Dan sejauh ini, taktik dan manuver itu relatif efektif.
*_*_*
Gerombolan lain tetap ngotot mengais dan menumpuk kesejahteraan dengan cara merekayasa kolom debit-dan-kredit. Padahal mereka sesungguhnya telah bermandikan harta, yang bahkan sudah melebihi kebutuhan mewahnya.
Tak ada skala prioritas. Bukan hanya tidak sanggup menentukan mana yang penting dan tidak penting, tapi juga bahkan tak bisa memilah mana yang pantas dan tidak pantas.
*_*_*
Gerombolan kroco lebih cerdik menjilat, menampilkan ketegasan yang dibuat-buat, kemarahan direkayasa. Ketulusan berkata-kata dan berperilaku menjadi barang langka.
Semua merujuk pada kata "keramat" yang dianggap mantra sakral: serakah. Akibatnya, stres berakumulasi, keresahan tercipta, dan lingkungan yang konstan membentuk suasana batin yang memberontak.
*_*_*
Sebagian urusan dipendam paksa atau terpaksa dipendam. Hanya sesekali terdengar perbincangan bisik-bisik yang nyaris tak terdengar, ketika kongkow-kongkow di koridor dan ruang sepi.
Sambil masing-masing menghibur diri dengan cara meyakin-yakinkan diri bahwa mungkin saja ini "periode normal" yang ditakdirkan harus dilewati, sebagai bagian dari proses pendewasaan sosial dan sosialita.