Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Ritual Tahunan Ramadhan: Dari Rajab hingga THR dan Mudik

18 April 2022   22:40 Diperbarui: 18 April 2022   22:49 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: kompas.com

Rangkaian ritual dan kegiatan tahunan terkait Ramadhaan bisa berlangsung selama sekitar 100 hari atau lebih dari tiga bulanan. Sebuah perhelatan yang mirip karnaval dan sarat muatan sosial-budaya-ekonomi dan keagamaan.

Persiapan spritual sejak Rajab dan Sya'ban

Mereka yang dikategorikan disiplin secara syariat akan mulai mempersiapkan diri menyambut Ramadhan sejak awal bulan Rajab (dua bulan sebelum Ramadhan). Hal ini mengacu pada sabda-doa Nabi yang berbunyi: "Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban, dan perkenankan kami menjalani Ramadhan". Jujur, saya bukan termasuk dalam kateogori ini.

Memasuki bulan Sya'ban, sebagian Muslim akan saling berbagi tentang keutamaan puasa nisfu sya'ban (puasa pertengahan bulan atau tanggal 15 Sya'ban). Dan tentu saja, puasa Senin-Kamis dan puasa Ayyamul-bidh (tanggal 13-14-15 bulan Sya'ban). Sebagian kecil mungkin berpuasa Nabi Daud di bulan Sya'ban (puasa sehari on, sehari off). Ini juga mengacu pada riwayat yang menyebutkan, di luar bulan Ramadhan, Nabi paling banyak berpuasa di bulan Sya'ban.

Sebenarnya, bagi yang menyadari dan melakoninya, persiapan menyambut Ramadhan sejak bulan Rajab dan Sya'ban lebih bersifat spritual. Melatih dan membiasakan diri dalam hal menahan lapar dan dahaga, sebelum Ramadhan tiba.

Sidang isbat awal Ramadhan

Di akhir bulan Sya'ban, seperti diketahui, perhatian umat tertuju pada perhelatan sidang isbat untuk menentukan awal Ramadhan oleh mereka yang menganut paham rukyat.

Sebab, ada kelompok umat yang jauh sebelumnya sudah memastikan awal Ramadhan berdasarkan ilmu hisab, sehingga mereka tidak peduli lagi pada acara sidang isbat, yang biasanya disiarkan langsung secara nasional.

Jujur, saya sudah lama tidak tertarik lagi mengikuti perdebatan soal hisab-atau-rukyah. Buat saya, kedua kubu itu (rukyah dan hisab) masing-masing memiliki argumentasi fikhinya. Dan saya cukup yakin bahwa perbedaan metoda hisab-rukyah ini akan kekal sampai akhir zaman. Sulit dibayangkan akan terjadi semacam solusi atau kompromi. Karena itulah, umat harus disadarkan bahwa perbedaan metode hisab-rukyat akan berlanjut.

Entah sejak kapan dimulai, satu dua hari menjelang Ramadhan, sebagian umat Islam akan sibuk saling mengucapkan selamat menyambut Ramadhan kepada keluarga-sahabat-kolega, sambil saling bermaaf-maafan (umumnya melalui media sosial). Kebisaan ini sebenarnya tidak memiliki acuan dalil ataupun sejarah. Tapi tradisi saling bermaaf-maafan baik saja, kapan pun dan di mana pun. Catatan: saya tidak terlalu antusias mengucapkan maaf-memaafkan jelang Ramadhan.

Mendadak alim, setelah itu kendur lagi

Lalu Ramadhan tiba. Di siang hari, kantor-kantor dan tempat kerja lainnya umumnya akan mengubah jam kerja (pulang kerja lebih awal), dengan alasan mungkin agar para pekerja dan pegawai bisa berbuka puasa di rumah bersama keluarganya.

Masjid-masjid dan mushala-mushala di tempat kerja biasanya lebih ramai jemaah shalat zhuhur dan ashar-nya, lengkap dengan Kultum (kuliah tujuh menit)-nya. Tapi situasi ini umumnya hanya berlangsung satu pekan pertama Ramadhan. Setelah itu, suasananya akan kembali ke kondisi normalnya.

Di malam hari, tarwihan di masjid-masjid juga akan terlihat lebih meriah sejak malam kedua Ramadhan. Ada yang tarwih depalan atau dua puluh rakaat (perbedaan jumlah rakaat tarwih ini, bagi saya, juga sudah selesai). Sebab qiyamullail (shalat di malam hari), dua rakaat saja pun dimungkinkan. Dan setiap qiyamullail di bulan ramadhan dapat dikategorikan tarwihan.

