Sejak muncul taksi daring, persoalan kelas kendaraan dapat disiasati.
Di negara-negara tertentu, di Amerika misalnya, Uber menawarkan empat strata kendaraan dengan tarif yang berbeda, sesuai jenis dan kelas mobilnya. Dan itu bisa disewa lalu deal dengan sopir agar menunggu sampai acara kondangan selesai.
Undangan yang datang dengan mobil mewah, umumnya mobil akan berhenti tepat di gerbang gedung/tempat acara pernikahan, penumpang sang tamu turun dari mobil, dan panitia penyambut tamu juga biasanya akan memperlakukan tamu sesuai dengan mobil yang ditumpanginya.
Bagi tamu lelaki, pakaian biasanya tidak terlalu bervariasi. Di Indonesia, umumnya tamu lelaki akan mengenakan batik (dan batik mahal kadang sulit dibedakan dengan batik murah).
Kalau agak resmi sedikit, tamu lelaki akan mengenakan setelan jas, dengan dasi normal atau dasi kupu-kupu. Padahal necis-nya seorang lelaki di kondangan sebenarnya bukan dilihat dari pakaian (baju, jas dan celananya), tetapi dari sepatunya. Kelas dan etalase sosial pria ternyata di bagian yang diinjak-injak (alas kaki).
Di lokasi kondangan, ruang akan disekat. Tamu premium akan diarahkan ke ruangan khusus untuk santap, dilayani pelayan khusus, makannya di meja. Dan lagi-lagi etalse sosial.
"Tamu biasa" dipersilakan memilih menu yang sudah disediakan dengan menggunakan stan atau counter khusus. Makannya berdiri ("standing party"). Tamu biasa akan berkerumun, sering antre di stan makanan terentu.
Saya perhatikan di berbagai pesta pernikahan, biasanya menu yang paling ramai antreannya, dan karena itu, juga paling duluan ludes adalah menu kambing guling. Hehehehe. Kalau ini lebih sebagai etalase selera kuliner.
Khusus pernikahan yang kental sentuhan adatnya, terutama warga Batak dan Dayak, tamu undangan akan dipisahkan antara tamu adat dan tamu umum. Pemisahan itu, selain pertimbangan adat, juga pertimbangan menu kulinernya.
Meski kondangan pesta penikahan lebih sebagai etalase sosial, tapi kondangan juga sebenarnya bisa menjadi salah satu ajang silaturahim yang paling efektif. Bertemu dengan anggota keluarga dan kolega di satu tempat.
Saya yang kebetuluan berasal dari daerah, lebih mengutamakan pulang kampung kalau ada anggota keluarga yang menikah, dibanding mudik lebaran. Sebab di pesta pernikahan keluarga, anggota keluarga dekat dan jauh akan tumplek sekaligus di satu titik.