Pertama, kapal tanker berbendera Iran mengangkut minyak dari satu pelabuhan di Iran, lalu di tengah laut, tanker itu mengganti benderanya, mematikan transpondernya agar tak terdeteksi, bahkan mengganti cat warna kapal berkali-kali di tengah laut sebelum tiba di pelabuhan tujuan.
Kedua, kapal tanker Iran berangkat dari satu pelabuhan di Iran, lalu di tengah laut, umumnya di malam hari, memindahkan muatannya ke kapal tanker lainnya.
Ketiga, kapal tanker berbendera Iran mengangkut minyak dari satu pelabuhan di Iran, lalu berlayar ke salah satu pelabuhan terminal yang sibuk (misalnya pelabuhan Fujairah di Uni Arab Emirates), selanjutnya minyak Iran di tanker itu dicampur dengan minyak yang kualitasnya sama, yang berasal dari negara lain (misalnya minyak dari Kuwait), kemudian campuran minyak di tanker di jual ulang (re-export) ke pasar normal, dengan asumsi minyak di tanker itu adalah minyak Kuwait.
Keempat, sebagian penyelundupan minyak mentah Iran juga dilakukan via jalur darat, yang dilakoni jaringan penyelundup darat. Cuma memang, volume penyelundupan via darat ini sangat terbatas, jika dibandingkan dengan penyelundupan via laut (kapal tanker).
Tentu saja, Rusia jauh lebih superior dibanding Iran. Dan hingga saat ini, Rusia mungkin belum perlu untuk menempuh modus dan trik-trik pasar gelap dan tipu-tipu penjualan minyak, seperti yang dilakukan oleh Iran. Sebab Rusia tetap dibiarkan dan boleh mengekspor minyak mentahnya, selama dijual dengan harga maksimal 60 USD per barel.
Faktor China dan India
Karena kegiatan industri yang masif, China dan India menjadi dua negara yang boleh disebut "negara yang haus minyak mentah", dan kebutuhannya terus menerus bertambah.
Dan seperti diketahui, terhadap perang Ukraina, China berpihak ke Rusia. Hanya berselang sekitar tiga pekan hari sebelum menyerang Ukraina, Vladimir Putin melakukan kunjungan ke Beijing untuk bertemu Presiden Xi Jinping.
Benar saja, dalam kunjungan yang berlangsung kurang dari separuh hari itu, Putin mendapatkan mendapatkan komintemen Xi Jinping yang tegas mengatakan, "Limitless partnership with Russia (Kemitraan tanpa batas dengan Rusia)". Beberapa media berbahasa Inggris menerjemahkannya dengan kalimat "unlimited friendship" (pertemanan tanpa batas) antara China Rusia.
Sementara India lebih memilih bersikap netral, sebagai upaya untuk menjaga hubungannya dengan negara-negara Barat, dan pada saat yang sama, tidak menunjukkan sikap memusuhi Rusia.
Karena itu, ke depan, China dan India hampir bisa dipastikan akan memainkan peran kunci untuk menjadi semacam pihak yang mampu menggantikan posisi Uni Eropa untuk "meminum" pasokan minyak mentah Rusia.