Banyak yang tidak sadar (termasuk saya) kalau ternyata (bisa jadi) kita ini kurang gizi. Â Yeeps kurang gizi bisa terjadi pada siapa saja, anak balita, remaja, orang dewasa sampai lansia.Â
Jika kita sudah dalam usia matang dan mandiri secara finansial maupun emosional, mungkin kita bisa mencari tahu sendiri apakah kita sudah bergizi cukup atau malah kurang gizi. Tapi bagaimana dengan usia remaja atau bahkan balita? Saya akan bahas ini nanti.
Hal penting yang perlu kita cari tahu adalah tanda atau ciri-ciri apa saja yang bisa mengindikasi tubuh kita kekurangan gizi. Saya akan jabarkan secara sederhana;
Dari situs alodokter beberapa ciri-ciri yang bisa kita lihat atau minimal kita rasakan adalah Penurunan berat badan, walau jangan salah mengartikan yang berbadan gemuk sudah pasti sesuai kandungan gizinya.Â
Lalu apakah kita mudah lelah dan konsentrasi sering menurun, kita harus menyadari atau bisa mengukur diri sendiri saat beraktivitas agar tidak memaksakan diri.
Pipi dan mata cekung sehingga makin terlihat kurus, proses penyembuhan luka menjadi lambat karena recovery sel-sel tubuh tidak maksimal, adalah beberapa ciri kalau ada masalah dengan kandungan gizi.
Jangan sepelekan juga jika kita makin mudah kedinginan dan perubahan mood atau suasana hati yang tiba-tiba bisa berubah seketika.
Bagaimana? Kalian kurang gizi nggak? Kalau melihat beberapa ciri-ciri diatas saya (agaknya) kurang gizi nih, ciri-ciri yang jelas adalah mudah lelah. Entah terkait usia, karena waktu masih umur 30 tahun, tidak ada masalah jika harus begadang sampai dini hari, sekarang? Boro-boro, maksimal jam 00.00 udah berat bener mata ini.Â
Sepertinya saya harus lebih memperbanyak gerak rutin (olahraga) dan makan dengan gizi seimbang.
Tapi kalau kalian ingin lebih memastikan kebutuhan gizi kita sudah sesuai atau belum, baiknya pergi ke dokter ahli gizi. Nanti kalian akan dicek indeks masa tubuhnya dan dokter akan memberikan saran, apa saja makanan yang harus dikonsumsi untuk memperbaiki gizi kita. Jangan sampai tubuh kekurangan vitamin apa ehh yang rutin kita konsumsi apa, jadi gak nyambung.Â
Enak ya orang dewasa bisa mengukur sendri kebutuhan gizi tubuhnya. Seperti yang saya sebut diatas, bagaimana dengan remaja, anak atau bahkan balita?
Cegah Stunting Selalu Penting
Dari sebuah acara webinar bertema "Cegah Stunting Selalu Penting" yang diselenggarakan Direktorat Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Kamis 3 Februari 2022 saya mempunyai pandangan, untuk kebutuhan gizi remaja, anak-anak dan balita harus mendapat intervensi dari luar dalam hal ini orang tua terkait pola makan.
Webinar untuk memperingati Hari Gizi Nasional ke-62 tahun 2022 ini dihadiri oleh istri menteri kesehatan ibu Ida Budi G. Sadikin dan Direktur Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Ibu Dr.Rr. Dhian Probhoyekti, SKM, MA serta narasumber baik dari, swasta (UNILEVER), yayasan (TANOTO FOUNDATION) dan organisai dunia (UNICEF) yang peduli akan kesehatan masyarakat khusus pada anak dan balita.
Bayi baru lahir sangat membutuhkan asupan gizi yang tepat, terlebih di 1000 hari (3 tahun) awal kehidupan. Jadi peran orang tua sangat penting agar tumbuh kembang anak menjadi lebih maksimal, sehingga bisa menjadi sosok penerus bangsa yang hebat di kemudian hari.
Saya akan jabarkan informasi penting dari ketiga narasumber utama pada webinar tersebut dan tidak akan membahas ciri-ciri stunting pada anak, karena sudah banyak literasi mengenai hal ini di dunia maya. Tinggal search keyword "Ciri Stunting Pada Anak" akan muncul ratusan informasi. Saran saya, baca dari sumber terpercaya, bisa langsung dari web kemenkes, media mainstream atau dari personal blog.
Temuan Tanoto Foundation sangat menarik, masih banyak yang beranggapan jika balita dibawah 6 bulan sudah bisa memakan (buah yang dihaluskan) adalah sebuah prestasi. Padahal itu belum waktunya diberikan. Lambung bayi masih kecil pada saat umur dibawah 6 bulan, sehingga cukup diberi ASI secara rutin.
Saya pernah mengingatkan teman seorang ibu muda umur 20 tahun yang konten instastorynya sangat bangga memberikan makanan saat si bayi baru berumur 4-5 bulan. Beruntung dia tidak marah, malah berterima kasih dan kemudian berkonsultasi ke bidan/dokter tempatnya si bayi dilahirkan. Ini ibu muda di kawasan jabodetabek loh ya.
Temuan lainya adalah Ibu muda merasa lebih merasa aman dan mudah jika memberikan makanan bayi kemasan karena merasa sudah diformulasikan untuk bayi dan jelas takarannya. Bisa jadi alasannya adalah simple, keterbasan waktu dan lebih ekonomis dari sisi harga. Padahal makanan sehat untuk bayi banyak disekitar kita, mulai dari ikan, telur bahkan daun kelor.
UNICEF memberi rekomendasi untuk memperbaiki asupan gizi pada anak, yaitu konsumsi makanan bergizi secara rutin setiap kali makan terutama bahan panganan lokal. Brokoli dan ikan salmon memang baik, tapi ada substitusi bahan pangan lokal disekitar kita yang harganya jauh lebih terjangkau.
Perbanyak konsumsi buah dan sayur untuk meningkatkan imunitas, hindari makanan tinggi gula garam lemak (ultra processed food). Kadang kita memasak sekalian untuk anggota keluarga dirumah, ada baiknya orang yang lebih dewasa mengikuti takaran makanan sehat untuk si bayi. Mungkin agak hambar jika mengurangi garam atau gula, tapi itu yang terbaik.
Aktivitas fisik dan perbanyak minum air putih Lakukan kegiatan menyenangkan bersama keluarga memasak dan berkebun bersama hal penting bagi tumbuh kembang anak. Tiap detik ribuan sel otak tumbuh di masa balita.
Memperbaiki gizi masyarakat memang harus kerjsama dengan berbagai pihak, orang tua, pemerintah, organisasi masyarakat sampai pihak swasta.
Unilever sebagai perusahaan yang juga memproduksi bahan pangan, semakin memperkuat komitmen mereka terkait nutrisi yang terdapat dalam setiap produk yang mereka tawarkan ke pasaran.
Misalnya 85% produk makanan yang diproduksi Unilever mendukung konsumen dalam mengurangi konsumsi garam, sehingga kadar garam disetiap kemasan tidak lebih dari 5g per hari pada tahun 2022.
Tidak hanya itu targetnya pada tahun 2025, 95% Es Krim kemasan Unilever mengandung
tidak lebih dari 250 kcal per sajian dan mengandung tidak lebih dari 22g total gula per sajian. Bahkan 80% produk minuman global Unilever kandungan gulanya tidak lebih dari 5g per 100 ml pada tahun 2025.
Langkah yang perlu diikuti oleh para produsen makanan dan minuman agar menjaga kadar nutrisi untuk masyarakat Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H