Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Melihat Etalase Sosial dalam Kondangan

15 Juli 2018   15:00 Diperbarui: 16 Juli 2018   17:42 2162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak muncul taksi daring, persoalan kelas kendaraan dapat disiasati.

Di negara-negara tertentu, di Amerika misalnya, Uber menawarkan empat strata kendaraan dengan tarif yang berbeda, sesuai jenis dan kelas mobilnya. Dan itu bisa disewa lalu deal dengan sopir agar menunggu sampai acara kondangan selesai.

Undangan yang datang dengan mobil mewah, umumnya mobil akan berhenti tepat di gerbang gedung/tempat acara pernikahan, penumpang sang tamu turun dari mobil, dan panitia penyambut tamu juga biasanya akan memperlakukan tamu sesuai dengan mobil yang ditumpanginya.

Bagi tamu lelaki, pakaian biasanya tidak terlalu bervariasi. Di Indonesia, umumnya tamu lelaki akan mengenakan batik (dan batik mahal kadang sulit dibedakan dengan batik murah).

Kalau agak resmi sedikit, tamu lelaki akan mengenakan setelan jas, dengan dasi normal atau dasi kupu-kupu. Padahal necis-nya seorang lelaki di kondangan sebenarnya bukan dilihat dari pakaian (baju, jas dan celananya), tetapi dari sepatunya. Kelas dan etalase sosial pria ternyata di bagian yang diinjak-injak (alas kaki).

Di lokasi kondangan, ruang akan disekat. Tamu premium akan diarahkan ke ruangan khusus untuk santap, dilayani pelayan khusus, makannya di meja. Dan lagi-lagi  etalse sosial.

"Tamu biasa" dipersilakan memilih menu yang sudah disediakan dengan menggunakan stan atau counter khusus. Makannya berdiri ("standing party"). Tamu biasa akan berkerumun, sering antre di stan makanan terentu.

Saya perhatikan di berbagai pesta pernikahan, biasanya menu yang paling ramai antreannya, dan karena itu, juga paling duluan ludes adalah menu kambing guling. Hehehehe. Kalau ini lebih sebagai etalase selera kuliner.

Khusus pernikahan yang kental sentuhan adatnya, terutama warga Batak dan Dayak, tamu undangan akan dipisahkan antara tamu adat dan tamu umum. Pemisahan itu, selain pertimbangan adat, juga pertimbangan menu kulinernya.

Meski kondangan pesta penikahan lebih sebagai etalase sosial, tapi kondangan juga sebenarnya bisa menjadi salah satu ajang silaturahim yang paling efektif. Bertemu dengan anggota keluarga dan kolega di satu tempat.

Saya yang kebetuluan berasal dari daerah, lebih mengutamakan pulang kampung kalau ada anggota keluarga yang menikah, dibanding mudik lebaran. Sebab di pesta pernikahan keluarga, anggota keluarga dekat dan jauh akan tumplek sekaligus di satu titik.

Syarifuddin Abdullah | 15 Juli 2018 / 02 Dzul-qa'dah 1439H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun