Jika Anda pemegang driver licence (Surat Izin Mengemudi) yang diterbitkan di salah satu dari 26 negara anggota European Union (EU) atau Zona Schengen, berarti Anda boleh dan bebas menyetir mobil di seluruh wilayah Eropa.
Jika Anda orang yang hobby duduk di belakang stir, Benua Eropa menawarkan medan untuk menyetir sambil menikmati jalan-jalan lintas batas negara, yang mulus-nyaman.
Artikel ini adalah kompilasi catatan pengalaman menyetir mobil sambil menjajal jalan-jalan lintas negara di beberapa negara Eropa, menempuh jarak ribuan kilometer selama periode lebih dari tiga tahunan.
Untuk jarak yang relatif pendek, sekitar 500-an km, menyetir mobil dari Den Haag antara lain ke Luxemburg (Nopember 2019), Berlin Jerman (Januari 2020); Hamburg Jerman (Agustus 2020), Paris Perancis (Desember 2020), ke Achen Jerman, kota tempat BJ Habibie kuliah (Februari 2021). Dan berkali-kali berkendara ke kota Brussels Belgia.
Untuk jarak jauh, lebih dari 1.000 km, Juni 2021, menyetir mobil ke arah tenggara dari Den Haag: menuju Pisa di Italia. Setelah menikmati berkeliling di kompleks menara Pisa yang miring itu, lanjut berkendara menuju Venice. Pulangnya, dari Venice menuju Den Haag via Austria dan Munich di Jerman.
Di lain waktu, di bulan September 2021, menyetir mobil dari Den Haag Belanda ke arah selatan Benua Eropa, menuju Barcelona Spanyol, menempuh jarak sekitar 1.500 km, melintasi wilayah Belgia dan Perancis. Dan kembali dari Barcelona ke Den Haag via Andora, Perancis dan Belgia.
Pada kesempatan lain, September 2021, menyetir dari Den Haag ke arah timur, menuju Budapest-Hongaria, yang juga berjarak sekitar 1.500 km; melintasi beberapa kota di Jerman (Hannover, Berlin, Leipzig dan Dresden); lanjut ke Kota Praha di Republik Czek, dan Bratislava di Slovakia.
Pada Oktober 2021, menjelang KTT G20 di Roma Italia, saya menyetir dari Den Haag menuju Roma Italia yang berjarak sekitar 1.700 km, melintasi Jerman dan Swiss. Waktu tempuhnya sekitar 30 jam. Sesekali mampir istirahat. Dalam perjalanan pulang dari Roma ke Den Haag, sempat mampir di Menara Pisa, kemudian lanjut ke Genoa dan Turin (Italia), lalu melintasi perbatasan Italia-Perancis, untuk selanjutnya menuju kota Paris (mampir di menara Eifel). Dari Paris menuju Belgia, sampai tiba lagi di Den Haag.
Khusus untuk wilayah Belanda, saya kebetuan sudah pernah menjajal hampir semua jalan antar kota di Belanda, dari utara ke selatan, dan dari barat ke timur atau sebaliknya. Ibarat kata, saya sudah tamat melintasi jalan-jalan antar kota di Belanda.
Karena itu, saya tahu bahwa menyetir dari ujung utara Belanda di wilayah Groningen menuju ujung selatan di kawasan Mastricht, bisa ditempuh sekitar 4 jam saja. Sementara dari ujung barat di Den Haag menuju perbatasan Jerman di timur, bisa ditempuh paling lama sekitar 3 jam.
Klasifikasi jalan raya
Di Belanda dan juga di negara-negara Eropa lainnya, secara garis besar, jalan-jalan raya dibagi ke dalam tiga kategori:
Pertama, jalan nasional, umumnya diberi kode A, dikombinasikan dengan angka satu-dua digit, misalnya A4 dan A12. Kecepatan maksimalnya yang dibolehkan sekitar 100 hingga 130 km per jam.
Catatan: di Belgia dan Perancis misalnya, sebagian jalan berkode E. Artinya jalan itu adalah jalur utama antar negara Eropa. Jika berada di jalan klasifikasi E, berarti jalan tersebut mengarah ke/dari negara tetangga.
Kedua, jalan antar provinsi, di Belanda diberi kode N, biasanya dikombinasikan dengan angka dua digit (misalnya N20) atau tiga digit (N202 atau N447). Kecepatan maksimal yang dibolehkan sekitar 70-80 km per jam.
Ketiga, jalan-jalan utama di pusat kota, biasanya dikodekan dengan hurup S, yang dikombinasikan dengan tiga digit (S100, S101 dan seterusnya). Kecepatan maksimal yang dibolehkan sekitar 50 km per jam.
Semua jalan antar kota (klasifikasi A dan N) dinamai atau diberi kode hurup dan angka. Tidak ada jalan nasional atau antar kota yang menggunakan nama, misalnya, Jalan Ratu Juliana.
Selain itu, khususnya di dalam kota, selalu ada ruas jalan di titik tertentu yang khusus untuk transportasi umum. Jangan coba-coba melintasinya, jika tak mau didenda.
Selalu di jalur lambat
Jika menyetir mobil di jalan-jalan klasifikasi A, yang umumnya terdiri atas 3 sampai 4 lajur/lane di satu arah, semua supir akan menggunakan jalur lambat (paling kanan). Ingat di semua negara Eropa, mobil stir kiri. Artinya jalur paling kiri (jalur cepat) disiapkan untuk kendaraan darurat seperti polisi, ambulance dan pemadam kebakatan.
Dan ketika menyetir, jangan coba-coba terkesan mencoba menghalangi kendaraan pemadam kebakaran, ambulance dan polisi yang memasang sirine. Ini pelanggaran berat, dan Anda bisa dikategorikan menderita gangguan jiwa, dan itu berarti SIM Anda bisa di-suspend (dinyatakan tidak berlaku selama periode tertentu atau bahkan dicabut hak berkendara).
 Marka dan rambu jalan yang relatif sama
Salah satu ciri khas di wilayah regional yang sudah integrated, seperti Eropa, marka dan rambu jalannya relatif sama antara satu negara dengan negara lainnya.
Cuma, di Belanda misalnya, memang masih ada beberapa marka jalan yang tidak ada padanannya di Indonesia, khususnya marka di dekat persimpangan. Jika salah mengidentifikasi rambu jalan, dipastikan Anda akan salah belok.
Di lingkaran (roundabout) yang tak ada lampu merahnya, peraturan dasarnya, adalah semua kendaraan yang mau masuk ke dalam wilayah lingkaran harus mendahulukan kendaraan yang sedang berada di dalam lingkaran.
Menerobos lampu merah dan bahu jalan
Kecuali beberapa yang bandel, hampir semua supir di jalan-jalan di Eropa relatif sangat berdisiplin. Sangat jarang menemukan supir yang menerobos lampu merah atau melintas di bahu jalan.
Mungkin karena denda menerobos lampu merah cukup besar (250-an euro atau sekitar Rp4 juta). Boleh jadi memang, kedispilinan itu muncul karena takut kenda denda.
Dalam kondisi macet pun, misalnya akibat kecelakaan di ruas jalan tertentu, sangat jarang supir yang berani menerobos dan melintas di bahu jalan. Semua anteng mengantri. Dan nyaris tak ada berjalan zig-zag.
Sebagai catatan, jika dilakukan perbandingan untuk seluruh wilaah Eropa, Belanda adalah negara yang tingkat kedisiplinan pengendaranya sangat tinggi. Jika menyetir mobil di kota Paris Perancis atau Roma Italia, perlu ekstra hati-hati. Sesekali akan ketemu supir yang urakan. Tetapi urakannya tidak sampai seugal supir Metromini di Jakarta.
Menghargai pejalan kaki dan pesepeda
Secara umum, di semua negara Eropa, para supir menghargai pejalan kaki dan pesepeda. Artinya, di penyeberangan atau persimpangan yang tak ada lampu merahnya, pengendara mobil akan mendahulukan pejalan kaki dan pesepeda.
(Ulasan tentang pesepeda dan pejalan kaki di Belanda misalnya dapat dibaca pada artikel: https://www.kompasiana.com/sabdullah/5f54d545d541df4e7b5b2b83/infrastruktur-yang-memanjakan-pesepeda-di-belanda)
Speed limit dan kamera jalan
Di semua negara Eropa, rata-rata speed limit (batas kecepatan maksimal yang dibolehkan) antara 100 hingga 130 km per jam.
Di Belanda, batas kecepatan maksimal di semua ruas jalan tol hanya 100 km di siang hari, mulai pukul 06.00 hingga 19.00. Sementara di malam hari, dari pukul 19.00 hingga pukul 06.00, kecepatan maksimal di beberapa ruas tol dibolehkan 130 km per jam.
Di Belgia dan Jerman misalnya ada ruas jalan yang batas kecepatan masksimalnya 90 atau 110 km per jam.
Dan hanya Jerman, yang hingga saat ini, masih menyediakan ruas jalan yang tanpa batas kecepatan maksimal. Artinya, pengendara bisa memacu kecepatannya hingga batas nyalinya. Karena itu, jika sudah lama tak memacu kendaraan, saya kadang menyeberang dari Belanda ke Jerman, sekedar untuk memenuhi hasrat dan memanjakan kaki yang kangen menggenjot pedal gas sebatas nyali. Hehehehehe.
Kamera pengintai kendaraan
Dan batas kecepatan maksimum itu terkait langsung dengan kamera pengintai di jalan. Terdapat dua jenis kamera jalan di seluruh jalan-jalan Eropa.
Pertama, kamera yang difungsikan sekedar memantau pergerakan lalu lintas, khususnya memantau kondisi kemacetan dan kecelakaan atau jika ada perbaikan jalan.
Kedua, kamera yang memang dipasang pada setiap jarak tertentu dan disetel-difungsikan untuk memotret dan merekam kendaraan yang melewati speed limit (batas kecepatan maksimal).
Dan jangan coba-coba melanggar speed limit. Soalnya kamera itu akan memotret dan mencatat kecepatan mobil, lengkap dengan nomor plat mobil Anda, jam sekian, pada ruas tertentu. Lalu beberapa hari-minggu kemudian, tagihan denda kecepatan akan tiba di alamat Anda.
Jika anda menggunakan mobil sewa (misalnya di Hertz atau EuroCar), tagihan itu akan dikirimkan ke perusahaan rental mobil, dan selanjutnya rental mobil akan mengirimkan tagihan itu ke alamat Anda.
Memang ada trick untuk menyiasai speed-limit. Konon ada batas tolerasi sampai lewat 7 km per jam. Misalnya di ruas jalan yang speed limit-nya 100 km per jam. Berarti Anda ditoleransi bisa menyetir dengan kecepatan 107 untuk menyalip kendaraan di depan. Tapi sebaiknya supir tetap pada batas kecepatan yang tertera di trotoar dan/atau mengacu pada notifikasi di layar GPS.
Sekali waktu pada Agsutus 2020, saya melanggar speed limit di wilayah Swiss. Sekitar empat bulan kemudian, tagihannya datang ke alamat rumah tinggal saya di Den Haag.
Tarif dan durasi parkir mobil
Biaya parkir memang bervariasi antar satu negara dengan negara lainnya di Eropa. Atau bahkan ada perbedaan tarif parkir antar satu kota dengan kota lainnya di dalam satu negara. Namun tarif parkir umumnya menggunakan durasi per jam, dengan biaya sekitar 1 sampai 3 euro per jam.
Tapi di pusat-pusat kota, tarif parkir umumnya lebih mahal dibanding kawasan di pinggiran kota. Di Belanda, misalnya, biaya parkir di pusat kota Amsterdam sekitar 7 euros (Rp115.000) per jam. Tapi di Den Haag, tarif parkir sekitar 3 euros (Rp50.000) per jam.
Agar praktis dan mudah, sebaiknya menggunakan aplikasi parkir online. Tapi hati-hati. Jangan lupa mematikan aplikasi parkiran online setelah selesai parkir. Saya termasuk orang yang sering lupa mematikan aplikasi parkir online.
Misalnya, memarkir mobil di suatu titik, dengan meng-on-kan aplikasi parkiran online. Setelah meninggalkan parkiran, lupa mematikannya. Berarti argo di parkiran online itu akan terus jalan.
Marka parkir
Ada beberapa jenis garis marka parkir. Ada garis parkir berwarna biru, berwarna kuning, dan warna putih. Tapi tiga warna tersebut berbeda-beda peruntukannya di setiap negara.
Di Roma Italia, misalnya, garis parkir warna biru di jalan-jalan menunjukkan lokasi parkir itu berbayar; warna putih berarti lokasi parkirnya gratis untuk durasi tertentu (misalnya dua jam); dan garis parkir warna kuning menunjukkan lokasi parkir untuk kendaraan umum (bus atau taksi).
Sementara di Belanda, garis parkir berwarna biru menunjukkan lokasi parkirnya gratis, tetapi maksimal dua jam saja.
Secara umum, ada tiga hal yang perlu diperhatikan terkait soal parkir ini. Jangan pernah mencoba parkir mobil di lokasi parkir yang bertanda silang, lokasi parkir bertanda orang cacat, dan lokasi yang bertanda khusus untuk bongkar-muat. Denda parkir di tiga titik ini cukup besar, soalnya.
Jika Anda menggunakan mobil dengan BBM, juga tidak boleh memarkir di titik/lot parkir yang khusus untuk mobil elektrik. Di setiap lokasi parkiran, selalu ada lot parkiran yang khusus untuk mobil elektrik.
Tawaran penginapan
Jika melakukan perjalanan panjang di wilayah Eropa (di atas 500 km), Anda bisa mampir istirahat menginap di kota mana saja, dan relatif mudah mencari hotel atau penginapan untuk sekedar meluruskan badan.
Ketika melakukan perjalanan di Eropa, lazimnya saya akan memesan hotel-penginapan, sekitar 2 atau 3 jam menjelang memasuki kota yang menjadi tujuan beristirahat. Reservasi hotel tentu saja menggunakan aplikasi online. Dan relatif mudah.
Terkait tarif hotel, di semua kota di Eropa, selalu ada pilihan hotel yang bervariasi, mulai dari yang paling mahal, sedang hingga yang relatif murah. Artinya, pilihannya fleksibel, sesuai dengan saldo rekening dan plafon kartu kredit.
Jalan tol berbayar tanpa loket pembayaran
Ketika menyetir di beberapa negara Eropa, sebaiknya cermat memperhatikan marka/rambu jalan tol. Sebab di beberapa negara, seperti di Italia dan negara-negara Eropa timur, ada beberapa ruas jalan tol berbayar yang tidak memiliki loket pembelian karcis tol. Artinya, jalan tolnya hanya ditandai rambu-marka tol.
Dan cara bayarnya juga online, menggunakan kartu kredit (catatan: kartu debit kadang tudak diterima di loket pembayaran). Tapi kalau kartu kredit (bahkan yang dikeluarkan oleh bank-bank di Indonesia pun) umumnya diterima ketika melakukan pembayaran tol.
Di setiap pintu tol, di Italia misalnya, di setiap jajaran loket pembayaran tol yang umumnya menerima kartu, selalu ada satu atau dua loket untuk pembayaran tunai.
Jadi sebaiknya jalan pelan-pelan menjelang pintu tol, biar tidak salah masuk gerbang-loket. Kalau Anda masuk ke gerbang-loket yang bayarnya pake kartu, sementara Anda tidak punya atau tidak mau bayar pakai kartu, Anda akan terpaksa memundurkan kendaraan. Dan itu akan menyusahkan kendaraan di belakang Anda.
Ada juga pembayaran tol dengan cara membeli kartu (di supermarket atau di pomp bensin-solar), dan kartu tolnya berlaku per jam atau per hari, seperti di wilayah Hongaria dan Slovakia.
Di Belanda, tak ada jalan tol berbayar
Dari semua negara Eropa, mungkin hanya di Belanda yang tidak ada jalan tol berbayar. Kecuali satu ruas jalan terowongan yang berada di wilayah Vlissingen (selatan Belanda).
Saya juga tidak tahu alasannya apa dan kenapa tidak ada jalan tol berbayar di Belanda. Tapi seperti diulas di atas, tarif parkir di Belanda termasuk yang termahal di dunia.
Boleh jadi, kebijakan menggratiskan jalan tol di Belanda, karena diganti dengan mengenjot tarif parkir yang mahal. Atau, karena warga sudah membayar berbagai jenis pajak yang sangat mahal, sehingga Pemerintah memutuskan untuk menggratiskan jalan tol.
Tak ada lagi check point perbatasan
Dengan Schengen (perjanjian yang mengintegrasikan wilayah regional Eropa), tak ada lagi check-point di setiap perbatasan antar negara. Jadi tidak ada pemeriksaan paspor dan kendaraan.
Memang ada pengecualian. Masih ada pemeriksaan di beberapa titik lintas batas negara, itupun dilakukan secara acak (random).
Di Swiss misalnya, jika datang dari arah Jerman, atau dari arah Italia, selalu ada pemeriksaan di chek-poin. Tujuannya sebenarnya adalah agar pengendara mobil membeli sticker (semacam pajak untuk masuk dan melintas di wilayah Swiss), harganya sekitar 45 Euros per sticker, yang berlaku satu tahun.
Dua kategori rest area
Menyetir mobil di semua jalan di Eropa, tak perlu khawatir soal tempat istirahat. Umumnya aman dan nyaman.
Khusus di wilayah Jerman dan Perancis, terdapat dua kategori rest area: Pertama, rest area yang sama/mirip di Indonesia: ada pomp bensin/solar, toko/supermarket, restoran.
Kedua, rest area yang didesain khusus semata untuk beristirahat. Di sini tidak ada warung atau outlet belanja atau pom bensin. Hanya tersedia ruang parkir dan toilet.
Sinyal handphone
Tak perlu juga gusar soal sinyal seluler. Umumnya provider seluler di satu negara Eropa, memiliki kerjasama dengan provider di negara Eropa lainnya.
Sependek pengalaman saya berkeliling di beberapa negara Eropa, ada dua negara yang boleh dibilang masih pelit soal sharing-sinyal seluler, yaitu Swiss dan Monaco. Kayaknya juga di Andora, lupa-lupa ingat.
Jika bermukim di Belanda dan menggunakan nomor seluler Belanda, begitu berkendara masuk wilayah Swiss, sinyal telepon dan jaringan seluler di handphone akan terputus. Tapi di layar handphone akan muncul sms tawaran (dari provider di Belanda) untuk membeli pulsa tambahan dengan paket bervariasi (24 jam, 3 hari, seminggu dan sebulan). Harganya sekitar 5 hingga 20 euros. Artinya, jaringan handphone akan tersambung setelah membeli pulsa call-data tambahan.
Tawaran berbagai aplikasi GPS
Umumnya pengendara di Eropa menggunakan aplikasi GPS Google Map. Mungkin karena Google Map memiliki feature updating terkini kondisi jalan yang akan dilintasi, misalnya soal kemacetan dan/atau perbaikan jalan di ruas tertentu.
Kekurangan Google Map, karena tidak dilengkapi feature peringatan lokasi kamera yang memotret speed-limit.
Karena itu, sebaiknya menggunakan GPS lain yang memiliki feature peringatan kamera yang memotret batas kecepatan.
Hanya perlu dicatat, di setiap perangkat GPS, jika memasukkan/mengentri rute tujuan dari lokasi A ke lokasi B, akan segera muncul di layar notifikasi jarak (misalnya 300 km) dan waktu tempuhnya (misalnya 2 jam 30 menit).
Tapi hati-hati dan sebaiknya jangan terlalu percaya pada waktu (2 jam 30 memit) tersebut. Sebab durasi yang tertera di layar mengasumsikan hanya mobil Anda yang melintasi jalan itu, dengan kecepatan stabil dan tidak pernah berhenti.
Padahal prakteknya, sangat banyak mobil lain di jalan pada waktu yang bersamaan. Selain itu, kecepatan mobil juga tidak mungkin stabil (misalnya 100 km per jam secara terus menerus), dan boleh jadi Anda perlu sesekali berhenti istrirahat untuk misalnya sekedar ngopi dan buang air.
Triknya, jika menempuh jarak sekitar 500 km, dan GPS bilang dapat ditempuh 5 sampai 6 jam misalnya, berarti supir harus memperkirakan atau menyiapkan space waktu tambahan sekitar 2 jam. Artinya, jarak 500 km itu mungkin sekali akan ditempuh selama 7 sampai 8 jam.
Sekedar catatan, di semua jalan utama di Eropa, jarak 100 km umumnya bisa ditempuh sekitar 1 jam.
Rental mobilÂ
Di semua negara Eropa, terutama di wilayah Eropa barat, pilihan rental mobil relatif banyak dan mudah, dengan dua syarat utama: kartu ID dan kartu kredit (umumnya tidak menerima kartu debit).
Pelancong dari negara-negara dari luar wilayah Eropa, yang menggunakan ID berupa paspor, mungkin akan sedikit lebih sulit saat mau menyewa mobil. Tapi sekali lagi, hampir semua rental mobil di Eropa, lebih fokus ke kartu kredit (yang penting ada jaminan akan dibayar).
Pilihan mobil rental juga cukup bervariasi, mulai dari jenis city car sampai SUV dan van, tentu dengan harga sewa yang berbeda-beda. Durasi sewa umumnya per hari, dengan sistem perhitungan waktu sewa mirip dengan menyewa kamar hotel.
Hal lain yang perlu diperhatikan ketika menyewa mobil: perusahaan rental mobil umumnya memberlakukan peraturan maksimum kilometer.
Artinya jika Anda menyewa mobil SUV ukuran besar, sekelas Pajero misalnya, dengan nilai sewa katakanlah 400 euros per hari, dalam perjanjian/kontrak sewanya akan ada klausul yang menjelaskan bahwa sewa 400 euro per hari itu hanya untuk jarak 100 km saja.
Dengan kata lain, jika mobil itu digunakan lebih dari 100 km, maka Anda akan dikenakan extra charge, misalnya sekitar 1 euro per km.
Stir kiri
Seperti diketahui, mobil di semua negara Eropa menggunakan sistem stir kiri. Jika pelancong berasal dari negara yang menggunakan sistem kendaraan stir kanan, seperti Indoensia, sebaiknya menghindari langsung mencoba menyetir mobil di Eropa daratan.
Sebab meskipun relatif sama dalam mengendari mobil stir kiri dan stir kanan, tapi perlu waktu sekitar tiga bulanan, bagi supir untuk menyesuaikan rasa dan psikologi menyetirnya dari mobil stir kanan ke mobil stir kiri.
Standar pengetahuan dan kemahiran supir
Berdasarkan pengamatan, saya berkesimpulan bahwa hampir semua supir di Eropa, ketika mengambil SIM menempuh ujian  teori dan praktek yang relatif sama, ketat dan lumayan mahal.
Di Belanda misalnya, kursus menyetir hingga mendapatkan SIM, paket biayanya bisa mencapai 3.000 euros (sekitar Rp50 juta).
Dan jika peserta kursus nggak lulus seusai standar minimalnya, hampir bisa dipastikan tidak akan ada peluang untuk menyogok petugaas agar SIM diterbitkan.
Karena aturan dan syarat kelulusan kursus menyetir berlaku seragam di semua negara Eropa, tidak aneh jika perilaku, watak dan kedisiplinan hampir semua supir di jalan-jalan Eropa juga relatif sama.
Syarifuddin Abdullah | Den Haag, 20 Februari 2022/ 19 Rajab 1443H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H