Mohon tunggu...
Saadiah
Saadiah Mohon Tunggu... Perawat - Penulis, Perawat

Halo namaku Saadiah, seseorang yang menyalurkan hobinya lewat tulisan. Kalian juga bisa menemukan karyaku di berbagai aplikasi kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Iblis Berwajah Malaikat

20 Januari 2025   17:31 Diperbarui: 20 Januari 2025   17:31 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Fina sadar, bahwa mereka  hanya memasang topeng palsu di depannya, kendati  begitu ia masih tetap baik, membantu mereka, menebar senyum, bahkan Fina tidak terlihat sedih sedikitpun. Walaupun, ia selalu disalahkan dalam setiap hal. Bagi Fina jika ia membalas keburukan orang lain, ia sama saja dengan orang itu. Lebih baik ia diam saja dan ia yakin tuhannya tidak akan diam dan pasti bersikap adil padanya.
Tiba saatnya Fina benar-benar berjuang demi kebahagiaan orangtuanya.

Mengikuti saran orangtuanya apapun itu baik dari segi pendidikan dan lainnya. Di sana ia berusaha dua kali lipat dari yang lain. Apa Fina pernah mengeluh? Tentu saja, tapi ia berusaha kuat demi senyuman orangtuanya. Sekali lagi Fina selalu berpikir positif dalam segala hal, bahkan ada yang menyebut Fina selalu bahagia, tidak punya beban.


***


Seperti biasa Fina selalu dimanfaatkan, kadang ia berpikir apakah tidak tersisa orang  baik di dunia ini. Pada saat itu Fina selalu berfikir positif terhadap semua orang, selalu menebar senyum di saat ia direndahkan.


Tapi diam-diam Fina juga menganalis kepriabadian mereka. Dengan itu ia bisa mengetahui niat busuk orang disekitarnya. Dari sini juga Fina membuka diri, mempercayai mereka tapi satu fakta yang sangat menampar seorang Fina, orang yang sangat ia percayai orang yang ia anggap teman dekat, menghianatinya. Bahkan mengadu domba diantara mereka. Fina akui ia bodoh mempercayai mereka, kenapa ia bisa tertipu dengan muka sepolos itu.


Mereka melakukan kesalahan yang sangat fatal dan kali ini, ia tidak bisa mentoleransinya. Mungkin Fina bisa memaafkan tapi mungkin ia tidak akan peduli lagi.


Setelah kejadian yang sangat menguras batinnya, pikirannya. Fina berjanji tidak akan mudah percaya lagi pada orang lain, mungkin ia akan bersikap sedikit kejam.  Percayalah dihianati teman sendiri adalah sesuatu yang menyakitkan.


Jujur Fina menyerah, kebaikan yang ia lakukan pada orang itu tidak ada artinya. Fina tidak meminta orang itu membalas kebaikan Fina, tapi cukup orang itu tidak meyebar fitnah tentang Fina. Tapi ya sudahlah nasi sudah menjadi bubur, ia juga salah telah berbuat baik kepada orang yang salah.


Fina sekarang sadar jangan terlalu baik dengan orang lain, berbuat baik juga ada batasnya. Terkesan bodoh jika kita telah dihianati masih saja percaya, menggangap orang itu berubah? Apa manusia bisa berubah?


Ingat kita tidak bisa membaca isi hati orang lain. Lebih baik hati-hati daripada jatuh di lubang yang sama. Bahkan sekarang Fina trauma untuk bisa menjalin pertemanan dekat dengan orang lain.


Berada di posisi sekarang membuat Fina sadar, tidak segalanya berjalan sesuai yang kita inginkan, tidak semua orang baik. Adakalanya kita menjaga jarak dari mereka yang memanfaatkan. Pemikiran setiap orang berbeda-beda apa yang kita anggap baik, belum tentu baik di mata orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun