Karena itu, jika dilihat dari kapasitasnya dan jangkauan jelajahnya, tiga kapal induk China itu tampaknya masih akan lebih fokus mendukung operasi militer China di wilayah Laut China Selatan, khususnya untuk mengantisipasi perkembangan dan dinamika, jika tiba saatnya menyerang dan menduduki Taiwan.
Isu kunci adalah Taiwan
Dan isu yang paling mungkin memicu gesekan militer antara China dan Amerika (Barat) adalah soal Taiwan. Bagi China, Taiwan adalah wilayah teritorial China dan red-line-nya adalah jika Taiwan mendeklarasikan kemerdekaan secara sepihak.
Sementara bagi Amerika, Taiwan (bersama Jepang dan Korea Selatan) adalah negara sekutu utama di Asia Timur. Dan red line-nya adalah tidak akan membiarkan China menduduki kembali Taiwan.
Dan kalau mau jujur, kemungkinan China menyerang dan menduduki kembali Taiwan hanya persoalan waktu saja.
Untuk mengantisipasi kemungkinan China menyerang dan menduduki Taiwan, Amerika melakukan dua langkah strategis dengan membentuk dua aliansi militer di Pasifik dan Indo-China, yaitu QUAD (digagas pertama kali oleh Jepang pada 2007), dan kini beranggotakan empat negara: Amerika, India, Jepang dan Australia.
Selanjutnya pada September 2021, Amerika menginisiasi aliansi baru bernama AUKUS yang beranggotakan Australia, Inggris dan Amerika (AUKUS adalah akronim dari Australia-United Kingdom-United States).
China dan Perang Ukraina
Pihak Barat (Amerika dan Eropa Barat) sangat khawatir dengan kedekatan China dengan Rusia, khususnya terkait dengan kemungkinan bantuan militer China kepada Rusia dalam Perang Ukraina.
Seperti diketahui, beberapa hari sebelum menyerang Ukraina, Putin menemui Xi Jinping di Beijing pada 14 Februari 2022, dan keduanya menegaskan no-limit partnership (pertemanan tanpa batas) antara Rusia-China, lalu kunjungan Xi Jinping ke Rusia pada 20-22 Maret 2023.