Mohon tunggu...
Satrio Ra Nduwe Aji
Satrio Ra Nduwe Aji Mohon Tunggu... -

..Seneng Misuh... Tapi Ra Seneng Musuh (an)...

Selanjutnya

Tutup

Politik

PKS yang Semakin Pudar

18 Agustus 2014   20:49 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:13 2626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekuasaan telah Membutakan PKS dari Dakwah

PKS sebagai Partai Kader sekaligus Partai Dakwah telah bergeser, mereka lebih mengutamakan merebut kekuasaan dari pada mengembangkan dakwah. Hal ini terlihat dari semakin merosotnya simpatisan PKS, kasus LHI dan para Pustunnya telah menjadi peluru tajam yang menghajar PKS, apalagi ditunjang dengan perilaku dari para kadernya yang semakin jauh dari Piagam Jakarta yang diperjuangkannya, membuat sebagian besar masyarakat menjadi tidak simpati dengan PKS. Fahri Hamzah yang dulu setiap cuitannya menjadi acuan bagi masyarakat untuk mengkritisi Pemerintah, malah menjadi cibiran untuk saat ini.

PKS telah jauh dari Dakwah, PKS sebagai kumpulan ahli Tarekat telah menyimpang dari hakekat, cerminan yang nyata adalah pada website mereka di PKS Piyungan dan VOA Islam, lebih banyak membahas masalah politik (baca : kekuasaan) dibandingkan dengan memuat masalah  Syariah apalagi Hakekat.

Semangat Masyumi dan Tarekat semakin menghilang dari PKS saat mulai mendukung pasangan Prabowo Hatta, ya demi mendapatkan kekuasaan mereka menjadi sangat dekat dengan kaum lain. Bahkan kedekatan mereka ini dimanfaatkan oleh para pejuang kaum lain itu untuk melakukan pendekatan kepada kelompok-kelompok masyarakat yang keimanannya masih mengembang guna menyebarkan luaskan ajarannya. Kondisi ini menjadi tidak menguntungkan pada proses Dakwah, alasan pembenar yang dilakukan oleh para petinggi PKS yang menganggap Prabowo adalah panglima muslim Indonesia adalah salah besar, terbukti dalam prosesnya pasca dideklarasikan di Masjid Sunda Kelapa, acara berikutnya adalah kebaktian demi kebaktian, bahkan yang menyedihkan para pimpinan PKS terlibat di dalamnya walaupun diklaim hanya sebagai tamu.

PKS telah Menjadi Alat Bagi Kaum Lain untuk Berdahwah

Seiring dengan semakin emosionalnya pertarungan dalam Pilpres, merubah sosok PKS menjadi partai yang semakin sulit dipahami warnanya, berbagai tulisan dalam website pendukung mereka semakin jauh dari akidah, tanpa didasari oleh bukti yang kuat, mereka berani memberitakan kebohongan demi kebohongan, bahkan ketika secara iseng poto Jokowi yang menggunakan Ihram dibalik langsung disambar menjadi fitnah.

PKS telah kehilangan ruh-nya untuk menegakkan dakwah, bahkan cenderung menyediakan dirinya dihancurkan kredibilitasnya serta mulai bergeser menjadi alat pembenar bagi kelompok dengan keyakinan lain untuk menyebarkan ajarannya, mereka bahu - membahu untuk memenangkan Prabowo Hatta, tetapi dibalik itu upaya penyebaran ajaran dari kaum lain mendompleng untuk memperkuat dakwah ajarannya.

Warna Dakwah Islamiyah yang semula tiga warna Hijau (NU, NW dkk), Biru (Muhammadyah dkk) dan Putih (Tarekat yang dimotori PKS) telah kehilangan salah satu warnanya, dan tinggal warna-warna Islam tradisional yang tetap secara eksis menangkis gempuran modernisasi dan kebebasan informasi untuk memperkuat keimanan para pengikutnya, sedangkan PKS sedang mabuk kekuasaan dan menjadi alat bagi kaum nlain untuk memperkuat ajaran dakwahnya dengan menggerogoti kredibilitas benteng keislaman yang paling militan dan berbasis pada para cendekiawan muslim muda di kampus-kampus  ini. Alangkah sayang sesuatu yang didirikan dengan baik dan diniatkan untuk kejayaan Islam di tanah air berakhir dalam lautan kebohongan dan fitnah.

Sebuah Harapan

Tidak ada harapan yang lebih besar dari keluarnya PKS dari rombongan itu, dan menjadi dirinya kembali yang santun tapi nylekit dan hanya menyerukan kebenaran tiada lain karena kebenaran. Rindu sekali dengan cuitan Bang Fahri Hamsah yang smart, santun tapi nylekit dan berisi kebenaran, seperti pada era-era awal pemerintahan SBY, sehingga bisa dijadikan referensi tentang kebenaran bagi para penyimaknya, dan dapat disandingkan dengan sindiran Bang Poltak.

Saya bukanlah pendukung PKS tetapi saya sangat menyanyangkan jika PKS harus kehilangan warna aslinya dan menjadi sesuatu yang begitu mudah dihina-dina, walaupun saya sangat yakin kader-kadernya dapat membela diri dengan baik, tapi itu tidak akan membuat PKS kembali dicintai layaknya PK dahulu kala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun