a. Pola perilaku standar dalam berhubungan dengan orang lain. Materi ini sama dengan materi akhlak. Misalnya bagaimana memperlakukan, berbicara dan menyapa dengan santun orang yang lebih tua, sebaya, dan yang lebih muda; cara berpakaian; menjaga kebersihan; dan seterusnya.
b. Berbahasa yang benar dan santun, sesuai bahasa asli ibunya. Dalam kasus Indonesia tentu adalah bahasa indonesia. Materi bahasa ini berkaitan langsung dengan materi perilaku standar.
c. Matematika dasar, yang intinya adalah logika atau berpikir logis. Sebab pelajaran matematika bukan hanya soal tambah-kurang-kali-bagi, tapi yang lebih utama dalam pelajaran matematika untuk tingkat sekolah dasar adalah mengarahkan anak didik untuk berpikir logis. Angka 9 misalnya bisa diperoleh lewat berbagai cara: 3+3+3; 3x3; 5+5-1; dan seterusnya. Jadi selain belajar perhitungan dasar juga menanamkan pola berpikir logis: bahwa segala sesuatunya harus melalui proses yang logis. Tujuannya agar anak tidak terbiasa berpikir instan, sim salabim dan gampang terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat klenis-mistis.
Saya mungkin salah. Soalnya saya bukan pakar pendidikan. Namun hingga saat ini, saya masih meyakini penuh semua argumen yang dijelaskan dalam artikel ini, ketika saya melarang anak untuk mengerjakan PR-nya itu. Any suggestions?
Syarifuddin Abdullah | 24 Juli 2018 / 11 Dzul-qa'dah 1439H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H