Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengintip Kekayaan dan Sumber Pendanaan Raja dan Kerajaan Inggris

6 Mei 2023   16:09 Diperbarui: 7 Mei 2023   03:54 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: AP/ALASTAIR GRANT via Kompas.com

Hari ini, Sabtu 06 Mei 2023, Charless III resmi dinobatkan sebagai Raja Inggris. Dan berbagai media global mencoba mengulas dan mengintip kekayaan Sang Raja serta berbagai sumber pembiayaan untuk kehidupan keseharian Raja-Ratu dan keluarga Kerajaan Inggris.

Substansi artikel ini mengacu pada tiga sumber utama asal Inggris: majalah The Economist (Maret 2021), The Guardian dan The Sunday Times.

Raja Charles III, sebagai kepala negara, mewarisi bukan sekedar mahkota kerajaan, tapi juga harta kekayaan jumbo, berupa tanah, properti, bisnis, dan kas cair.

The Sunday Times menaksir kekayaan pribadi Raja Charless III sebesar 600 juta GBP (Great Britain Pound-Sterling) atau setara 745 miliar USD (sekitar Rp11,1 triliun dengan asumsi kurs Rp18.500 per 1 Pound Sterling).

Sementara The Gurdian bahkan menaksir kekayaan Raja Charles III sebesar 1,8 miliar GBP atau setara 2,2 miliar USD (sekitar Rp33,3 triliun dengan asumsi kurs Rp18.500 per 1 Pound Sterling).

Kekayaan pribadi Raja Charles III yang sebesar 1,8 miliar GBP tersebut, jauh lebih tinggi dibanding kekayaan pribadi Ratu Elizabeth II, yang ditaksir 370 juta GBP, saat meninggal dunia pada 08 September 2022.

https://www.kompasiana.com/sabdullah/631b3ef708a8b50c867ba732/pesona-ratu-elizabeth-ii

Sumber Pendanaan Kerajaan

Kekayaan kerajaan Inggris, berupa tanah, bagunan istana-gedung, bisnis, kas cair tentu saja sangat besar, mencakup antara lain pacuan Ascot, sebagian gedung di kawasan pusat kota London, dan separuh dari wilayah pantai (wilayah daratan pesisir yang terbentuk antara pasang-dan-surut air laut) di England, Irlandia Utara, dan Wales.

Properti (estate) bisnis Kerajaan Inggris dikelola secara independen, dan keuntungannya (pada tahun 2020 ditaksir 313 juta GBP) diserahkan kepada Pemerintah Inggris, selanjutnya sebagian dari keuntungan bisnis kerajaan tersebut dikembalikan oleh Pemerintah Inggris kepada kerajaan untuk membiayai rumah tangga kerajaan.

Hingga tahun 2012, biaya rumah tangga kerajaan, yang diambil dari keuntungan bisnis itu, sebesar 13,7 GBP, umumnya digunakan untuk menggaji staf kerajaan, dan dicairkan melalui daftar belanja bernama "civil list (daftar pembiayan sipil)".

Kerajaan Inggris juga menerima bantuan pembiayaan dari Pemerintah Inggris (Grants in Aid) untuk mendanai biaya perjalanan, komunikasi, dan pemeliharaan istana-istana kerajaan, yang pada tahun 2011, total berjumlah 18,4 juta GBP (dengan rincian 6 juta GBP untuk perjalanan, 11,9 juta GBP untuk properti, 500 ribu GBP untuk komunikasi).

Sejak 2012, dua item pembiayaan tersebut (civil list dan grants in aid) dicairkan-dibayarkan melalui satu pintu, yang disebut "Sovereign Grant". Tentu saja jumlahnya terus meningkat, khususnya pada tahun 2016, untuk menyesuaikan tingkat kemahalan, juga biaya pemeliharaan Istana Buckingham yang ketika itu sudah rapuh.

Saat ini, nilai sovereign grant itu ditetapkan sebesar 25 persen dari keuntungan seluruh bisnis kerajaan (pada tahun 2020 senilai 86,3 juta GBP). Dan rencananya, pada tahun 2027, nilai sovereign grant akan diturunkan menjadi 15 persen saja.

Selain itu, kerajaan Inggris juga mendapatkan pendanaan dari penghasilan perusahaan Duchies Lancaster (warisan Ratu Elizabeth II untuk Charless III sebagai pewaris kerajaan) dan Cornwall (warisan untuk Pangeran William), dan karena itu, merupakan bagian dari kekayaan pribadi, yang terdiri dari tanah, properti dan aset keuangan.

Duchies Lancaster adalah perusahaan yang didirikan oleh Charles (ketika masih pangeran), yang memproduksi dan menjual biskuit-biskuit mahal dan berbagai jenis makanan alami (natural food), yang keuntungannya dibelanjakan untuk kegiatan amal sosial (charity).

Pada 2017, setelah mengalami pertumbuhan pesat, perusahaan Duchies Lancaster melakukan perluasan investasi di Cayman Island. Menurut data tahun 2020, aset Duchies Lancaster ditaksir sekitar 1,7 miliar GBP, dengan keuntungan sekitar 48 juta GBP per tahun. Dana keuntungan ini juga digunakan untuk keperluaan pribadi keluarga kerajaan.

Yang menarik, masing-masing Raja Charless III dan Pangeran William taat membayar pajak penghasilan dari keuntungan perusahaan Duchies Lancaster, meskipun sebenarnya keduanya tidak diwajibkan membayar pajak penghasilan.

Secara umum, semua istana kerajaan, yang menjadi domisili keluarga kerajaan diposisikan sebagai kekayaan negara, dan karena itu, tak boleh diperjual-belikan, namun masing-masing anggota kerajaan juga memiliki properti estate pribadi di wilayah tertentu.

Raja Charles III misalnya mewarisi dari Ratu Elizabeth harta berupa estate pribadi di Balmoral, Skotlandia dan Sandringham di Norflok.

Selain itu, berdasarkan perjanjian pada tahun 1993 antara Ratu Elizabeth II dan John Major (PM Inggris ketika itu), kerajaan Inggris dibebaskan dari pajak harta warisan, yang diwariskan kepada pewaris kerajaan.

Kekayaan yang sulit ditaksir

Gabungan harta antara kekayaan pribadi Raja dan keluarganya dengan bantuan pendaaan Pemerintah Inggris kepada kerajaan, tentu saja tak bisa dijadikan acuan tunggal untuk menaksir nilai-bobot kekayaan Kerajaan Inggris yang tak kasat mata.

Foto Ratu Inggris Elizabeth II yang terpampang di uang kertas dan uang koin GBP (Great Britain Pound Sterling), para turis yang tak henti berbondong ke Inggris semata kerena mengidolakan Ratu Elizabeth II, adalah nilai kekayaan yang tak kasat mata, dan sulit ditaksir nilainya secara matematis. Konon banyak turis berkunjung ke Inggris terutama dipicu oleh pesona Ratu Elizabeth II.

Banyak pengamat mengatakan, pesona Charles III yang dimahkotai sebagai Raja Inggris pada 06 Mei 2023, akan sulit atau masih perlu waktu panjang untuk dapat mendekati dan semoga kelak bisa menandingi pesona Ratu Elizabeth II, yang berkuasa selama 70 tahun 214 hari.

Kritik terhadap Sejarah Hitam Kerajaan

Di tengah persiapan pesta glamour untuk prosesi pemahkotaan Raja Charles III, sejumlah media dan pengamat juga menyelipkan informasi dan analisis tentang kenangan sejarah hitam Kerajaan Inggris.

Kita tahu, Raja Charles III akan dimahkotai hari ini dengan posisi, selain sebagai Raja Inggris, juga sebagai Kepala Negara untuk 15 negara (sebagian besar masih berupa wilayah jajahan/koloni).

Bandingkan, ketika dimahkotai sebagai Ratu Inggris tahun 1953, Ratu Elizabeth II juga merupakan Kepala Pemerintahan untuk 32 negara (sebagian besar adalah wilayah jajahan). Selama berkuasa, Ratu Elizabeth II telah melepas sebanyak 17 negara/koloni.

Ke-15 negara dan koloni yang masih tersisa itu antara lain Australia, Kanada, New Zeland, Barbados dan Jamaica. Ke-15 negara itu masih meng-induk ke Kerajaan Inggris, kepala negaranya menduduki posisi sebagai perwakilan Raja-Ratu Inggris (representative of king or queen), yang bergelar Governor-General (Gubernur-Jenderal).

Pemahkotaan Raja Charles III mungkin menjadi momentum untuk mendiskusikan ulang pelepasan negara-negara dan koloni Inggris. Berbagai sumber menyebutkan bahwa Raja Charles III adalah figur yang sering merasa tidak nyaman dengan isu dan kenangan sejarah hitam koloni Inggris tersebut.

Namun harus diakui, melepas wilayah koloni tersebut kadang lebih mudah diucapkan dibanding dilakukan.

Untuk kasus Australia misalnya, yang merupakan negara paling ngotot melepaskan diri dari kontrol Kerajaan Inggris, dan ingin menjadi negara Republilk, toh masih terkendala oleh pandangan rakyat Australia sendiri. Pada referendum 1999 di Australia, pro kerajaan masih menang 10 persen dibanding yang pro republik. Artinya masih lebih banyak warga negara Australia yang memilih tetap hormat dan berada di bawah kontrol Kerajaan Inggris.

Catatan:

Pertama, rincian relatif tentang sumber dan mekanisme pendanaan operasional kerajaan serta kehidupan Raja dan keluarga Kerajaan Inggris, merupakan indikasi bahwa salah satu ciri negara modern adalah transparansi dalam pengelolaan aset-dan-kekayaan negara serta mekanisme-sumber-nilai pembiayaan operasional para pelaksana tugas kenegaraan.

Karena itu, meskipun ada, sangat jarang terdengar ada pejabat negara dan/atau anggota keluarga kerajaan Inggris yang melakukan korupsi. Dan jikapun ada, lalu terbukti, umumnya berlanjut ke tindakan pengunduran diri pejabat tersangka/terdakwanya, yang bahkan sering sebelum diputuskan di pengadilan.

Kedua, pesona Raja Charles III, buat saya pribadi, juga tak kalah memukaunya dibanding sang ibu Ratu Elizabeth-II.

Sebagai catatan kenangan, saya termasuk orang yang cukup intens mengikuti kasus meninggalnya Putri Lady Diana (istri Charles III ketika itu), dalam suatu kecelakaan mobil di Perancis pada 31 Agustus 1997.

Ketika itu banyak rumor tentang perselingkuhan Lady Diana yang bahkan sengaja menantang sauaminya Pangeran Charles dan Keluarga Kerajaan Inggris. Bahkan diberitakan, lelaki selingkuhan Lady Diana juga ikut meninggal dunia dalam kecelakaan mobil tersebut.

Namun ketika itu, respon Pangeran Charles terkesan sangat mampu mengontrol emosinya. Tidak ada pernyataannya yang meledak-ledak terkait kasus tewasnya si cantik Lady Diana. Dan itu menunjukkan kematangan emosional seorang yang kelak akan menjadi Raja Inggris, meskipun harus menanti sampai usianya menjalang 75 tahun (pada 14 Nopember 2023).

Ketiga, saat sedang mengolah artikel ini, siaran langsung persiapan menuju pesta pemahkotaan Raja Charles III masih terus berlangsung. Panitia dan sebagian undangan sudah berada di gereja Wesminster Abbey, lokasi pemahkotaan, di kota London, yang dihadiri lebih dari 2.000 undangan.

Dan momentum historis prosesi pemahkotaan Raja Charles III itu akan dilakukan dan disiarkan langsung secara live-streaming melalui berbagai stasiun televisi dan chanel Youtube kerajaan Inggris mulai pukul 10.25 GMT (16.25 WIB) pada Sabtu, 06 Mei 2023.

Ya, jika sempat dan berkenan, bolehlah menyimaknya. Sebab upacara pemahkotaan kerajaan Inggris yang terakhir terjadi 70 tahun lalu. Artinya, mungkin tidak sampai seperempat penduduk bumi yang masih hidup saat ini yang sempat menyaksikan pemahkotaan Ratu Elizabeth II. Apalagi ketika itu, televisi masih merupakan barang langka, bahkan di kalangan masyarakat Inggris sendiri.

Long live the king.

Syarifuddin Abdullah | 06 Mei 2023/ 16 Syawwal 1444H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun