Selama tiga hari tersebut, saya banyak mempelajari, merefleksi, dan menyadari berbagai bentuk nilai-nilai dan sikap-sikap yang dapat dikembangkan. Dari awal, saya menyadari bahwa perbedaan-perbedaan seperti agama, ras, suku, dan lainnya bukanlah sebuah alasan untuk membeda-bedakan kami masing-masing. Â
Mengambil kutipan dari presiden keempat Indonesia, Abdurrahman Wahid, atau yang sering dikenal sebagai Gusdur, "Memuliakan manusia berarti memuliakan penciptanya. Merendahkan manusia berarti merendahkan dan menistakan penciptanya."Â
Terutama sebagai umat-umat katolik yang merupakan hasil karya Tuhan dan dengan ajaran Santo Ignatius Loyola, kita sebagai ciptaan sang pencipta memiliki derajat kesetaraan yang sama dengan tujuan hidup yang sama, yakni untuk memuji, menyembah, dan mengabdi pencipta kita.
Selain kesetaraan, dalam ranah pendidikan pun ternyata tidak jauh berbeda dari yang akan dialami oleh sekolah-sekolah pada umumnya.Â
Mungkin banyak dari umat-umat berbeda kepercayaan yang memiliki pola pikir bahwa pondok pesantren minim edukasi seperti umumnya dan lebih menekankan terhadap ajaran-ajaran beragama, namun setelah mengalaminya langsung dan meski melihat sekilas ke dalam kelas-kelas, sesungguhnya mereka tidak jauh berbeda dari kehidupan persekolahan umumnya. Kegiatan setelah sekolahnya pun tidak kalah menarik dan sehat seperti silat, memanah, dan bermain basket.Â
Hidangan yang diberi juga sebenarnya tidak semenarik yang dibayangkan, terutama saat melihat cara mencuci piringnya yang ternyata tanpa sabun. Lauk yang diberi hanya satu dengan porsi yang mencukupi, meski tentu semboyan "kesederhanaan" sangat dijunjung tinggi, mencuci piring tanpa sabun agak berlebihan dengan memakan di piring yang masih ada bercak nasi sebelumnya.Â
Namun, pendopo dengan hawa indah dikelilingi kehijauan daerah sawah, segala ketidaknyamanan hilang disertai tawa dan canda yang menemani.Â
Maka dari itu, tantangan berada di tangan masing-masing kita, apakah toleransi ingin dikembangkan, diterima, dan mempersatukan demi kemajuan. Setelah pengalaman tiga hari yang begitu singkat rasanya, tiada muncul sekalipun rasa kebencian, bengis, segan, dan lainnya.Â
Cahaya harapan persatuan kuat antar generasi muda tidak jauh digapai dan sudah saatnya kita sebagai generasi penerus menyampingkan segala pandangan-pandangan kami dan berusaha melanjutkan apa yang telah diperjuangkan pahlawan-pahlawan kami untuk menyatukan bangsa dan memajukan negara.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI