Aslinya, semua rumah panggung menggunakan atap rumbia, yang dianyam. Alasannya, mungkin karena kerajinan membuat genteng dari tanah liat, belum dikenal. Atap rumbia juga relatif mudah diperoleh dan kadang gratis. Atap rumbia juga diyakini dapat meredam sengatan terik matahari, dan akhirnya cuaca di dalam rumah lebih sejuk, di musim panas sekalipun. Sekarang sudah banyak rumah panggung yang menggunakan atap seng, dan akibatnya, cuaca di dalam rumah pun gerahnya minta ampun.
Salah satu ciri khas utama rumah panggung kayu adalah semua bagiannya pasti ada celah ke udara bebas. Sebab lantai atau dinding rumah yang terbuat dari papan kayu, dibuat serapat apapun, pasti ada celah sekecil dan setipis apapun, yang membuat sirkulasi udara menjadi sangat alami. Penghuni tidak perlu pasang air conditioner (AC). Makanya, generasi Sulawesi yang dilahirkan dan hidup di rumah panggung kayu, jarang terserang “masuk angin”, sebab mereka sudah akrab dengan angin sejak kecil. (Bandingkan misalnya dengan rumah petak di kota-kota besar, saat ini, yang memiliki ruang terbuka ke udara bebas hanya di bagian depan. Sementara bagian belakang, samping kanan-kiri, tak ubahnya seperti kotak saja).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H