Dan tentu saja, kegiatan paling menonjol selama Ramadhan adalah makan sahur. Di beberapa tempat ada sekelompok warga yang khusus berkeliling membangunkan warga untuk sahur, dengan teriakan yang populer: sahur-sahur, sahur-sahur.

Takjil gratis untuk pelintas jalan

Selama beberapa tahun terakhir, ada tradisi baru yang cukup menarik dan layak digalakkan. Sekelompok orang terlihat membagi-bagikan secara gratis makan-minum pembatal puasa (takjil) untuk pelintas jalan.

Di negara-negara Arab, kegiatan membagikan secara gratis makanan-minuman pembatal puasa ini lebih populer dengan sebutan maidaturrahman (meja makan Tuhan)

https://www.kompasiana.com/nashikhun/5512e547a33311b068ba7d68/bingung-untuk-berbuka-puasa-di-mesir

THR 

Sejak minggu kedua Ramadhan, berita-berita di berbagai media konvensional dan medsos, juga di ruang-ruang kerja (kantoran-pabrik-dll), akan sarat perbincangan soal THR (Tunjangan Hari Raya).

Perusahaan swasta terkesan didorong dengan sedikit memaksa untuk membayarkan THR bagi pekerja-karyawannya senilai satu bulan gaji.

Berdasarkan pengamatan saya, hanya di Indonesia yang paling marak soal THR menjelang idul fitri. Terkait soal THR, Lihat juga dua artikel berikut: https://www.kompasiana.com/sabdullah/5b1581bb16835f27923b4e84/sukiman-wirjosandjojo-sang-bapak-thr?page=all#sectionall

https://thr.kompasiana.com/sabdullah/5b1691d1f133445e87625ec4/thr-tunjangan-hari-raya

Persiapan mudik

Mulai minggu kedua Ramadhan, wacana publik dan liputan media cetak dan elektronik akan menyoroti soal persiapan mudik, yang dimotori terutama oleh jajaran Polri-Kemenhub-dan-para personil Pemda di jalur-jalur mudik.

Pada pedagang di jalur-jalur mudik juga bersiap melayani pemudik. Restoran dan warung akan bersolek, penampilan dan menu makanan ditata ulang.

Dan biasanya, salah satu berita utama terkait persiapan mudik adalah penjualan tiket kereta api di semua jalur di Pulau Jawa akan dinyatakan habis bahkan sebelum memasuki bulan Ramadhan.

PO-PO pengelola bus akan menambah kapasitas dan armadanya. Begitu juga maskapai penerbangan untuk rute-rute pavorit. Dan tentu saja, sesuai prinsip suplay-demand, harga tiket mudik untuk semua moda transportasi akan lebih mahal.

Sejumlah kantor pemerintah dan perusahaan swasta bahkan membuat mudik gratis, dengan menyediakan bus gratis.

Dinas-dinas pemerintahan yang terkait akan memberitakan kesibukan melakukan perbaikan jalan jalur mudik. Marka dan rambu-rambu permanen dicat ulang. Ada pagar protable dan rambu ekstra, untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kemacten.

Lalu, semua kerusakan dan lobang-lobang di jalan-jalan yang menjadi jalur utama mudik akan diperbaiki (ditutup-ditempel). Posko-posko didirikan untuk memantau jalur mudik, baik oleh Polri-Kemenhub atau relawan dan warga.

Demi alasan memelihara mudik dan arus berjalan aman dan lancar, beberapa instansi bahkan mengambil kebijakan: tidak membolehkan semua pegawainya ikut liburan selama periode mudik. Kepada mereka kita mengucapkan salut dan hormat.

Sebagai catatan: meski diperkirakan sekitar 85 juta orang akan melakukan mudik, saya cukup yakin arus mudik dan arus balik tahun 2022 akan lebih lincah dan lancar, karena ada dua kebijakan mendasar: pemberlakuan arus satu arah dan sistem ganjil-genap di jalan tol.

Sebagai catatan, mudik tahun 2022 adalah mudik pertama yang dibolehkan pemerintah setelah periode pandemi covid-19 relatif mereda. Banyak orang rindu kampung keluarga dan kampung halaman, akibat tidak bisa mudik pada lebaran tahun 2020 dan 2021. 

Mudik mengalirkan duit ibukota ke kampung

Mudik adalah perhelatan nasional, yang melibatkan banyak beberapa sektor secara bersamaan, terutama dari sisi ekonomi.

Selama periode mudik, biasanya akan muncul ulasan dan analisis yang relatif serius: bahwa mudik adalah momentum untuk mengalirkan duit dari ibukota ke kampung-kampung tujuan para pemudik.

Namun analisis ini, sependek pantauan saya, belum begitu sistematis. Belum ada perkiraan yang mendekati realitas tentang berapa sebenarnya jumlah uang yang mengalir dari ibukota ke kampung-kampung di pulau Jawa di di luar Jawa, terutama Sulawesi dan Sumatera.

Sidang isbat lagi untuk menenetukan hari Idul Fitri

Di akhir bulan Ramadhan, pada puasa hari ke-29, Kementerian Agama akan kembali menggelar sidang isbat untuk menentukan hari lebaran Idul Fitri, 1 Syawwal. Dan seperti biasanya perdebatan rukyah-versus-hisab akan kembali mengemuka sebagai wacana publik.

Namun sekali lagi, perbedaan metode hisab-versus-rukyah, harus diposisikan sebagai persoalan fikhi biasa saja. Tak perlu saling bersitegang leher, apalagi berargume bahwa metode ini lebih unggul dibanding metode lain.

Apapun itu, jika nantinya terjadi perbedaan hari raya Idul Fitri antara penganut mazhab hisab dan/atau rukyah, dianggap sebagai hal lumrah saja.

Terkait dengan sidang isbat penentuan awal ramadhan dan hari idul fitri ini, seorang teman bercanda begini: untuk awal Ramadhan, saya ikut mazhab-kelompok yang telat puasa. Tapi untuk idul fitri, saya ikut yang duluan lebaran. Nggak peduli mau rukyah ataupun hisab.

Menggelar beragam reuni

Bagi sebagian orang, periode mudik juga momen paling pas untuk untuk menggelar reuni. Makanya dikenal reuni satu angkatan sekolah dasar, menengah pertama (SMP atau sederajat) dan menengah atas (SMA dan sederajat).

Sepantauan saya, sangat jarang reuni perguruan tinggi digelar di musim mudik.

Arus balik dan operasi justisia

Biasanya, suasana dan pemberitaan arus balik tidak seseru arus mudik. Karena arus balik cenderung lebih sepi. Karena banyak pemudik yang memilih berlama-lama di kampung halaman, dengan berbagai alasan.

Salah satu tema tranding pada periode arus balik adalah pemberitaan para pedatang baru ke ibukota. Karena itu, beberapa tahun lalu, pihak Pemda DKI akan melakukan operasi yustisia untuk menjaring pendatang baru. Namun kebijakan justisia yang tidak bijak ini sudah dihentikan. Akhirnya semua pihak menyadari bahwa warga negara dari kampung manapun berhak penuh untuk berkunjung dan mencari kerja di titik manapun di tanah air ini. Ini prinsip kewarganegaraan.

Kantong ludes, kembali bekerja lagi

Setiap perhelatan ada biayanya. Apalagi mudik yang sarat muatan sosial dan ekonominya.

Negara mengerahkan semua sumber dayanya untuk memuluskan dan melancarkan kegiatan mudik dan arus balik.

Pada level individu atau keluarga, selain menawarkan momen untuk menyegarkan silaturahim dengan anggota keluarga-sahabat di kampung halaman, mudik juga menjadi periode yang bisa menguras hasil kerja setahun di ibukota.

Bagi sebagian pemudik, periode mudik ke kampung halaman juga dijadikan sebagai kesempatan pamer kesuksesan di kampung.

THR memang ada, yang nilainya mengacu pada posisi masing-masing di tempat kerja. Tapi sesuai peruntukannya, THR biasanya juga akan ludes selama periode mudik, bahkan mungkin minus. Akibatnya, banyak orang yang terpaksa harus meminjam duit setelah mudik. Dan peluang ini akan dimanfaatkan oleh para pemberi kredit, termasuk para rentenir.

Selama periode mudik, dan beberapa hari setelahnya, tentu akan akan muncul liputan berapa kecelakaan lalu lintas dan berapa jumlah korbannya.

Selamat menjalani dan menikmati periode mudik. Berharap semua prosesnya berjalan aman dan lancar.

Meski sudah diantisipasi, namun jika terjadi kemacetan lalu lintas di beberapa titik, dinikmati saja! Anggap saja sedang berkarnaval. Kata sebagian orang, mudik yang nggak macet itu nggak asyik.

Syarifuddin Abdullah | Jakarta, 18 April 2022/ 16 Ramadhan 1443H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun