Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

"Permanent Record", Hindari Meninggalkan Jejak Digital

8 Desember 2019   19:17 Diperbarui: 11 Desember 2019   19:36 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi jejak digital. (sumber: Pixabay/Gerd Altmann)

Buku Permanent Record karya Edward Snowden (Metropolitan Books, Henry Holt and Company, New York, September 2019) adalah otobiografi seorang pakar tekonologi informasi dan hacker kawakan, yang pernah bekerja pada dua institusi intelijen Amerika, dan kemudian dengan pertimbangan etis (mungkin juga ideologis) memutuskan membocorkan ke publik "jeroan" lembaganya: NSA (National Security Agency) dan juga CIA (Central Intelligence Agency).

Tema utama buku Permanen Record adalah kritik terhadap praktek mass survailance yang dilakukan oleh NSA untuk memata-matai semua warga bumi (bukan hanya warga Amerika), yang menurut Snowden melanggar hak-hak privasi warga negara yang dijamin konstitusi dan berbagai perangkat hukum di Amerika dan di setiap negara, dan juga hukum internasional.

Semua data survailance itu disimpan pada sebuah mega-server untuk selamanya (permanent) yang bisa digunakan jika diinginkan.

Karena narasinya ditulis secara kronologis, sejak Snowden berusia dini hingga menjadi pegawai yang memiliki izin mengakses informasi rahasia, uraian Permanent Record relatif mudah diikuti plotnya.

Entah sengaja atau kebetulan, narasi kronologis itu membuat pembocoran rahasia dua lembaga telik sendi Amerika (NSA dan CIA) mengalir secara smooth, kadang tanpa terasa. Meski tema utamanya adalah pembocoran dokumen rahasia milik NSA, namun di beberapa bagian, Snowden juga menelanjangi cara kerja CIA, pun dengan cara smooth.

Di beberapa bagian, bahkan diperlukan kejelian khusus untuk memastikan pada bagian mana "jeroan" itu ditelanjangi. Contoh: dari berbagai sumber online, kita bisa saja dengan mudah mendapatkan gambar atau bagan tentang struktur organisasi CIA.

Namun akan sulit memperoleh gambaran tentang bagaimana setiap divisi/unit pada struktur CIA itu bekerja. Buku Permanent Record menjelaskannya dengan detail dan gamblang (hlm 124).

Pada setiap lembaga intelijen, apalagi sekelas CIA dan NSA, salah satu bagian paling krusial adalah tahapan rekrutmen pegawai (staf administrasi, informan, agen, atau yang biasa disebut asset).  Diperlukan proses spotting dan security clearance yang tidak gampang dan sekaligus berisiko.

Untuk kasus ini, ketika mendaftar untuk bekerja di lembaga intelijen, Snowden berhasil mendapatkan kualifikasi "Full scope polygraph", yang merupakan the highest clearance (hlm 94-101).

Karena itu, menjadi pertanyaan besar: kenapa dan bagaimana bisa Snowden yang lolos melewati tingkat tertinggi Security Clearance (sejenis penelitian khusus/Litsus) yang antara lain bertujuan untuk memastikan loyalitas, justru bisa berbalik arah setelah bekerja kurang lebih 9 tahun (2005-2013)?

Jawabannya, mungkin karena manusia selalu potensial untuk berubah pikiran dan pertimbangan. Atau kasus tentang back-up data di CIA, misalnya.

Karena peralatan modern sering mengalami gangguan teknis, maka back-up informasi yang memiliki kualifikasi tertentu, tetap harus dilakukan secara manual dan setiap hari, dengan menggunakan "gadget kuno" (130-131).

Pengkhianat atau whistleblower
Bagi pemerintah Amerika, Snowden adalah seorang penkhianat, yang melanggar undang-undang Spionase (Espionage Act, 1917), karena membocorkan informasi intelijen kepada pihak yang tidak berhak.

Dan tindakan ini diancam hukuman maksimal 30 tahun penjara. Bahkan disebutkan, hukumgannya bisa mencapai lebih 10 tahun untuk setiap dokumen.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Artinya, jika benar Snowden membocorkan sekitar 1,7 juta dokumen, seperti disebutkan beberapa sumber NSA, terus dikalikan 10 tahun per dokumen, hukumannya bisa mencapai 17.000.000 (tujuh belas juta) tahun penjara. Hehehe.

"Tema utama buku Permanen Record adalah kritik terhadap praktek mass survailance yang dilakukan oleh NSA untuk memata-matai semua warga bumi."

Sebagai penyeimbang terhadap Espionage Act, di Amerika memang ada Whistleblower Protection Act, 1989 (UU Perlindungan Pelapor). Tapi tampaknya sangat kecil kemungkinan Snowden akan mendapatkan perlakuan berdasarkan Whistleblower Protection Act.

Tidak merasa bersalah
Dalam beberapa video, penampilan Snowden memang mengesankan seorang figur berkarakter tegas, dingin, dan tanpa kesan angkuh. Dan setiap orang yang memiliki tiga karakter ini biasanya memang mudah mendapatkan simpati, dan pada saat yang sama, sulit diajak untuk "berkompromi".

Tidak aneh, dalam buku Permanent Record (sepanjang 340 halaman), tak satupun kalimat yang menunjukkan Snowden menyesali keputusannya membocorkan dokumen rahasia NSA.

Cinta Snowden dan Cinta BJ Habibie
Di sisi lain, pada beberapa bagian dari 29 sub-judul (pasal), Snowden acapkali mengungkap rasa bersalahnya kepada pacarnya: Lindsay Mills.

Ia mengawali bukunya dengan "To L", dan di halaman terakhir, Snowden mengakhirinya dengan kalimat "The only way I can end this book is the way I begin it: with a dedication to Lindsay, whose love makes life out of exile". Snowden bahkan menyelipkan satu sub-judul yang berisi catatan harian Lindsay.

Ketika membaca beberapa bagian tentang Lindsay ini, saya teringat lalu membandingkan kemudian menyimpulkan: cinta Snowden kepada Lindsay, dalam banyak hal, mirip dengan cinta Habibie kepada Ainun.

Uraian teknis yang miskin kutipan filosofis
Buku Permanen Record lebih banyak berisi perjalanan karir Snowden, juga uraian teknis untuk bidang yang buat saya sangat njlimet (komputer dan teknologi informasi). Tidak aneh, buku ini sangat miskin kutipan-kutipan yang bermuatan filosofis.

Di beberapa bagian memang kadang muncul ungkapan atau narasi (baik berupa kalimat yang dirumuskan sendiri oleh Snowden atau mengutip ungkapan lama), yang memiliki dasar logika yang kuat, dan layak kutip, antara lain:

"If something can be done, it probably will be done, and possibly already has been done (jika sesuatu bisa dilakukan, mungkin sekali sesuatu itu akan dilakukan, dan barangkalai saja sudah dilakukan" (hlm 171).

"The best way to find something is to stop looking for it (Kadangkala, cara terbaik untuk mendapatkan sesuatu, adalah berhenti mencarinya)" (hlm 175).

"The more conscious you are of being recorded, the more self-conscious you become" (Semakin sadar bahwa anda sedang direkam, maka Anda akan semakin memiliki kesadaran bahwa Anda memang sedang direkam)" (hlm 290). Kesadaran justru bisa membuat seseorang menjadi kikuk.

Karena praktek dan dinamika dunia intelijen lebih pada soal kepercayaan, dan memang sulit untuk mempercayai banyak orang, maka ada panduan pamungkas: "The way to make people trustworthy is to trust them (Cara untuk membuat seseorang dapat dipercayai adalah mulai mempercayainya)" (hlm 302).

Karena ditulis seorang mantan (dan mungkin juga masih tetap) sebagai insan intelijen, di beberapa bagian buku terdapat narasi yang mirip panduan teknis, misalnya, di tempat-tempat tertentu: 

"You have to think about how you dress, how you act... Your goal is to be the most boring person, with the most perfectly fogettable face (Anda harus memikirkan cara berpakaian, cara berperilaku... Tujuannya agar Anda menjadi orang yang paling membosankan, menjadi orang yang wajahnya paling mudah dilupakan)" (hlm 305). Intinya, jangan mencari perhatian.

Jangan meninggalkan jejak elektronik

Karena kesibukan reguler, saya memerlukan waktu sekitar tiga pekan untuk membacanya sampai tuntas. Dan di beberapa bagian, jujur saya tidak bisa memahaminya dengan baik ketika uraiannya berkaitan dengan teknis operasional komputer, khususnya soal cara meng-engkripsi data atau dokumen.

Tapi, secara umum, pesan utama buku Permanen Record adalah jangan pernah, atau hindarilah, meninggalkan jejak elektronik (lazim disebut jejak digital) di dunia maya, yang bisa digunakan secara negatif untuk memojokkan Anda secara hukum ataupun etis.

Sebab setiap kata-kalimat, setiap gambar audio ataupun video yang pernah diunggah di internet, akan tersimpan selamanya secara permanen di sebuah server, entah di mana.

Dan satu-satunya cara paling efektif untuk menghindari (atau lebih tepatnya menunda) penyadapan (survailance) adalah melindungi setiap dokumen, percakapan telepon, foto dan video Anda dengan dengan sandi (encryption) yang berlapis.

Syarifuddin Abdullah | 08 Desember 2019/ 11 Rabi'ul-tsani 1441H

---------------------------

Kronologi menegangkan

Di usia yang relatif muda, belum genap berusia 30 tahun, dan Snowden sudah bekerja sebagai pakar teknologi informasi di dua lembaga intelijen kelas dunia, pada level yang memungkinkannya untuk mengakses informasi berklasifikasi sangat rahasia. Kronologi singkat di bawah ini, menjelaskan lompatan demi lompatan karir Snowden:

  • 1983, Edward Snowden lahir di North Carolina, Amerika Serikat. Dan sejak usia dini, Snowden sudah maniak komputer.
  • 2002, di usia 18 tahun, Snowden bekerja di perusahaan animasi Jepang, yang dijalankan oleh temannya di Maryland.
  • May 2004, Snowden mendaftar pada dinas militer, tapi kemudian berhenti karena kecelakaan pada saat latihan, dan resmi meninggalkan dinas militer pada September 2004.
  • 2005, Snowden mulai bekerja di CIA, dengan status pekerja kontrak di bidang IT dan sekaligus sebagai Satpam (security guard).
  • 2007, di usia sekitar 24 tahun, Snowden dikirim dan ditempatkan di Jenewa, Swiss, bekerja untuk CIA dengan cover job diplomat di Kedubes Amerika, di Jenewa.
  • 2009, Snowden bekerja di bidang teknologi informasi di NSA dan ditempatkan di Jepang.
  • 2012, kembali ke Amerika dan bekerja sebagai tenaga kontrak di bidang IT di salah satu fasilitas IT milik NSA di Oahu, Hawaii.
  • 2013, Snowden mengajukan permohonan untuk bidang pekerjaan dengan gaji rendah di NSA, agar mendapatkan kesempatan untuk lebih banyak mengakses informasi rahasia NSA.
  • Awal Mei 2013, Snowden mulai mengontak beberapa wartawan untuk dijadikan mitra dalam proses pembocoran dokumen rahasia NSA.
  • 20 Mei 2013, tiba di Hong Kong, menginap di Hotel Mira, dan tak pernah keluar dari kamarnya selama 10 hari.
  • 05 sampai 06 Juni 2013, di Hotel Mira, Hong Kong, Snowden bertemu membocorkan dokumen rahasia NSA kepada wartawan Guardian dan Washington Post.
  • 09 Juni 2013, video pembocoran dokumen oleh Snowden pertama kali muncul di situs The Guardian.
  • 12 Juni 2013, Snowden memberikan keterangan/wawancara kepada harian the South China Morning Post, yang menjelaskan bahwa NSA juga menyadap beberapa institusi penting di China.
  • 21 Juni 2013, Snowden berusia 30 tahun.
  • 23 Juni 2019, dengan pesawat Aerofloot, Snowden berangkat dari Hong Kong, dengan tujuan Equador, via Moskow kemudian Havana (Kuba). Namun ketika, masih di udara dalam penerbangan dari Hong Kong menuju Moskow, pemerintah Amerika SErikat mencabut paspornya. Saat mendarat transit di Bandara Sheremetyevo Moskow, ia tidak bisa melanjutkan perjalanan. Snowden terjebak di bandara selama lebih dari dua bulan.
  • 01 Juli 2013, seusai menghadiri satu pertemuan ekonomi di Rusia, Presiden Bolivia, Evo Morales dengan pesawat kepresidenan take-off dari salah satu Bandara di Moskow. Karena pesawat kepresidenan Bolivia dicurigai membawa (menyelundukan) Snowden, pesawat itu kemudian diarahkan mendarat paksa di Wina, Austria. Di darat, pesawat digeledah, dan kemudian diizinkan kembali terbang, setelah dipastikan Snowden tidak berada di pesawat itu. Kremlin menilai peristiwa ini sebagai penghinaan terhadap Rusia.
  • 01 Agustus 2013, Snowden mendapatkan "suaka sementera" dari Pemerintah Rusia. "Suaka sementara (yang hingga kini masih efektif)" tersebut tampaknya sebagai reaksi pemerintah Rusia terhadap kasus pendaratan paksi pesawat Presiden Bolivia.
  • 2017, Snowden mengaku menikah secara resmi dengan Lindsay Mills di Rusia.
  • September 2019, Snowden meneribitkan buku "Permanent Record".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun