Mohon tunggu...
Saadiah
Saadiah Mohon Tunggu... Perawat - Penulis, Perawat

Halo namaku Saadiah, seseorang yang menyalurkan hobinya lewat tulisan. Kalian juga bisa menemukan karyaku di berbagai aplikasi kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Iblis Berwajah Malaikat

20 Januari 2025   17:31 Diperbarui: 20 Januari 2025   17:31 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kata orang besikap bodo amat adalah kunci kebahagiaan. Menutup telinga dan membiarkan orang-orang berkata semaunya bisa membuat kita terhindar dari penyakit batin. Kadang seseorang  menilai sesuatu dari apa yang  terlihat saja, entah itu rasa peduli ataupun sikap tidak peduli. Tapi percalah orang yang terlihat tidak peduli kadang menyimpan kepedulian yang amat besar yang tidak kalian tau dan mereka menunjukkannya dengan caranya sendiri.


Namanya Syafina atau biasa dipanggil Fina. Fina adalah seseorang yang bisa dikatakan gadis lugu yang berasal dari keluarga sederhana ia tak memiliki banyak relasi. Makanya sering sekali orang-orang disekitarnya mengucilkannya. Ia tidak suka berdandan. Walaupun, berdandan hanya seadanya saja. Tampil apa adanya adalah prinsip hidup Fina.


Dari kecil Fina terbiasa hidup sendiri, bahkan teman-temannya menggangap Fina sombong, cuek. Sering sekali ia dijauhi dan dianggap tidak ada di lingkungan pertemanannya. Sakit hati? Tentu saja tidak, Fina bahkan tidak peduli dengan pandangan orang lain terhadapnya. Ia selalu bersikap postif  dalam segala hal, percaya bahwa Tuhan tidak akan menghianatinya dan terus ada di sampingnya. Dan tuhan akan membalas orang-orang yang telah berbuat jahat padanya.


Dari kecil Fina direcoki dengan bebagai materi pelajaran yang bukan untuk anak seusinya, tekanan demi tekanan datang. Dari situlah kepribadian pendiam Fina terbentuk. Fina berjuang demi membahagiakan orangtuanya, tidak satu hari pun Fina lewati dengan memikirkan masa depannya. Betapa merasa bersalah Fina jika ia mengecewakan orangtuanya kelak.


Orangtua adalah tujuan hidup Fina, ia akan melakukan apa saja agar orangtua bahagia.


"Fina, kamu itu seharusnya belajar bukan main nggak jelas gitu," ucap Rizki---Ayah Fina.


"Iya, Yah ini Fina mau belajar." Setelah mengatakan itu, Syafina pergi memasuki kamarnya.


Sudah ia katakan bukan, hidupnya hanya dipenuhi dengan belajar, belajar dan belajar. Kadang Fina muak dengan orangtuanya sangat otoriter itu. Tapi aplaah daya Fina, ia tak bisa melawan, ia tak bisa mengatakan bagaimana sakitnya kepada orangtuanya. Ia tak bisa mengatakan itu, ia takut nanti semuanya akan hancur jika ia memberitahu kepada orangtuanya bagaimana isi hatinya selama ini.


***


Waktupun berlalu, kini Fina beranjak Remaja. tidak ada yang berubah dari seorang Fina, ia tetap cuek tapi ia sangat peduli dengan semua orang, sering sekali Fina mengorbankan waktunya untuk membantu temannya yang sedang kesusahan.


 Ia tidak bisa menolak permintaan orang lain, bagi Fina kebahagiaan orang lain adalah segalanya-galanya. Ia sering menunda kerjaannya demi membantu orang lain, sering juga ia dimanfaatkan karena mereka menganggap Fina bodoh sehingga orang-orang disekitarnya memanfaatkan itu.  


Fina sadar, bahwa mereka  hanya memasang topeng palsu di depannya, kendati  begitu ia masih tetap baik, membantu mereka, menebar senyum, bahkan Fina tidak terlihat sedih sedikitpun. Walaupun, ia selalu disalahkan dalam setiap hal. Bagi Fina jika ia membalas keburukan orang lain, ia sama saja dengan orang itu. Lebih baik ia diam saja dan ia yakin tuhannya tidak akan diam dan pasti bersikap adil padanya.
Tiba saatnya Fina benar-benar berjuang demi kebahagiaan orangtuanya.

Mengikuti saran orangtuanya apapun itu baik dari segi pendidikan dan lainnya. Di sana ia berusaha dua kali lipat dari yang lain. Apa Fina pernah mengeluh? Tentu saja, tapi ia berusaha kuat demi senyuman orangtuanya. Sekali lagi Fina selalu berpikir positif dalam segala hal, bahkan ada yang menyebut Fina selalu bahagia, tidak punya beban.


***


Seperti biasa Fina selalu dimanfaatkan, kadang ia berpikir apakah tidak tersisa orang  baik di dunia ini. Pada saat itu Fina selalu berfikir positif terhadap semua orang, selalu menebar senyum di saat ia direndahkan.


Tapi diam-diam Fina juga menganalis kepriabadian mereka. Dengan itu ia bisa mengetahui niat busuk orang disekitarnya. Dari sini juga Fina membuka diri, mempercayai mereka tapi satu fakta yang sangat menampar seorang Fina, orang yang sangat ia percayai orang yang ia anggap teman dekat, menghianatinya. Bahkan mengadu domba diantara mereka. Fina akui ia bodoh mempercayai mereka, kenapa ia bisa tertipu dengan muka sepolos itu.


Mereka melakukan kesalahan yang sangat fatal dan kali ini, ia tidak bisa mentoleransinya. Mungkin Fina bisa memaafkan tapi mungkin ia tidak akan peduli lagi.


Setelah kejadian yang sangat menguras batinnya, pikirannya. Fina berjanji tidak akan mudah percaya lagi pada orang lain, mungkin ia akan bersikap sedikit kejam.  Percayalah dihianati teman sendiri adalah sesuatu yang menyakitkan.


Jujur Fina menyerah, kebaikan yang ia lakukan pada orang itu tidak ada artinya. Fina tidak meminta orang itu membalas kebaikan Fina, tapi cukup orang itu tidak meyebar fitnah tentang Fina. Tapi ya sudahlah nasi sudah menjadi bubur, ia juga salah telah berbuat baik kepada orang yang salah.


Fina sekarang sadar jangan terlalu baik dengan orang lain, berbuat baik juga ada batasnya. Terkesan bodoh jika kita telah dihianati masih saja percaya, menggangap orang itu berubah? Apa manusia bisa berubah?


Ingat kita tidak bisa membaca isi hati orang lain. Lebih baik hati-hati daripada jatuh di lubang yang sama. Bahkan sekarang Fina trauma untuk bisa menjalin pertemanan dekat dengan orang lain.


Berada di posisi sekarang membuat Fina sadar, tidak segalanya berjalan sesuai yang kita inginkan, tidak semua orang baik. Adakalanya kita menjaga jarak dari mereka yang memanfaatkan. Pemikiran setiap orang berbeda-beda apa yang kita anggap baik, belum tentu baik di mata orang lain.


Cerita ini belum selesai, Fina masih bertahan hidup untuk memenuhi ekpetasi orantuanya. Kali ini ia tak salah lagi memilih teman. Ia menemukan teman yang ia anggap segalanya. Taman yang selalu ada untuknya, teman yang selalu ada di sampingnya. Yang tidak meng judgenya.


Fina beruntung setelah perjalanan panjang tuhan mempertemukannya teman yang sangat baik padanya. Entahlah rasanya Fina belajar banyak hal dari temannya ini. Fina berharap akan terus seperti ini bersama temannya itu.
Perjuangan Fina terus berlanjut, satu persatu orang yang memanfaatkannya pergi dari hidup Fina. Bahkan yang tadinya merendahkan menjadi segan terhadap Fina.


Ada juga yang meminta maaf kepada Fina, jujur Fina tidak megharapkan ini terjadi, Fina tidak mau ada orang yang memohon maaf darinya. Bagi Fina yang berlalu biarlah berlalu, jadi pelajaran saja untuk kedepannya agar ia tak jatuh di lubang yang salah.


"Nak, maafkan Ibu," kata orang itu.
Saat itu orang itu menemui Fina dan keluarganya di rumah.


"Tidak apa-apa, Bu," balas Mama Fina.
Keluarga Fina tidak mempermasalahkan hal itu, mereka juga sudah melupakan semua kedian menyakitkan itu. Biarlah semua menjadi urusan yang di atas.
Fina tidak pernah meminta balasan buruk untuk mereka semua, tapi ia tak bertanggung jawab jika tuhannya memberi balasan yang setimpal.

 Bukankah doa seseorang yang batinnya disakiti cepat diijabah? Entahlah Fina juga tidak tau akan hal itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun